Resesi Ekonomi Indonesia Saat Digempur Corona

Geschiedenisactivist
Resesi Ekonomi Indonesia Saat Digempur Corona 23/04/2020 3028 view Lomba Esai pixabay.com

Menteri Keuangan, Sri Mulyani menyebutkan ekonomi Indonesia bisa hanya tumbuh 2,5 persen atau bahkan 0 persen jika pandemi corona di Indonesia tidak segera diatasi. Dengan adanya corona virus pertumbuhan ekonomi Indonesia pasti berada di bawah 5 persen. Kondisi ekonomi juga diperburuk dengan harga minyak dan gas yang turun di kisaran USD 30 per barel. Padahal perekonomian Indonesia bergantung pada harga komoditas. Di samping itu, pertumbuhan ekonomi juga berdampak pada ketidakpastian yang sangat tinggi dan menurunkan kinerja pasar keuangan global. Keadaan semacam ini menyebabkan Indonesia rentan terhadap krisis ekonomi.

Hal ini ditandai dengan merebaknya Covid-19 di Indonesia yang sangat terasa dampaknya terhadap perekonomian. Ada beberapa alasan untuk menjelaskan hal ini, pertama, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan yang cukup tajam, yang diperkirakan hanya 4,5-4,8 persen di tahun 2020. Kedua, terkait aliran modal keluar sepanjang enam bulan terakhir, tercatat investor asing melakukan aksi jual sebesar Rp16 triliun. Ketiga, Indonesia makin rentan terkena imbas dari kepanikan pasar keuangan global. Menurut Asian Development Bank (ADB), sebanyak 38,5 persen surat utang pemerintah Indonesia dipegang oleh investor asing. Lebih tinggi dari negara Asia lainnya. Jika terjadi aksi jual secara serentak tentunya ini beresiko tinggi terhadap krisis ekonomi.

Dampak Covid-19 Terhadap Masyarakat

Virus corona yang terjadi di Indonesia telah mengakibatkan menurunnya kegiatan ekonomi. Misalnya pada berbagai sektor keuangan Indonesia seperti perbankan hingga konsumsi rumah tangga yang menurun.

Pada sektor konsumsi rumah tangga terjadi ancaman kehilangan pendapatan masyarakat karena tidak dapat bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup terutama rumah tangga miskin dan rentan serta sektor informal. Artinya dampak Covid-19 bagi masyarakat tidak saja pada aspek kesehatan yang berujung pada kematian. Tetapi juga pada aspek lain yang sangat krusial yakni ekonomi.

Menurunnya omset penjualan barang bagi pedagang harian misalnya, hingga tidak berputarnya roda perekonomian adalah dampak lain dari Covid-19 yang saat ini muncul ke permukaan.

Di samping itu terdapat pula pelaku usaha yang bergerak pada sektor pariwisata. World Travel and Tourism Council (WTTC) menyebutkan akibat pandemi virus corona ini sekitar 50 juta orang akan kehilangan pekerjaan di sektor pariwisata saja. Hal semacam ini tentu saja menjadi ancaman serius terhadap industri pariwisata. Hal ini dipersulit lagi dengan ribuan penerbangan internasional dibatalkan dan beberapa perusahaan asuransi menolak adanya nasabah baru untuk asuransi perjalanan.

Jika kita lihat industri pariwisata di Indonesia, salah satu yang terkena dampak paling besar akibat pandemi Covid-19 ini salah satunya adalah Bali. Dimana industri pariwisata di Bali mengalami pukulan besar, seiring banyaknya negara-negara yang melakukan pembatasan perjalanan guna mencegah penyebaran virus corona ini.

Berangkat dari kondisi semacam ini bisa jadi salah satu yang melandasi pemerintah Indonesia selama pandemi berupaya mendongkrak wisata domestik melalui insentif diskon tiket pesawat ke sejumlah tujuan sebagai stimulus sebagaimana yang dikatakan oleh Airlangga Hartarto tersebut.

Di sisi lain, selama pandemi virus corona menyerang Indonesia, pemerintah mengeluarkan kebijakan social distancing dan himbauan agar masyarakat bekerja dari rumah serta himbauan stay at home untuk memutus mata rantai Covid-19. Akan tetapi, kebijakan pemerintah yang menghimbau masyarakat untuk tetap di rumah mengundang polemik di masyarakat.

