Sapa Penulis #1 Fajar Ruddin: Intermediate Writer Bidang Psikologi Klinis

Pada edisi perdana rubrik Sapa Penulis kali ini, redaksi Thecolumnist.id memilih untuk mewawancarai Fajar Ruddin. Pria kelahiran 11 Desember 1988 tersebut, saat ini tengah menyelesaikan pendidikan pascasarjana psikologi klinis di sebuah universitas di Timur Tengah. Untuk mengetahui lebih dalam tentang Fajar, silahkan disimak wawancara kami dengan lelaki yang hobi bermain badminton berikut:
Halo, selamat siang mas Fajar. Sebagai pertanyaan awal, barangkali kamu bisa menceritakan latar belakang dan kesibukan kamu saat ini?
Perkenalkan nama saya Fajar Ruddin, saya berasal dari Tangerang Selatan. Saat ini saya sedang menyelesaikan program pascasarjana di bidang psikolologi klinis. Sebelumnya, saya menyelesaikan program sarjana Psikologi saya di UGM pada tahun 2008-2013. Kemudian saya mengambil Magister Manajemen Bencana di UGM pada tahun 2013-2015.
Untuk aktivitas saat ini saya tengah berfokus untuk menyelesaikan program pascasarjana.
Boleh diceritakan pengalaman menulis mas Fajar?
Sebenarnya saya sudah mulai menulis sejak SMA dengan mempublikasikan tulisan saya di blog pribadi. Saat itu masih belum terlalu serius, cuma cerita tentang pengalaman sehari-hari saya saja. Kemudian baru ketika kuliah saya mulai belajar untuk menulis opini dan dikirimkan ke beberapa media cetak dan online. Saat itu tulisan saya pernah diterbitkan di rubrik Suara Mahasiswa di Harian Kompas, di rubrik opini detik.com, dan beberapa media lainnya.
Kemudian beberapa waktu kebelakang saya sempat vakum untuk menulis di media. Tapi sebagai akademisi saya masih menulis tulisan-tulisan untuk tujuan akademik. Baru ketika Thecolumnist.id muncul, saya mencoba untuk kembali mengirimkan tulisan-tulisan saya ke media, khususnya Thecolumnist.id
Oya, saya membaca tulisan kamu yang berjudul Melankolia TKW Indonesia di Thecolumnist.id, bisakah kamu ceritakan latar belakang tulisan tersebut?
Jadi itu bermula ketika saya datang untuk berkuliah ke negara tempat saya studi sekarang. Ketika di Bandara saya melihat banyak perempuan-perempuan dari Indonesia datang ke sini untuk mencari kerja sebagai Asisten Rumah Tangga. Padahal kita tahu, Pemerintah telah mengeluarkan moratorium terkait pengiriman TKW ke beberapa negara Timur Tengah. Namun kita tidak bisa menutup mata bahwa masih banyak TKW non-profesional dari Indonesia masuk ke sini lewat jalur ilegal dengan visa ziarah, bukan visa pekerja.
Saya merasa miris. Daya tawar kita sebagai sebuah bangsa masih lemah dengan mengirimkan TKW non-profesional sebagai ART. Padahal penghasilan yang mereka dapatkan tidak terlalu besar. Kita masih kalah dibandingkan dengan Filipina yang mengirimkan para pekerja profesional. Rata-rata tenaga kerja profesional asal Filipina di sini bekerja sebagai perawat dan tenaga para-medis.
Terkait program pascasarjana yang tengah kamu jalani, apa tema yang diangkat untuk thesis?
Untuk thesis nanti saya akan mengangkat tentang loneliness atau kesendirian.
Menarik, bisa coba kamu jabarkan?
Loneliness atau kesendirian menjadi salah satu permasalahan cukup besar yang sedang dihadapi dunia saat ini, khususnya di Eropa dan Amerika. Di Inggris, pemerintahnya telah membentuk Kementerian Kesepian untuk menanggulangi permasalahan kesendirian tersebut.
Kesendirian sendiri dapat menimbulkan permasalahan mental yang lebih parah seperti eating dissorder, suatu gangguang mental yang mempengaruhi pola makan seseorang, kecemasan (anxiety), depresi, bahkan bunuh diri.
Kebanyakan orang-orang yang mengalami permasalahan loneliness ini adalah mereka yang sudah dewasa bahkan di usia tua. Banyak faktor yang mempengaruhinya. Seperti jauh dari keluarga atau kebingungan setelah memasuki masa pensiun dan tidak lagi bekerja.
Masalah kesepian seperti apa yang akan kamu bahas di thesis anda nanti?
Untuk thesis saya nanti, saya akan berfokus pada loneliness yang dialami oleh para mahasiswa Indonesia yang belajar ke luar negeri. Jauh dari keluarga dan kampung halaman. Mengalami perbedaan budaya menjadi salah satu faktor terciptanya loneliness tadi. Seperti di sini, perbedaan antara para mahasiswa lokal dan mahasiswa pendatang di sini sangat teraasa jelas.
Untuk itu saya ingin mencari tahu lebih jauh tentang masalah loneliness yang terjadi pada mahasiswa asing yang datang kesini serta bagaimana menanggulangi permasalahan tersebut.
Apa yang ingin anda lakukan sekembalinya ke Indonesia nanti?
Karena saya menyukai dunia akademik, barangkali nanti saya ingin menjadi dosen atau mungkin peneliti di Indonesia.
Oke, terima kasih mas Fajar atas waktu yang diberikan kepada Thecolumnist.id untuk wawancara ini. Semoga kamu bisa meraih mimpi-mimpi mu dan bisa terus menulis gagasan mu untuk publik.
Terima kasih.
Artikel Lainnya
-
73526/12/2019
-
116026/02/2020
-
90320/03/2020
-
Potensi NTT Mewujudkan Swasembada Garam Nasional
86330/03/2021 -
Jurus Pemerintah Meredam Protes Banjir Kalsel
62004/02/2021 -
Bertahan di Lingkungan Kerja Toksik
90906/09/2021