Sapa Penulis #5 dr. Dicky Budiman M.Sc.PH, PhD : Intermediate Writer Bidang Kesehatan
Sebuah kehormatan bagi The Columnist dapat berkesempatan menyapa para penulisnya. Pada kesempatan kali ini. The Columnist kembali bertukar sapa dan berdiskusi bersama salah satu diantaranya, yaitu dr. Dicky Budiman M.Sc.PH, PhD.
Di sapa penulis kali ini, beliau akan berbagi pengalaman dan tips menulis di bidang kesehatan. Disajikan secara ringan namun membawa pesan serta pengalaman yang dapat bermanfaat bagi para milenial. Mari kita simak wawancara The Columnist bersama beliau.
Selamat pagi Dok, senang sekali dapat berbincang bersama dokter di Sapa Penulis kali ini. Sobat The Columnist ingin mengenal Dokter lebih dekat nih. Bisa cerita sedikit Dok, mengenai profil dan keseharian nya?
Nama saya Dicky Budiman, Dokter lulusan FK Unpad Bandung , dan Master di bidang Epidemiologi Penyakit Menular Griffith University Australia tahun 2004. Saya memiliki 20 tahun pengalaman di Kementerian Kesehatan, Bappenas, BPJS Kesehatan dan Lembaga Internasional seperti UNDP, ASEAN, Sekretariat, dan Organisasi Kerjasama Islam.
Saya Terlibat dalam beragam isu kesehatan global, antara lain Pandemi Flu Burung, Misi Kesehatan di wilayah konflik. Jejak karir dimulai dari Kepala Puskesmas Cisaruni di Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat, hingga terakhir menjadi Sekretaris Dewan Pengawas BPJS Kesehatan RI tahun 2016-2018.
Saat ini keseharian saya aktif dalam kajian dan masukan pakar terkait strategi penanganan pandemi Covid-19. Selain itu, saat ini saya sedang disibukkan dengan studi saya, PhD candidate Researcher & practitioner on Global Health Security & Pandemic at the Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia.
Sejak kapan Dokter mulai aktif menulis? Melihat begitu banyaknya karya yang sudah diterbitkan.
Jika ditelusuri ke belakang, bagaimana mulanya saya mulai menulis itu ketika SMP. Saat itu saya sebagai Ketua Osis, terbiasa berbicara dan mengemukakan pendapat. Kemudian saya sadar, Mengemukakan pendapat tidak hanya dapat diungkapkan secara lisan.
Mengungkapkan pendapat dapat dilakukan dengan menuangkannya dalam bentuk tulisan. Pokok pikiran dan ide yang ingin disampaikan dapat diuraikan lebih jelas dan sistematis melalui tulisan. Dari sanalah saya mulai menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan.
Berlanjut ke SMA, saya kembali menjadi Ketua Osis. Dan perlu menyampaikan gagasan dan ide melalui lisan maupun tulisan. Kemudian saya bergabung dalam klub majalah dinding, kemudian sering mengikuti perlombaan dan menang hingga tingkat nasional.
Semasa kuliah, saya mulai mengirim tulisan ke media Koran. Meskipun saat itu saya hanya menulis surat pembaca. Saat itu saya belum percaya diri menulis opini. Meskipun begitu, isi surat pembaca yang saya tulis sudah merujuk pada bidang keilmuan saya, tentang HIV dll berasal dari rujukan singkat.
Dulu itu belum banyak media online ya, saya banyak menulis kemudian share melalui email grup dan orang-orang sekitar saya. Setelah menjadi Dokter, saya semakin sering memberi ceramah dan presentasi dan kemudian saya kumpulkan dalam bentuk tulisan dan buku-buku. Kepenulisan semakin saya dalami ketika Master di Australia. Kemudian berlanjut sampai sekarang sehingga menjadi sebuah keharusan dan kewajiban dalam menulis.
Bagaimana cara Dokter belajar menulis? Apakah otodidak atau dibimbing Pengajar?
Pada awalnya tidak ada niat ataupun keharusan bagi saya dalam menulis. Saya mulanya menulis karena sebuah kebutuhan. kebutuhan bagi saya untuk menuangkan ide dan gagasan agar dapat diterima oleh orang lain. Kebutuhan saya akan menulis dimulai dari SMP. Dimana masa SMP saya tergabung dalam organisasi sekolah dan menjabat sebagai Ketua Osis.
Saya kemudian membiasakan diri dan belajar bagaimana menulis yang baik dan benar. Saya belajar secara otodidak dan mandiri, tanpa bimbingan pengajar. Namun ketika menulis sudah menjadi kebiasaan dan kebutuhan, disinilah saya mulai meminta saran dan masukan orang lain yang lebih kompeten terkait koreksi tulisan saya.
Pada akhirnya saya menyadari, bahwa menulis merupakan cara bagi individu untuk memenuhi kebutuhan hidup paling dasar. Apa itu kebutuhan paling dasar manusia? Yaitu kebutuhan untuk diakui masyarakat. Pengakuan sosial menjadi kebutuhan dasar, itu sudah jelas. Bagaimana individu dapat hidup tanpa dikenal dan diakui oleh orang lain.
Maka dari itu, menulis menjadi salah satu media untuk mencapai pengakuan sosial. Dengan menulis, orang lain akan mengenal dan mengetahui kita. Kemudian pencapaian yang telah kita kerjakan akan lebih diakui dengan seringnya kita menulis. Kredibilitas dan eksistensi kita sebagai seseorang akan terbangun dengan kita menulis. Tentunya tulisan seperti apa menjadi sesuatu hal yang penting pula.
Dari mana inspirasi dan referensi Dokter dalam menulis? adakah penulis yang di idolakan?
Tulisan yang paling melekat dan menjadi favorit bagi saya adalah tulisannya Stephen R. Covey. Penulis dari buku The 7 Habits ini yang sering kali menjadi inspirasi bagi saya. Tulisan yang ringan namun penuh makna.
Selain itu, penulis yang saat ini menjadi acuan dan referensi saya dalam berkarya adalah professor Cordia Chu. Beliau merupakan professor saya di Griffith University dengan karyanya yang sudah ribuan. Dalam menulis opini dan karya ilmiah, saya sering berkonsultasi dan belajar dari karya-karya beliau.
Seperti yang kita ketahui, artikel, opini dan tulisan di bidang kesehatan tidak begitu banyak. Berbeda dengan artikel dibidang lainnya. Maka dari itu, mencari referensi yang berkualitas akan menjadikan kita termotivasi untuk terus maju dan berkualitas pula.
Bisa diceritakan, buku apa saja yang telah Dokter tulis dan terbitkan?
Ada buku, Epidemiologi Pandemi HIV : Situasi Perilaku Beresiko Tertular HIV di Indonesia, kemudian Policy Paper and Report : OIC Strategic Health Programme Of Action 2014-2023, Evaluation of the Contribution of the Global and Regional Human Development Reports to Public Policy Processes, Evaluation of the Role of UNDP in Supporting National Achievement of the Millennium Development Goals, a Greater Mekong Health Security Partnership dan selanjutnya Overview of the HIV?AIDS Epidemic With an Introduction to Public Health Surveillance.
Mayoritas buku yang saya tulis berkaitan dengan laporan tahunan program kerja dan pembangunan kesehatan kepada publik. Selebihnya tulisan saya berbentuk artikel dan opini publik.
Bagaimana pandangan Dokter terhadap artikel artikel bidang kesehatan saat ini? melihat artikel kesehatan tidak sebanyak artikel bidang lainnya?
Ya benar, sejauh ini memang jika dibandingkan dengan artikel-artikel umum lainnya, artikel kesehatan terhitung masih kurang. masih banyak tenaga kesehatan yang kurang produktif dalam bidang kepenulisan. Justru sebenarnya artikel artikel bidang kesehatan sangat dibutuhkan bagi rujukan dan sitasi bagi masyarakat.
Perkembangan teknologi dan ilmu di bidang kesehatan begitu cepat. Tenaga kesehatan harus mampu mengikuti dan menyesuaikan hal ini. dengan memperbanyak membaca dan sharing atau diskusi sangat membantu.
Maka dengan begitu artikel-artikel kredibel dari para tenaga kesehatan sangat lah diperlukan. Bahkan hal-hal kecil dalam pengalaman sehari-hari dapat dijadikan bahan tulisan yang bermanfaat bagi pembaca.
Harapan saya bagi seluruh tenaga medis Indonesia agar dapat produktif menulis dan sharing berbagai informasi bagi masyarakat di tengah waktu luang. Ini penting guna meningkatkan generasi bangsa cinta membaca. Dan juga sebagai bahan rujukan bagi tenaga kesehatan dan mahasiswa dalam bidang kepenulisan.
Jadi hingga sekarang, tulisan Dokter sudah diterbitkan di media mana saja?
Sejauh ini sudah beberapa media mainstream pernah menerbitkan tulisan saya. Untuk saat ini yang rutin hampir setiap harinya menerbitkan tulisan saya adalah CNN Indonesia dan Kompas. Tentunya di The Columnist terdapat beberapa hasil karya saya.
Tulisan-tulisan Dokter yang terbit di The Columnist selalu mengulas mengenai pandemi Covid-19 di Indonesia. Bisa diceritakan alasannya?
Berhubung latar belakang saya di bidang kesehatan dan ketika master dulu saya mendalami ilmu Epidemiologi Penyakit Menular dan environmental health, kedua hal ini sangat berhubungan erat dengan kondisi pandemi saat ini. saya sudah lama meneliti bagaimana sistem pandemi ini.
Bahkan bulan Oktober 2019 lalu saya sempat presentasi di Guangzhou China bersama tim saya dalam kegiatan One Health tentang Corona Virus: Pendekatan Baru Dunia dalam Mengelola Pandemi. Sebulan kemudian justru pandemi telah melumpuhkan seluruh dunia hingga saat ini.
Maka demikian, saya mengeluarkan opini-opini dan pandangan saya berdasarkan riset dan kajian yang sudah saya lakukan bertahun-tahun sebelumnya. Salah satunya melalui media Online The Columnist. Saya menggambarkan dan memberi informasi kepada masyarakat seperti apa pandangan saya terhadap pandemi ini berdasarkan latar belakang keilmuan yang saya miliki.
Dari sudut pandang Dokter, bagaimana kondisi Indonesia saat ini dan kedepannya terkait Pandemi Covid-19 yang melanda?
Yang perlu masyarakat ketahui, saat ini seiring dengan perkembangan teknologi dalam berbagai bidang, menyebabkan perubahan yang luar biasa baik alam maupun sosial. Dampak dari perkembangan tersebut salah satunya adalah tingkat mobilitas masyarakat yang tinggi.
Mobilitas yang mudah dan cepat tentunya membawa efek positif dan negatifnya. Dalam konsep distribusi virus, manusia merupakan media yang efektif dalam penyebaran. Maka dengan demikian, tentunya dampak negatif tersebut kemudian muncul.
Seiring dengan mobilitas masyarakat yang begitu cepat, sudah saatnya seluruh masyarakat di dunia memikirkan hal ini. point utama dan paling penting adalah Global health security. Perlu adanya tata aturan dunia yang disepakati dan dipatuhi bersama-sama terkait International health regulation.
Seluruh lapisan harus memastikan bagaimana International health regulation dapat mengawasi secara ketat jalannya Global Health Security. Perlu masyarakat pahami, bahwa ancaman dari Global Health Security (GHS) tidak hanya di bidang kesehatan. Namun terdapat beberapa diantaranya dampak Perang, Kelaparan, Kerusakan Lingkungan dan lain sebagainya.
Kemudian yang harus diketahui, berdasarkan apa yang telah saya amati dan pelajari, bahwa ancaman terbesar manusia dalam 10-20 tahun kedepan adalah Zoonotik Virus, atau biasa yang disebut virus yang berasal dari hewan. Selain ancaman dari Zoonotik Virus, ancaman lainnya berasal dari kelompok virus jenis RNA dan Corona Virus.
Sehubungan dengan pandangan saya terhadap Indonesia yang saat ini tengah berjuang bersama melawan pandemi, perjalanan Indonesia masih panjang. Masih banyak kebijakan-kebijakan yang belum mencapai tata cara dan standar penanganan pandemi. Respon Indonesia terhadap warning yang sempat saya dan tim sampaikan tidak sesuai dengan tata pengelolaan pandemi.
Yang dihadapi Indonesia saat ini belum puncaknya. Prediksi saya, masa rawan yang akan dihadapi Indonesia berkisar pada bulan Juli hingga September. Saya berharap pemerintah memperketat berbagai usaha penanganan pandemic Covid-19 ini. Besar harapan kita semua agar masa seperti ini segera berakhir dan kembali membaik seperti sediakala.
Tulisan Dokter sangat ringan, mudah dipahami dan mengalir, meskipun menulis terkait bidang kesehatan dan ilmiah yang kesannya berat. Mungkin Dokter punya tips bagi teman-teman penulis untuk menghasilkan tulisan yang demikian!
Hal pertama yang paling penting dan utama tentunya harus banyak membaca. Membaca adalah langkah awal terbiasa dalam menuangkan ide dan gagasan. Biasakan membaca, kemudian membiasakan menulis. Apapun, dari hal hal kecil dan sederhana.
Mengenai kepenulisan yang spesifik dalam suatu bidang, apapun, namun dalam hal ini terkhususnya bidang kesehatan. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah konsisten. Konsisten memilih tema apa yang akan selalu di tulis.
Bukan berarti kita tidak dapat menulis sesuatu diluar tema yang kita tetapkan. Namun, tips pertama ini membantu penulis diakui ke profesionalitasnya. Kemudian jika di telusuri, kita akan lebih kredibel di hadapan pembaca. Jika kita selalu menghasilkan karya pada satu bidang, maka kita akan dianggap kompeten di bidang tersebut.
Contohnya saja, saya yang berlatar belakang kesehatan fokus menulis mengenai pandemi dan epidemiologi. Padahal bidang kesehatan sangat luas dan banyak hal yang dapat ditulis. Namun demikian, orang lain akan menangkap bahwa saya ahli di bidang epidemiologi, dapat dibuktikan dari berbagai tulisan dan penelitian saya. Maka kunci pertama adalah konsisten dan fokus. Bukan berarti tidak dapat melakukan variasi.
Tips kedua adalah, penulis harus betul betul memiliki penguasaan ilmu secara teoritis dalam bidang kesehatan, sanitasi, dan lingkungan. Wawasan yang luas akan menunjang penguasaan ilmu tersebut. Ilmu teori yang dimiliki diimplementasikan dalam program nyata tentunya. Tulisan sebagai media yang tepat dalam implementasi teori yang dimiliki.
Yang ketiga adalah, menuangkan pendapat, dalam menuangkan pendapat haruslah sering berdiskusi dan membaca. Membaca membantu kita dalam pemilihan diksi. Diksi menjadi kunci bagaimana sebuah tulisan dapat diterima dan dimengerti oleh masyarakat luas.
Bidang kesehatan merupakan bidang vital yang menyangkut kepentingan dan keselamatan banyak orang secara luas dan merata. Maka apa yang kita sampaikan baik tulisan maupun lisan haruslah yang dapat dimengerti orang banyak.
Maka kunci untuk dipahami secara luas adalah pemilihan kosa kata yang tepat dan umum. Harus pandai mencari padanan kata yang tepat. Tentunya kemampuan ini diperoleh dari banyak membaca dan berdiskusi dengan masyarakat luas.
Bisa diceritakan, bagaimana dokter mengenal The Columnist?
Pertama kali saya mengetahui The Columnist adalah dari share grup Whatsapp, mengenai sebuah artikel. Kemudian saya tertarik dan membuka artikel tersebut. Saya membaca beberapa artikel di The Columnist dan setelahnya saya tertarik untuk memasukkan tulisan di The Columnist.
Terakhir, apa harapan Dokter untuk The Columnist dan teman-teman penulis?
Saran saya, untuk penulis-penulis berbakat dan sahabat The Columnist adalah. Untuk menjadi renungan, bahwa profesi menulis adalah profesi yang menjanjikan. Baik secara status sosial maupun ekonomi di masa kini dan masa depan.
Ini yg harus disadari penulis muda. Apabila ini tidak tertanam sebagai keyakinan, maka tidak disadari motivasi menulis akan hilang. Basic nya pengakuan secara social dan material. Menyentuh kebutuhan dasar manusia, yaitu pengakuan sosial.
Dengan menulis kita dikenal masyarakat. Menulis merupakan suatu keahlian yang menjanjikan, dengan menulis saat ini mampu jadi milarder. Bagi penulis muda, pilihla bidang keilmuan spesifikasi untuk digeluti. Jangan melebar. Apabila terlalu melebar akan tidak kredibel dan dalam. Memilih satu bidang keilmuan sesuai basic dan latar belakang.
Sedangkan untuk The Columnist, saya sangat mengapresiasi hadirnya media online yang memfasilitasi penulis muda dan berbakat. Terus ditingkatkan pencapaiannya, membuka peluang semakin banyak penulis muda dan baru. Lebih memperkaya cakupan jenis area bahasan dan topik. Lebih proaktif mengirim email dan update di twitter serta media sosial nya.
Terlebih di instagram, mungkin dapat dibuat jenis berita lebih milenial dan inovatif seperti bentuk video maupun gambar bergerak dan semacamnya. Agar ketika share informasi lebih enak untuk ditonton. Sukses selalu The Columnist!
Baik, terima kasih Dokter atas waktu dan kesempatannya ditengah kesibukan studi dan risetnya. Semoga diskusi hari ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi sobat The Columnist dan para penulis lainnya.
Artikel Lainnya
-
82711/09/2022
-
141408/08/2021
-
62417/07/2022
-
Pak Ribut dan Dilema Pendidikan Seksual pada Anak
93905/04/2022 -
Ekonomi Digital: Strategi Solutif di Tengah Pandemi
146318/11/2020 -
Resesi Ekonomi Indonesia Saat Digempur Corona
300123/04/2020