Hal ini disebabkan dengan tetap di rumah dalam jangka waktu yang lama sebagian besar masyarakat akan kehilangan pendapatannya, karena tidak ada pemasukan selama mereka hanya berdiam diri di rumah. Hal semacam ini sangat dirasakan oleh masyarakat kalangan menengah ke bawah yang bekerja di sektor informal dan memperoleh pendapatan secara harian. Misalnya pedagang bakso keliling, pedagang somai, pedagang sate serta sejumlah pedagang lainnya yang menggantungkan harapan perekonomian keluarganya pada laku atau tidaknya barang yang ia perdagangkan. Padahal selama pandemi, orang-orang dihimbua untuk tetap di rumah. Hal ini tentu saja berdampak pada sepinya pembeli.

Selain para pedagang dan pekerja yang memperoleh pendapatan secara harian, masih banyak orang yang merasakan dampak buruk dari Covid-19 ini dari sisi ekonomi. Misalnya terhadap karyawan yang bekerja di perusahaan. Dimana dampak yang ditimbulkan oleh Covid-19 ini juga menyebabkan banyak pekerja yang dirumahkan oleh perusahaan tempat mereka bekerja.

Sejatinya, kita mengetahui bahwa Covid-19 sebuah musibah yang terjadi secara global. Namun, musibah Covid-19 ini tentu tidak akan menjadi seganas ini jika sejak semula kemunculannya diantisipasi dengan sigap oleh pemerintah. Dari awal kemunculannya pemerintah seharusnya bisa segera mensiasati agar Covid-19 ini tidak menular pada banyak orang. Harusnya segera dipisahkan atau diisolasi orang-orang dan daerah yang telah ditulari Covid-19. Hal ini bertujuan agar tidak menyebar ke daerah lainnya di Indonesia sebagaimana yang terjadi hari ini. Dimana Covid-19 ini sudah menginfeksi banyak orang di berbagai provinsi di Indonesia.

Kehidupan yang sulit akibat Covid-19 ini akan membentangkan banyak kemungkinan kedepan. Terutama masyarakat bawah yang sudah tidak lagi memiliki pendapatan ditambah dengan aksi PHK dimana-mana membuat keadaan mereka terdesak. Keadaan terdesak ini kemudian membuat orang-orang nekat untuk melakukan tindak pidana seperti pencurian, perampasan dan berbagai jenis kejahatan lainnya untuk memenuhi kebutuhan dengan cara pintas. Angka kriminalitas yang tinggi akibat imbas dari perekonomian yang memburuk pasca Covid-19 adalah salah satu krisis yang membentang di depan mata.

Solusi Mengatasi Krisis Akibat Pandemi

Situasi perekonomian Indonesia yang semakin memburuk akibat pandemi, diperlukan solusi untuk mengatasi permasalahan ini. Pertama, pemerintah harus segera membenahi strategi penanganan wabah Covid-19. Diperlukan gugus tuntas ekonomi untuk mengawasi kebijakan pemerintah dan realisasi di lapangan, serta berkoordinasi dengan pemerintah daerah.

Kedua, pemerintah harus memperhatikan masyarakat yang terkena dampak ekonomi dari virus corona ini dengan memberikan bantuan berupa uang tunai dan logistik yang dibutuhkan masyarakat. Ketiga, pemerintah harus menambah bantuan jaminan sosial serta penurunan suku bunga kredit.

Sebab di tengah krisis yang melanda masyarakat Indonesia hari ini dan perekonomian yang tidak kunjung membaik maka uluran tangan dari pemerintah sangat diperlukan. Adalah hal yang wajar apabila masyarakat menaruh harap kepada pemerintah, karena di tangan pemerintah ada kebijakan dan fasilitas yang bisa digunakan untuk menyelamatkan rakyat. Karena itulah kita hidup bernegara. Sebagaimana yang dikatakan Aristoteles bahwa tujuan negara adalah supaya warga negaranya dapat hidup baik dan bahagia.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya