Unity In Diversity dalam Negara Federasi Menurut Y.B Mangunwijaya

Orang yang terjebak
Unity In Diversity dalam Negara Federasi Menurut  Y.B Mangunwijaya 09/07/2022 1095 view Politik tirto.id

Akhir-akhir ini persatuan dan kesatuan NKRI semakin dipertanyakan. Sistem pemerintahan yang cenderung bersifat sentralisasi dan bersifat memusat seolah menjadi batu sandungan bagi persatuan NKRI. Ditambah lagi paham radikalisme di Indonesia sudah semakin subur dan membahayakan bahkan mengancam Pancasila sebagai kontrak sosial negara ini.

Permasalahan-permasalahan di atas pun memunculkan banyak pertanyaan seperti “apakah kebhinekaan Indonesia benar-benar sebuah kekayaan atau hanya batu sandungan? Apakah sistem persatuan dan kesatuan dapat mempertahankan unity in diversity Indonesia? Mengapa banyak orang yang mencoba membunuh keberagaman negara dengan paham yang sama sekali tidak ia mengerti? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang juga direnungkan Romo Mangun dalam bukunya yang berjudul Menuju Republik Indonesia Serikat.

Bagi Romo Mangun negara kesatuan dan persatuan sudah tidak sesuai lagi dengan Indonesia di abad ke 21. Hal ini tampak dari sistem negara kesatuan yang bersifat sentralisasi dan memiliki kecenderungan kuat untuk memiliki ketimpangan dalam pemerataan pembangunan. Permasalahan ini sudah lama diperkirakan oleh Romo Mangun dan ditakutkan menjadi sebuah penyakit yang akan menggerogoti persatuan Indonesia.

Menurut Romo Mangun sistem pemerintahan yang paling sesuai bagi Indonesia adalah sistem negara federal atau serikat. Sistem negara serikat yang digagas Romo Mangun berbeda dari sistem negara serikat yang dianut Amerika, Jerman maupun Swis. Negara serikat yang dimaksud Romo Mangun adalah sebuah sistem pemerintahan dimana pemerintah memberi dekonsentrasi kepada pemerintah daerah dalam mengelola perekonomian dan lain-lain. Secara garis besar konsep negara serikat yang digagas oleh Romo Mangun memang mirip dengan otonomi daerah sekarang. Namun ada beberapa perbedaan di dalamnya.

Selain itu Negara Republik Indonesia Serikat yang digagas oleh Romo Mangun, memiliki harapan dapat mengurangi perpecahan karena ketidakpuasan masyarakat akan ketimpangan pembangunan karena sistem sentralisasi. Akan tetapi perpecahan yang dimaksudkan memang tidak dapat dipungkiri karena pada dasarnya negara Indonesia memang sangat rentan akan perpecahan. Perpecahan ini sebenarnya juga sudah mendarah daging dalam sanubari negara ini, karena negara Indonesia lahir sebagai negara yang bersifat political unity dan bukan culture unity.

Politik unity sendiri adalah sebuah kondisi dimana sebuah negara lahir karena suatu perjanjian atau kontrak sosial walaupun tidak memiliki kesamaan seperti suku, ras, agama, maupun budaya. Ketidaktahuan akan politik unity ini menyebabkan paham radikalisme dan etnosentrisme tumbuh dengan subur. Berkembangnya paham-paham ini dapat terlihat dari politik identitas yang dimainkan para politikus dalam memperoleh suara. Kata-kata seperti mayoritas dan minoritas seolah menjadi barang yang sudah banyak beredar di pasaran. Padahal jika kita mau menggali lebih dalam negara ini sendiri bukanlah hasil kompromi ataupun voting dari kalangan mayoritas dan minoritas melainkan hasil kesepakatan bersama.

Oleh karena itu, gagasan negara federal milik Romo Mangun membawa sebuah pengertian baru di dalam persatuan. Romo Mangun memandang keberagaman bukan sebagai penghalang persatuan tetapi sebagai kekayaan dan ciri khas dari kesatuan itu sendiri. Atau dalam hal ini saya sebut sebagai unity in diversity dalam negara federasi. Kecintaan Romo Mangun kepada negara Indonesia membuat ia memikirkan sebuah visi ke depan guna memajukan Indonesia. Walaupun begitu pandangan ini sering kali ditentang oleh oknum-oknum yang masih saja mempergunakan sistem kesatuan sebagai tempat mencari keuntungan.

Bagi mereka gagasan Romo Mangun ini bisa saja membahayakan posisi mereka di dalam lembaga-lembaga pemerintahan. Hal inilah yang membuat gagasan dan cita-cita Romo Mangun ini hanya tinggal cita-cita dan konsep belaka. Orang-orang terlalu takut untuk melanjutkan cita-cita besar dan mimpi luhur ini. Mereka terlalu takut untuk keluar dari zona nyaman yang sudah mereka bangun. Dari pada memulai lagi dari nol lebih baik nikmati saja apa yang sudah ada, mungkin itulah yang ada di dalam benak mereka.

Sayang Romo Mangun wafat sebelum meraih cita-cita mulianya yaitu negara Indonesia Serikat. Cita-cita itu pun tinggal sebagai mimpi indah yang pernah terucap dari orang hebat patriot sejati bernama Romo Mangun. Apakah warisan Romo Mangun ini akan menjadi sebuah kenyataan? Saya tidak tahu, tetapi kita sebagai orang-orang yang berintegritas dan berasal dari golongan yang sama dengan beliau yaitu kaum minoritas, marilah memulai hal yang luhur bagi cita-cita mulia itu. Dengan begitu radikalisme yang menjadi musuh utama persatuan di negara ini bisa kita singkirkan bersama.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya