Tahun Baru: Menggeser Tradisi Menuju Pertobatan Ekologi Keberlanjutan

Pembelajar Kajian Ilmu Politik Pemerintahan
Tahun Baru: Menggeser Tradisi Menuju Pertobatan Ekologi Keberlanjutan 31/12/2021 460 view Lainnya Pixabay.com

Pergantian tahun tentu menjadi salah satu momentum yang spesial bagi seluruh masyarakat dunia. Pasalnya momen ini hanya terjadi sekali dalam setahun. Oleh karenanya amat disayangkan jika momentum pergantian tahun ini dilewatkan begitu saja. Tidak heran jika momen tersebut selalu dinanti-nanti oleh masyarakat dunia dengan penuh suka cita.

Bagi sebagian pihak malam tahun baru memberikan warna tersendiri. Pada malam tersebut bisa dijadikan sebagai momen untuk berkumpul bareng dengan sanak family, mengadakan pesta bakar-bakar ayam, ada yang menyambutnya dengan mengadakan acara tertentu semalaman suntuk, pesta meriah kembang api, dan masih banyak lagi.

Di sisi lain malam tahun baru juga bisa dijadikan momentum reflektif kepada Sang Pencipta terhadap perjalanan kita selama satu tahun atas apa saja pencapaian-pencapaian selama ini dan menatap ke depan dalam menghadapi waktu yang akan datang. Hal inilah yang sebetulnya menjadi tradisi masyarakat dunia yang sampai hari ini tradisi itu tumbuh berkembang dengan baik dan menjamur dalam konteks global.

Tahun Baru di Masa Covid-19

Tradisi masyarakat dunia dalam menyambut tahun baru bukan menjadi sesuatu yang salah. Setiap orang memiliki cara tersendiri bagaimana mereka merayakan pergantian tahun. Bahkan banyak yang merelakan diri untuk pulang kampung agar bisa berkumpul dan merayakan bersama dengan keluraganya, istri, atau bahkan anaknya. Inilah yang menjadikan momen ini menjadi sangat spesial sekaligus momentum bercengkrama dengan paling afdol. Namun, situasi tersebut nampaknya berubah total. Sampai hari ini masyarakat dunia diperhadapkan dengan masalah yang mengancam keselamatan nyawa manusia global, yani virus Covid-19. Virus yang diduga berasal dari Kota Wuhan Provinsi Hubai, China ini telah menjalar ke berbagai negara di dunia.

Sudah dua tahun ini Covid-19 menuntut masyarakat dunia untuk beradaptasi baru. Kematian manusia global akibat Covid-19 pun tidak sedikit. Data yang dipublikasikan pada laman covid19.go.id per 25 Desember 2021 menyebut bahwa Covid-19 ini telah menyebar di 226 negara dengan kematian global mencapai 5.374.744 jiwa dan terkonfirmasi positif sebesar 276.436.619 jiwa. Sungguh angka yang tidak sedikit.

Keadaan ini tentu perlu dipikirkan kembali bahwa kita dalam situasi yang sedang tidak baik-baik saja. Ada perubahan tatanan kehidupan yang semestinya kita jalankan. Hal ini tentu sebagai upaya untuk memutus mata rantai penularan virus ini. Tidak terkecuali pada momen dan tradisi tahun baru yang biasanya menjadi rutinitas masyarakat dunia.

Sebelum virus ini menyebar tentu tradisi penyambutan tahun baru sah-sah saja dilakukan. Namun, semenjak virus ini menyebar, maka tradisi penyambutan tahun baru juga tidak bisa dilakukan sebagaimana sebelum adanya virus ini. jangan sampai pergantian tahun menjadi momentum untuk membangun klaster baru penularan virus ini. Kita harus jadi pemenang dalam pertempuran melawan Covid-19 ini yang telah berlangsung dua tahun lamanya. Perayaan tahun baru harus dialihkan dalam kegiatan yang lebih kritis dan reflektif dengan menahan diri sebentar saja untuk tidak membangun keramaian dalam situasi yang sedang kurang baik.

Pertobatan Ekologis Momentum Berbenah Diri

Menahan diri terhadap tradisi penyambutan malam pergantian tahun menjadi pilihan yang tepat. Pemerintah telah memberikan himbauan bahwa saat ini masyarakat dunia dituntut untuk tetap taat dan patuh terhadap protokol kesehatan. Bahkan diamnya kita di rumah telah menunjukkan kepahlawanan kita terhadap sesama. Melalui gerakan diam di rumah sejatinya kita telah menyelamatkan banyak nyawa dari virus ini.

Tradisi tahun baru harus kita lupakan sejenak sambil menunggu keadaan ini benar-benar pulih. Pertobatan ekologis menjadi sangat relevan untuk menggeser tradisi yang selama ini kita rayakan. Mungkin banyak pihak mempertanyakan, mengapa dengan pertobatan ekologis menjadi relevan dalam menggeser tradisi tahun baru? Karena tanpa kita sadari bahwa Covid-19 disebut memiliki hubung-kaitan dengan kerusakan ekologi.

Relasi Covid-19 dengan kerusakan ekologi telah menyebar luas sehingga bukan sesuatu yang baru lagi. Organisasi global seperti PBB, WHO, dan WWF secara tegas menyebut bahwa Pandemi Covid-19 ini muncul sebagai dampak dari kerusakan ekologi yang telah berlangsung lama. Berbagai virus yang sebelumnya muncul seperti Zika, Aids, SARS, dan Ebola diduga berasal dari populasi hewan dalam tekanan ekologi yang sangat parah. Artinya virus yang ada hari ini merupakan manifestasi dari hubungan manusia dan ekologi yang tidak seimbang. Perilaku manusia yang bersifat destruktif terhadap ekologis selama bertahun-tahun telah berkontribuasi terhadap munculnya ancaman global.

Manusia terlalu egois dan terlalu menggebu-gebu mengejar kepentingan ekonomi. Hak-hak ekologis acapkali dipinggirkan bahkan juga dirampas. Kepentingan ekonomi menjadi panglima dan orientasi yang diburu dengan narasi kesejahteraan. Padahal manusia sendiri kurang memahami jarak kehidupan manusia yang begitu dekat dengan ruang ekologis justru terasa jauh dan tidak ada titik temu.

Setelah bertahun-tahun ruang ekologis kita abaikan, masihkan tradisi penyambutan pergantian tahun baru ini tetap kita helat dengan menutup mata keadaan ekologis dengan kondisi yang terjadi saat ini? Tuntutan pertobatan ekologis pada momen pergantian tahun baru menjadi sangat esensial untuk melihat seberapa besar kontribusi kita dalam memuliakan ekologis. Kepedulian dan perilaku manusia menjadi refleksi kritis untuk memulai dan membangun sikap dan kepedulian ekologis secara berkesinambungan.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya