Peran Ayah Cegah Stunting

Peran Ayah Cegah Stunting 09/06/2023 327 view Lainnya Batamnews

Stunting adalah Gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Kesehatan (Peraturan Presiden no 72 tahun 2021).

Singkatnya, stunting adalah anak yang pertumbuhan dan perkembangannya tidak sesuai standar karena kurang gizi yang berlangsung lama yaitu sejak ibunya masih belum hamil, selama hamil dan hingga berumur 2 tahun (1000 Hari Pertama Kehidupan).

Selama ini yang sering menjadi sasaran program pencegahan stunting adalah para wanita atau ibu, padahal peran para pria sebagai calon pengantin dan para ayah juga tak kalah pentingnya. Peran yang dapat dilakukan para pria atau ayah dalam pencegahan terjadinya stunting antara lain, pertama adalah menerapkan pola hidup sehat dan tidak merokok. Rokok, alkohol dan pola hidup tak sehat (misalnya begadang, menggunakan narkoba, tidak berolahraga, dan lain-lain) mempengaruhi kualitas sperma yang dihasilkan. Semakin sehat pola hidup yang dijalani, diharapkan semakin baik kualitas sperma pria. Dengan kualitas sperma yang mumpuni diharapkan dalam proses pembuahan dan proses-proses selanjutnya hal ini mempengaruhi kualitas calon anak yang akan dilahirkan salah satunya adanya berkurangnya resiko stunting pada anak.

Kedua, memotivasi calon istri untuk menerapkan hidup sehat. Saat masih pacaran, tentunya sering makan bersama. Untuk itu, pilih real food, jangan melulu fast food. Pilih makanan sehat yang banyak mengandung buah, sayur dan protein hewani secara seimbang. Saling memotivasi untuk berolahraga pun bisa sangat menyenangkan. Kemudian ketika sudah merencanakan akan menikah menikah, jangan cuma mikir foto prewednya saja, tapi lakukan cek kesehatan sebelum menikah untuk menghindarkan dari anemia, memastikan indeks massa tubuh ideal (berat badan tidak terlalu kurus, dengan perbandingan berat badan dan tinggi badan >18) dan mengukur lingkar lengan kiri atas calon istri (minimal 23,5 cm). Kesiapan fisik untuk hamil juga bisa diketahui dari cek Kesehatan ini.

Ketiga, mendampingi istri saat hamil. Menjadi suami siaga yaitu memberikan kenyamanan dan keamanan emosi (sabar menghadapi kerewelan dan keluhan istri, rajin memotivasi agar istri makan makanan bergizi meski mual dan tak nyaman, membesarkan hati istri karena mengalami perubahan fisik akibat kehamilan, dan lain-lain), mendampingi pemeriksaan kehamilan, mencari informasi yang bermanfaat mengenai seluk beluk kehamilan, mengetahui tentang kegawatdaruratan kehamilan (kapan harus dibawa ke dokter atau fasilitas Kesehatan segera) dan membekali diri dengan ilmu tentang ASI sehingga nanti siap menjadi breastfeeding father (ayah pendamping menyusui).

Keempat. Mengalokasikan uang belanja agar keluarga terpenuhi kebutuhan gizinya. Saat ini banyak para ayah yang berperan sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga. Namun, tak semua ayah mampu mencukupi kebutuhan gizi keluarga karena berbagai keterbatasan misalnya karena penghasilan yang minim, prioritas pengeluaran keluarga bukan pada pemenuhan gizi, kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai gizi, dan lain-lain. Kadang ada ayah yang lebih mementingkan membeli rokok padahal anaknya lebih membutuhkan telur, ayam, ikan dan sumber makanan bergizi lainnya. Padahal harga sebungkus rokok lebih mahal dari setengah kilo telur.

Kelima. Menjadi role model makan sehat bagi anak. Anak-anak akan lebih mudah melakukan berbagai hal baik jika melihat orang tuanya melakukannya. Demikian juga dengan perilaku makan sehat. Jika anak sering melihat ayahnya rajin makan buah, sayur dan berbagai protein (hewani : ikan, daging, telur dan nabati : tahu, tempe, dan lain-lain) maka anak akan menirunya. Ayah juga sebaiknya menemani anak makan dan makan bersama anak. Hal itu sangat efektif untuk memberikan contoh makan sehat pada anak.

Begitu banyak peran yang dapat diambil oleh para laki-laki dalam upaya pencegahan stunting di keluarga. Bahkan itu dapat dilakukan sejak sebelum menikah dengan menerapkan pola hidup sehat dan mencari berbagai informasi mengenai gizi, kehamilan dan pengasuhan. Ingatlah bahwa kualitas kesehatan anak juga sangat ditentukan oleh keikutsertaan ayah dalam setiap fase pertumbuhan dan perkembangan anak. Baik ayah dan ibu memiliki tanggungjawab yang sama besarnya pada tumbuh kembang anak. Tidak boleh lagi ada pembagian ketat bahwa tugas ayah hanya cari nafkah (di luar rumah, biasanya) dan tugas ibu adalah merawat dan mendidik anak (di rumah). Kerjasama yang baik antara ayah dan ibu akan membuat anak tumbuh dan berkembang secara optimal dan terhindar dari stunting.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya