Pesona dan Daya Saing Pasar Tradisional Kami

PNS BKKBN
Pesona dan Daya Saing Pasar Tradisional Kami 11/05/2024 211 view Lainnya sudaryono.id

Suatu hari, ketika saya bangun pagi, saat subuh belum tiba saya iseng-iseng pergi ke pasar yang tempatnya tak jauh dari tempat di mana saya tinggal. Sebenarnya tak ada keperluan yang mendesak yang ingin saya beli, saya cuma merasa kangen ingin sesekali melihat-lihat suasana pasar tradisional yang ada di kota kami, yang menurut informasi saat ini posisinya semakin terjepit oleh keramaian dan kemajuan pembangunan kota.

Pasar tradisional kami saat ini dekat dengan beberapa pusat perbelanjaan modern atau mall megah yang berdiri dalam kurun 10 (sepuluh) tahun terakhir. Pun juga harus bersaing dengan macam-macam swalayan yang hidup dan melayani pelanggan hingga 24 (dua puluh empat) jam tiada henti. Posisi pasar tradisional kami saat ini berada di samping salah satu jalan fly over yang ada di kota kami. Dengan kondisi yang seperti ini seharusnya pasar tradisional kami akan semakin sulit untuk berkembang atau pelan-pelan akan mati, sunyi dan senyap karena kalah bersaing dengan swalayan, mall atau pusat-pusat perbelanjaan lainnya.

Namun apa yang kami dapati mengenai kondisi salah satu pasar tradisional di kota kami tersebut ternyata tidak sesuai dengan apa yang saya pikirkan. Pasar tradisional tersebut tetap hidup, riuh dan ramai. Hal ini dapat kami ketahui dari jumlah kendaraan baik sepeda motor roda dua maupun juga kendaraan roda empat yang terparkir begitu banyak di sekitar pasar tradisional tersebut. Bahkan begitu banyaknya sampai-sampai ada yang terparkir di badan jalan hingga mengganggu pengguna jalan lainnya, meskipun pengguna jalan di waktu subuh buta tersebut masih sepi.

Setelah sampai di sekitar lokasi pasar tradisional tersebut, saya pun kemudian memarkir sepeda motor yang saya kendarai. Sejenak saya berhenti, kemudian saya ikut masuk ke dalam pasar. Suasana pasar memang tidak banyak berubah dari beberapa tahun yang lalu. Masih ramai dengan para pembeli dan penjual yang saling tawar-menawar barang dagangan. Jika saya perhatikan mereka begitu akrab dan penuh kekeluargaan. Setelah saya puas dengan mengelilingi pasar tradisional tersebut saya pun menyempatkan diri untuk membeli buah pisang. Harga buah pisang pun menurut saya murah dan terjangkau bahkan lebih murah dari yang ada di super market. Setelah membeli buah pisang tersebut saya pun kemudian kembali ke parkiran dan kemudian pulang.

Di sepanjang jalan menuju pulang, saya masih memikirkan kondisi pasar tradisional di kota kami yang begitu ramai dan padat pengunjung dan masih memiliki daya saing layaknya sebuah pasar meskipun semakin terhimpit pusat-pusat perbelanjaan modern seperti mall, swalayan maupun sejenisnya. Pasar tradisional di kota kami tampak memberikan daya saing dan pesonanya tersendiri.

Ssecara fisik dan kebersihan serta tata kelola kondisi pasar tradisional di tempat kami memang tidak banyak berubah. Jika dibandingkan dengan tata kelola di pasar swalayan, mall dan pusat-pusat perbelanjaan modern lainnya mungkin kalah. Di pasar tradisioal kami tidak ada pendingin udara, harus berdesak-desakan ketika berbelanja. Namun hal tersebut sepertinya menjadi daya tarik tersendiri. Antara para penjual dan pembeli di pasar tradisional kami sepertinya sudah saling kenal mengenal sehingga tawar menawar harga berjalan dengan begitu cair seperti dengan keluarga sendiri. Mungkin hal-hal seperti ini pula yang membuat pasar tradisioanal di kota kami tetap bertahan di tengah himpitan pusat-pusat perbelanjaan modern yang makin menjamur.

Hal lain yang membuat pasar tradisional di kota kami tetap eksis dan bertahan di tengah-tengah himpitan pusat perbelanjaan modern juga dikarenakan adanya pengguna di dalam interaksi pasar tersebut baik penjual dan pembeli yang begitu setia untuk mencari penghidupan dan juga kebutuhan sehari-hari di pasar tersebut. Ini membuat pasar tetap hidup dan enggan untuk mati. Pasar tetap ramai jauh dari sepi.

Pasar tradisional di kota kami kondisi dan situasinya memang terhimpit dengan hadirnya pusat-pusat perbelanjaan modern tetapi hal ini tidak membuat pasar tradisional di kota kami menjadi sepi, karena ternyata pasar tradisional memiliki penggemar dan segmentasi pasar atau konsumennya sendiri. Ini menjadikan pasar tradisional tetap hidup. Untuk itu, ayo kita kunjungi pasar tradisional di sekitar kita yang menolak untuk mati. Hidup pasar tradisional.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya