Perubahan Budaya dan Perkembangan Masyarakat Teori Thomas Kuhn
Apa yang ada di pikiran kalian ketika seseorang yang lahir tahun 80 an atau 90 an memperhatikan anak yang lahir tahun 2000 an. Tampak beda masa kecil yang kalian alami dengan masa anak-anak sekarang. Dulu mereka bermain permainan tradisional yang hanya mengandalkan alat seadanya. Ini timbal balik dengan anak sekarang yang lebih suka berdiam diri di rumah memegangi gadget tanpa perlu keluar rumah. Permainan lama digantikan oleh permainan baru.
Bagi remaja saat ini, segalanya harus serba instan atau terjadi secara langsung. banyak dari mereka yang terlalu terpengaruh dengan AI atau Artificial Intelligence dan menurut remaja saat ini itu merupakan hal yang lumrah. Lihat kembali remaja generasi millenial atau sebelumnya, bahwa mereka melakukan segalanya lewat proses dan sedikit saja dari mereka yang menggunakan bantuan teknologi.
Realitas sekarang semuanya mengalami pergantian ruang dan waktu. Di kala dulu kita harus berkirim surat atau email untuk bisa bertemu dengan orang lain dan itu menunggu berminggu-minggu untuk mendapatkan balasan. Sekarang kita tinggal menulis pesan lewat aplikasi pesan seperti whatsapp messenger atau telegram dan seketika orang yang menerima pesan kita langsung mengkonfirmasi tanpa menunggu berminggu-minggu.
Apa yang terjadi ini telah dituliskan oleh filsuf dari amerika, Thomas Kuhn di dalam bukunya The Structure of Scientific Revolutions yang merupakan eksplorasi titik balik dalam sejarah sains dan untuk memaparkan bagaimana revolusi terjadi. Seiring berjalannya waktu, hasil yang tidak wajar dapat terakumulasi hingga titik krisis tercapai. Pasca krisis, jika teori baru telah dirumuskan, terjadi pergeseran paradigma atau pandangan, dan kerangka yang baru menggantikan kerangka yang lama. Pada akhirnya kerangka kerja ini dianggap biasa saja, dan semua ini terus kembali berulang hingga anomali lebih lanjut muncul.
Ini menandakan sesuatu yang lama dan dianggap kuno oleh masyarakat telah digeser posisinya oleh sesuatu yang baru dan hal yang menggeser ini nantinya akan digeser lagi oleh budaya yang akan datang setelah krisis terjadi. Terjadi siklus yang mengatakan bahwa sejarah terjadi berulang-ulang bukan terjadi karena kebetulan, melainkan terjadi untuk menggantikan yang lama.
Memang sesuatu yang kuno itu dianggap sudah tidak relevan lagi dengan zaman yang ada dan perlu adanya pembaharuan mengenai budaya, sosial, struktur masyarakat. Ini mengisyaratkan bahwa masyarakat mau tidak mau harus menjadi subjek yang terus mengikuti objek agar tidak kehilangan dirinya pada zaman itu.
Namun tidak semua orang mampu mengikuti perubahan yang terjadi dalam sistem masyarakat. Contohnya orang tua yang lahir pada kisaran tahun 1950 atau 1960 mereka juga tidak wajib mengikuti perubahan yang signifikan ini. Bahkan tidak perlu memainkan game online yang dimainkan anak sekarang atau pergi ke cafe hanya sekadar mengambil foto instagramable kemudian memesan coffee latte seperti halnya anak muda sekarang.
Perubahan tersebut punya dampak positif juga ada dampak negatif. Masyarakat searang cenderung lebih gampang terpercaya akan sesuatu yang menarik massa dan tidak memverikasi terlebih dahulu. Banyak anak sekarang yang suka hidup di dalam rumah, memainkan game seharian dan tidak memiliki kemampuan berinteraksi dengan orang lain yang ada di sekitar mereka.
Ketika mencapai titik krisis, mungkin saja akan terciptanya sesuatu yang baru yang akan menggeser budaya saat ini. Istilahnya sesuatu yang baru muncul karena adanya apa yang dianggap sederhana atau kuno dengan keinginan untuk mencapai kesempurnaan maka terjadilah revolusi budaya. Mungkin sebagian dari kalian belum sadar akan hal ini dan juga belum sadar akan datangnya apa yang baru namun ketika pergeseran budaya telah terjadi kita secara tidak sadar akan memperbarui secara perlahan-lahan.
Seorang tokoh filsuf Ibn Khaldun yang merupakan filsuf timur juga menjelaskan bahwa sejarah terus berulang dan mengalami siklus. Pertama, sebuah kelompok masyarakat memiliki tingkat solidaritas yang tinggi. Mereka bersatu, membangun peradaban, dan mencapai puncak kejayaan. Seiring berjalannya waktu, solidaritas sosial mulai berkurang, dan masyarakat kehilangan semangat bersatu.
Kedua, masyarakat yang kuat dari luar biasanya akan memanfaatkan kelemahan dalam kelompok masyarakat yang mengalami kemerosotan dan dapat menaklukkan mereka. Setelah penaklukan, masyarakat yang baru mengalami fase pertumbuhan awal lagi. Mereka membangun perkembangan baru dan memulai siklus sejarah dari awal. Semua ini hanya untuk mencapai kesempurnaan dalam tatanan masyarakat.
Artikel Lainnya
-
74819/07/2020
-
101224/10/2023
-
161924/09/2022
-
Fenomena Citayam Fashion Week dan Minimnya Keberadaan Ruang Publik yang Inklusif
62303/08/2022 -
Munir dan Perlindungan Terhadap Aktivis HAM
257926/07/2023 -
Antisipasi Pengaruh Kaum Oligark dalam Pilkada
116225/11/2020