Peran Filsafat Dalam Budaya

Peran Filsafat Dalam Budaya 31/12/2022 834 view Budaya indonesiana

Seperti yang kita ketahui, filsafat muncul sebagai kritik terhadap mitos dan mitologi. Mitos dan mitologi adalah kepercayaan budaya Yunani kuno yang menentang campur tangan para dewa dalam kehidupan sehari-hari mereka. Para pelopor filsafat melihat bahwa kebudayaan mitos dan mitologi ini pada dasarnya tidak menghargai kemampuan akal manusia sebagai makhluk rasional. Mitos dan mitologi menggerogoti kodrat dasar manusia sebagai makhluk yang memiliki kemampuan berpikir dan bernalar. Nalar tunduk pada kepercayaan mitos dan mitologi. Saat itu, para perintis filsafat sangat berkepentingan untuk meningkatkan efisiensi jiwa manusia ke tingkat yang lebih tinggi. Mereka percaya bahwa peristiwa alam semesta ini dapat dijelaskan secara rasional oleh akal. Budaya mitos dan mitologi harus ditinggalkan dan digantikan dengan budaya berpikir kritis untuk memahami realitas yang ada.

Budaya sendiri dapat dikatakan sebagai cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh sekelompok orang, diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terdiri dari banyak elemen yang kompleks, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, alat, pakaian, bangunan, dan karya seni. Citra budaya yang menarik ini memberikan para anggotanya pedoman untuk perilaku yang tepat dan menciptakan dunia makna dan nilai-nilai logis yang dapat dipinjam oleh anggotanya untuk mendapatkan rasa martabat dan keintiman dalam hidup mereka.

Filsafat lahir dalam budaya untuk mengkritik dan mereformasi budaya. Berkat filsafat, budaya mitos dan mitologi perlahan mulai ditinggalkan. Di sini terlihat jelas bahwa sumbangan filsafat dan kebudayaan merupakan dua hal yang berbeda, namun tidak dapat dipisahkan. Peran filsafat bagi kebudayaan tidak lain adalah membantu kebudayaan mencerminkan nilai-nilai yang ada, mencermati dan menemukan nilai-nilai yang benar-benar otentik dalam kebudayaan yang hidup. Filosofi tersebut mendorong budaya untuk mengkritisi dirinya sendiri demi arah pengembangan dan promosi budaya yang lebih baik.

Manusia adalah makhluk rasional dan budaya. Sebagai makhluk rasional, manusia diberi kemampuan berpikir, bernalar, mengambil keputusan dan membuat pilihan yang rasional. Sebagai makhluk budaya, manusia hidup dalam suatu sistem budaya, bahkan dapat dikatakan bahwa budaya membentuk kehidupan seseorang. Manusia, sebagai makhluk rasional, menggunakan nalar untuk berpikir dan merefleksikan budaya mereka.

Nalar memberi orang kesempatan untuk berpikir dan merenungkan budaya mereka. Memikirkan budaya berarti berfilsafat tentang budaya, karena filsafat tidak lebih dari aktivitas rasional pikiran untuk berpikir, menciptakan ide, membentuk konsep tertentu, menghubungkan satu ide dengan ide lainnya, dan kemudian mengkomunikasikannya dengan cara yang sederhana dan terstruktur. Berfilsafat dalam konteks budaya dengan demikian berarti proses pencarian nilai-nilai hakiki dalam budaya yang hidup, kebenaran-kebenaran otentik, kritik terhadap budaya-budaya yang sudah mapan tetapi tidak sesuai dengan nilai-nilai kehidupan manusia.

Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya. Setiap suku memiliki budayanya masing-masing. Seperti halnya cara pandang, budaya hidup, budaya hubungan manusia, dan lain-lain. Sistem nilai masing-masing budaya diterapkan sedemikian rupa sehingga sistem nilai suatu budaya berbeda dengan sistem nilai budaya lain. Perbedaan tersebut mendorong masyarakat Indonesia untuk hidup berdampingan di tengah multikulturalisme, sehingga perbedaan tersebut tidak menghalangi rasa persaudaraan. Perbedaan yang ada melebur menjadi satu budaya yang sama, yaitu budaya Pancasila. Budaya Pancasila yang mengajarkan nilai-nilai ketaatan dan keimanan kepada Yang Maha Esa, menghargai harkat dan martabat orang lain, bersatu meski berbeda-beda, berefleksi dan bermufakat, serta menghargai nilai-nilai keadilan sehingga terwujud saling persamaan.

Terlihat pada pendahuluan bahwa filsafat dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Kehadiran filsafat dalam kebudayaan Indonesia tidak semata-mata ditujukan untuk menggantikan kebudayaan Pancasila dengan sistem kebudayaan baru. Falsafah tersebut tidak mendorong masyarakat Indonesia untuk meninggalkan paham kebhinekaan dan beralih ke paham persatuan. Filosofinya adalah memperkuat budaya Pancasila. Filosofi tersebut mendorong setiap orang untuk berpikir kritis terhadap setiap budaya yang ada dan memperkuat nilai-nilai budaya Pancasila yang semakin hari semakin memudar. Filsafat mengajak setiap individu untuk melihat dan memahami segala realitas yang hidup dalam kebudayaan. Melalui pemikiran kritis, setiap orang diharapkan mampu menyumbangkan ide-ide yang bernilai dan signifikan bagi kemajuan kebudayaan. Falsafah mengkritisi budaya masing-masing daerah yang tidak lagi sesuai dengan budaya pancasila.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya