Teologi Pembebasan Farid Essack: Melawan Ketidakadilan dengan Tafsir Progresif

Farid Essack adalah seorang tokoh pejuang keadilan yang berasal dari Afrika Selatan. Dalam sejarah perjuangan melawan apartheid, ia dikenal sebagai salah satu figur yang tegas melawan diskriminasi. Bersama masyarakat tertindas, Essack memperjuangkan hak-hak mereka yang direnggut oleh kebijakan apartheid. Ia percaya bahwa perjuangan melawan ketidakadilan tidak mengenal sekat agama, ras, atau gender. Sebaliknya, semua orang harus bersatu untuk melawan sistem yang menindas.
Sebelum memahami pendekatan Essack, penting untuk mengetahui bagaimana kebijakan apartheid merusak tatanan sosial di Afrika Selatan. Apartheid adalah sistem pemisahan rasial yang diterapkan oleh pemerintah kulit putih. Kebijakan ini dirancang untuk memisahkan masyarakat berdasarkan warna kulit, menempatkan kulit hitam, keturunan India, dan orang kulit berwarna di posisi terendah. Diskriminasi ini sangat merugikan, terutama bagi akses terhadap wilayah, fasilitas umum, dan hak-hak dasar.
Kebijakan apartheid memperlihatkan bagaimana kelompok dominan kulit putih menggunakan kekuasaan mereka untuk menjaga status quo, meskipun mereka hanya seperenam dari populasi negara. Jumlah penduduk kulit putih hanya sebagian kecil dari total populasi di Afrika Selatan, namun, mereka menguasai hampir seluruh lini kehidupan. Orang kulit hitam, yang menjadi mayoritas, terpaksa hidup dalam kemiskinan, termarginalisasi dari pendidikan, dan tidak memiliki akses ke fasilitas layak. Kondisi ini memicu perlawanan besar-besaran, meskipun banyak hambatan yang harus dihadapi, baik dari dalam maupun luar komunitas tertindas. Mereka yang berjuang melawan apartheid sering kali menghadapi ancaman kekerasan, penangkapan, bahkan kematian. Namun, semangat persatuan terus menyala, menjadi dasar perjuangan untuk membebaskan masyarakat dari belenggu ketidakadilan.
Di tengah situasi penuh tekanan ini, Essack melihat agama sebagai salah satu alat yang efektif untuk melawan apartheid. Menurutnya, agama memiliki kekuatan besar dalam membentuk kesadaran masyarakat Afrika Selatan, terlepas dari warna kulit atau keyakinan mereka. Namun, ia menekankan pentingnya agama yang membebaskan, bukan agama yang membuat orang pasif dan tunduk pada penindasan. Baginya, agama seharusnya menjadi sumber kekuatan dan inspirasi untuk melawan ketidakadilan, bukan alat untuk membenarkan penindasan.
Essack memanfaatkan pendekatan hermeneutika atau tafsir untuk membaca ulang teks-teks agama, khususnya Al-Qur'an. Ia percaya bahwa Islam adalah agama yang datang untuk membebaskan manusia dari segala bentuk ketidakadilan. Dalam Al-Qur'an, terdapat prinsip-prinsip seperti tadrij (progresivitas), asbab al-nuzul (konteks turunnya ayat), dan nasakh (penghapusan hukum sebelumnya) yang menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang progresif dan relevan dengan perubahan zaman. Bagi Essack, Al-Qur'an adalah kitab yang hidup, yang tafsirnya harus terus berkembang seiring dengan kebutuhan zaman dan tantangan yang dihadapi umat manusia.
Essack merumuskan enam prinsip penting dalam menafsirkan Al-Qur'an, yang ia yakini sebagai kunci untuk membebaskan umat manusia dari ketidakadilan. Pertama, takwa. Ia menjelaskan bahwa takwa adalah kesadaran untuk mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Kedua, tauhid. Prinsip ini menekankan bahwa Allah harus selalu menjadi prioritas utama, mengatasi kepentingan pribadi, kelompok, atau jabatan. Tauhid juga berarti menolak segala bentuk penindasan yang bertentangan dengan kehendak Allah.
Ketiga, manusia. Essack mengingatkan bahwa penafsiran Al-Qur'an harus memperhatikan kepentingan orang banyak, bukan hanya untuk keuntungan individu atau kelompok tertentu. Penafsiran yang baik adalah yang membawa manfaat bagi masyarakat luas, terutama mereka yang berada di posisi lemah. Keempat, kaum marginal. Tafsir yang benar harus berpihak pada mereka yang tertindas dan tidak memperburuk diskriminasi. Bukan hanya sekadar membela mereka, tetapi juga memberdayakan mereka untuk bangkit melawan penindasan.
Kelima, keadilan. Essack menekankan bahwa setiap tafsir Al-Qur'an harus membawa manfaat bagi semua kalangan tanpa memihak. Tafsir ini harus menciptakan kesetaraan, sehingga setiap orang dapat merasakan keadilan, baik dalam aspek hukum, sosial, maupun ekonomi. Terakhir, jihad. Bagi Essack, tafsir harus mendorong aksi nyata, bukan membuat masyarakat menjadi pasif. Jihad di sini bukan hanya bermakna perang fisik, tetapi juga perjuangan melawan segala bentuk ketidakadilan, termasuk melawan hawa nafsu dan keserakahan.
Essack juga mengingatkan bahwa orang-orang tertindas tidak boleh berkolaborasi dengan penindas. Pasrah pada keadaan hanya akan memperkuat sistem yang menindas. Sebaliknya, mereka harus berani menyuarakan ketidakadilan dan melawan kebijakan yang merugikan. Baginya, perlawanan adalah satu-satunya cara untuk membawa perubahan dan keluar dari belenggu diskriminasi. Dengan menyuarakan kebenaran dan melawan ketidakadilan, masyarakat tertindas dapat membuka jalan menuju kehidupan yang lebih baik.
Perjuangan Essack memberikan pelajaran penting bagi dunia, bahwa agama bisa menjadi alat pembebasan jika dipahami dengan cara yang benar. Ia menunjukkan bagaimana tafsir progresif dapat membantu masyarakat melawan ketidakadilan, tanpa memandang latar belakang agama atau etnis. Pesan Essack sangat relevan, terutama bagi masyarakat yang masih menghadapi diskriminasi dan penindasan. Dalam konteks Indonesia, perjuangan melawan ketidakadilan juga menjadi isu yang sering muncul, baik dalam bentuk kesenjangan sosial, diskriminasi, maupun pelanggaran hak asasi manusia.
Inspirasi dari pemikiran Essack adalah bahwa solidaritas dan keberanian adalah kunci untuk melawan ketidakadilan. Dengan bersatu, semua orang memiliki kekuatan untuk melawan sistem yang tidak adil. Essack membuktikan bahwa agama dan kemanusiaan dapat berjalan beriringan untuk menciptakan dunia yang lebih adil. Dengan semangat pembebasan yang ia ajarkan, kita semua bisa belajar untuk terus memperjuangkan keadilan dan kemanusiaan di manapun kita berada.
Artikel Lainnya
-
8107/12/2024
-
44015/07/2023
-
144028/02/2020
-
Tetap Menjadi Pahlawan Pendidikan di Tengah Pandemi
103025/11/2020 -
Gerakan KAMI dan Demokrasi Kita
147710/08/2020 -
Pesona dan Daya Saing Pasar Tradisional Kami
24811/05/2024