Teknologi Digital dan Pedagogi dalam Pembelajaran

Dosen Pendidikan Bahasa Inggris UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Teknologi Digital dan Pedagogi dalam Pembelajaran 03/05/2024 201 view Pendidikan kemdikbud.go.id

Dalam rangka memperingati hari guru, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar seminar bertajuk “Teknologi Digital dalam Pendidikan untuk Membentuk Generasi Berkarakter dan Berbudaya”.

Sesuai dengan judulnya, seminar ini mengulas urgensi pemanfaatan teknologi digital dalam pendidikan dan apakah pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran secara praktis dapat membantu membentuk peserta didik yang berkarakter sekaligus tidak tercerabut dari akar budayanya. Dalam tulisan ini, penulis mencoba mengulas bagaimana pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran yang membelajarkan dalam rangka membentuk generasi unggul dan berkarakter.

Makna pemanfaatan teknologi untuk pembelajaran tidaklah sama dengan pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran. Pemanfaatan teknologi untuk pembelajaran dapat berarti penggunaan teknologi sebatas untuk memenuhi tuntutan kondisi mutakhir. Seorang guru, misalnya, bisa saja menggunakan kecanggihan teknologi seperti kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence, aplikasi presentasi dengan segala fiturnya yang canggih tetapi jika dalam pengajarannya masih dengan cara yang lama dimana guru berceramah dan siswa diam menyimak kemudian siswa diberikan soal latihan untuk persiapan ujian maka belum dikatakan seorang guru menerapkan teknologi yang membembelajarkan.

Sedangkan pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran berarti ada upaya penyatuan teknologi dan pedagogi pada saat yang bersamaan. Dengan kata lain tidak ada dikotomi antara teknologi dan pedagogi dalam hal ini bukan pedagogi dulu sebelum teknologi, seperti dalam diktum bahasa Inggris, the pedagogical horse before the technology cart (Tsui and Tavares, 2020). Berbeda dengan contoh pertama, dalam makna ini jika guru secara kreatif menyusun model pembelajaran yang melibatkan partisipasi aktif siswa untuk menciptakan pengetahuan mereka sendiri dengan mengalami secara langsung proses pembelajaran meskipun terkadang hanya menggunakan teknologi sederhana, maka bisa dikatakan guru telah menerapkan model pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi yang membelajarkan.

Pemaknaan pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran penting kiranya dilakukan sehingga pada akhirnya para pendidik dapat benar-benar menerapkannya karena pada saat ini paradigma pendidikan telah banyak bergeser. Jika dulu diyakini bahwa guru adalah satu-satunya sumber belajar maka sekarang tidak lagi seiring berkembangnya teknologi akses terhadap sumber-sumber belajar sangat melimpah. Jika dulu diyakini siswa adalah ibarat kaset kosong yang siap diisi dengan rekaman informasi pelajaran, saat itu paradigma itu sudah tidak lagi berlaku.

Sebaliknya jika berpijak pada paradigma baru maka seharusnya guru atau dosen secara lebih luas memberikan peran kepada siswa untuk menjadi subjek pembelajaran. Seharusnya guru dan murid bisa saling belajar dan mengajar seperti yang dikonsepsikan oleh Paulo Freire. Dengan demikian siswa benar-benar dilibatkan baik secara fisik maupun kognitifnya untuk mengalami secara langsung proses pendidikan dengan tujuan akhir menjadi manusia yang berkarakter dan berbudaya.

Paradigma Baru

Dalam upaya memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran kiranya penting untuk melihat konsekuensi atas bergesernya paradigma pendidikan berupa asumsi dalam konsep dan praksis pendidikan seperti yang dikemukakan oleh Abdulhak dan Darmawan (2013) dalam bukunya yang berjudul Teknologi Pendidikan antara lain; a) pendidikan akan mengalami kesulitan mentransfer bahan ajar manakala kurang memperhatikan karakteristik peserta didik, bahan ajar, proses dan faktor-faktor yang memiliki keterkaitan dengan proses pembelajaran; b) peserta didik menjadi fokus utama dalam pendidikan dan berfungsi sebagai konstruktor pengetahuan yang aktif; c) bahan ajar bersifat kognitif yang memiliki perkembangan sesuai dengan perkembangan ilmu dan pertumbuhan masyarakat; d) kebutuhan belajar menjadi fokus dan sumber penetapan program kurikulum serta pembelajaran yang diikuti peserta didik; e) pengalaman belajar yang mengandung pengetahuan dan keterampilan akan lebih tepat manakala disajikan dalam kondisi yang realistik; f) penilaian perlu dilakukan secara realistis dan komprehensif sebagai unjuk kerja peserta didik dalam mengikuti pengalaman belajarnya.

Guru masa kini seharusnya mampu merespon perubahan paradigma pendidikan dengan baik dengan cara mencoba menerapkan pembelajaran yang lebih inovatif dan memerdekakan. Kurikulum Merdeka belajar merupakan upaya yang mengarahkan para pendidik untuk berpegang pada paradigma pendidikan yang baru. Secara faktual sudah saatnya paradigma pendidikan diubah menjadi pendidikan yang membebaskan bukan membelenggu siswa dengan cara belajar yang sebatas menabung informasi atau meminjam istilah Paulo Freire pendidikan gaya bank, dimana murid dianggap sebagai penampung pengetahuan dan guru sebagai pemberi depositonya.

Lantas bagaimana pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran yang mengikuti paradigma pendidikan yang baru? Tidak ada pilihan lain selain menjadikan peserta didik sebagai aktor utama dalam pembelajaran. Mereka harus banyak diberikan kesempatan untuk mampu membentuk pengetahuan. Namun bukan berarti guru tidak berperan sama sekali dalam pembelajaran. Guru harus mampu menjadi perancang pembelajaran yang inovatif dan bermakna dengan memanfaatkan teknologi pendidikan. Guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang menantang namun pada saat yang bersama memberikan dukungan yang tinggi, High Challenge-High Support (Mariani, 1997).

Hal penting lain yang bisa dilakukan adalah dengan memadukan pengetahuan konten dan pengetahuan pedagogi atau sering dikenal dengan kerangka Technological Pedagogical And Content Knowledge (TPACK) yang dikenalkan oleh Mishra and Koehler, 2006. Menurut kerangka ini maka guru masa kini didorong pada saat yang bersamaan menggunakan teknologi canggih (High Tech) seperti teknologi digital dan menerapkan cara pengajaran yang benar membelajarkan (High Teach).

Cara Penerapan

Lalu bagaimana skenario pembelajarannya? Untuk memudahkan penulis akan membuatkan ilustrasi pembelajarannya dalam mata pelajaran bahasa Inggris untuk siswa SMP/MTs dalam topik teks prosedur. Tujuan dari pembelajaran ini adalah siswa mampu mengetahui apa itu teks prosedur dan mampu menulis teks prosedur dalam bahasa Inggris dengan susunan kalimat dan aturan tata bahasa Inggris yang benar.

Pada tahap awal guru dapat mengenalkan contoh-contoh teks prosedur yang dapat mereka temui dalam kehidupan sehari-hari. Ini bertujuan untuk benar-benar mengaitkan apa yang siswa pelajari di sekolah dengan kehidupan mereka. Selanjutnya dengan memanfaatkan aplikasi Nearpod utamanya fitur Collaborate Board. Dengan memanfaatkan fitur ini memungkinkan siswa untuk berkolaborasi curah gagasan dan pengetahuan bersama teman sebaya.

Langkah berikutnya guru dapat memberikan tugas mengumpulkan teks prosedur yang mereka temui, misalnya resep masak, cara membuat vas bunga dari botol plastik bekas, dan lain-lain. Setelah mengumpulkan jenis-jenis teks prosedur siswa dapat ditugasi mengelompokkan jenis-jenis menjadi dua kategori how to make dan how to do.

Selanjutnya, guru diminta untuk mengamati tata bahasa dan struktur kalimat yang ada dalam teks prosedur. Dengan menggunakan canva guru dapat membuat fitur kebahasaan teks prosedur dan meminta siswa menganalisis fitur kebahasaan pada jenis-jenis teks prosedur yang telah dikategorikan menjadi dua. Karena tujuan akhir dari pembelajaran ini adalah siswa mampu membuat teks prosedur, guru dapat menugaskan siswa untuk melakukan project menulis dengan cara memanfaatkan teknologi yakni menyusun draft teks prosedur kemudian menjelaskan teks prosedur secara lisan dengan membuat Vlog dan diupload di website resmi sekolah. Penilain selain dari rubrik yang disiapkan oleh guru bisa juga ditambah dengan jumlah likes dari teman-teman yang lain.

Dari skenario pembelajaran itu dapat terlihat penggunaan teknologi canggih tetapi pada saat yang bersamaan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar dengan cara mengalami secara langsung. Nilai-nilai karakter seperti kerjasama dan berpikir kritis dan analitis memungkinkan untuk berkembang.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya