Peluang dan Tantangan Kendaraan Listrik di Indonesia
Untuk membuat bumi lebih hijau dan lebih sehat di masa depan, negara-negara di seluruh dunia sedang mencari solusi ramah lingkungan. Hal ini menyangkut tentang bagaimana mengurangi aktivitas manusia yang merusak lingkungan, seperti penggunaan botol plastik, teknologi komputer yang berlebihan dan pemakaian kendaraan dengan bahan bakar minyak.
Salah satu solusi untuk menguranginya adalah dengan penggunaan kendaraan listrik, dimana hal ini dianggap mampu untuk mengurangi polusi udara.
Menurut penelitian Deloitte dan Foundry, jumlah kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV) yang digunakan di Indonesia mencapai 2.176 unit pada tahun 2020. Pada 2021, jumlah kendaraan listrik meningkat 244,58% menjadi 7.498 unit, dan pada 2022, penggunaan EV kembali meningkat 344,27% menjadi 33.461 unit.
Secara keseluruhan, adopsi kendaraan listrik di Indonesia telah meningkat sebesar empat belas kali lipat dalam dua tahun terakhir. Motor listrik mengalami kenaikan tertinggi dari 1.947 unit pada 2020 menjadi 25.782 pada tahun sebelumnya. Sementara itu, penggunaan mobil listrik meningkat dari 229 unit pada 2020 menjadi 7.679 pada 2022.
Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan penjualan, khususnya kendaraan listrik dengan kemampuan untuk mengubah baterai. Selain itu, pemerintah terus berusaha untuk membangun infrastruktur yang memungkinkan Stasiun Penukaran baterai Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). Pemerintah juga menargetkan 15,7 juta kendaraan listrik pada tahun 2030, termasuk 13,5 juta motor listrik dan 2,2 juta mobil listrik.
Kendaraan listrik semakin populer di banyak negara karena menjadi solusi ramah lingkungan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Di Indonesia, adopsi kendaraan listrik telah menunjukkan peningkatan yang positif, meskipun masih dalam tahap pengembangan. Tapi, apakah hal tersebut bisa menjadi peluang atau malah menjadi tantangan?
Menurut saya, kendaraan listrik ini sifatnya masih menjadi gaya hidup, dimana mereka masih dianggap sebagai kendaraan kedua. Kendaraan ini belum menjadi prioritas utama. Pasti ada perlunya pertimbangan metode untuk mengubah pemikiran itu, dengan kata lain, membatasi produksi kendaraan BBM juga.
Kendaraan listrik menjadi alternatif yang menarik karena biaya operasionalnya lebih rendah dibandingkan dengan kendaraan konvensional yang menggunakan bahan bakar fosil.
Mengisi daya kendaraan listrik dengan energi terbarukan dapat mengurangi ketergantungan negara terhadap sumber energi konvensional, karena Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan sumber energi seperti tenaga surya dan hidro.
Dapat dilihat juga bahwa beberapa insentif diberikan pemerintah untuk mendorong pengguna untuk beralih ke EV (Electrical Vehicle) seperti pengurangan pajak dan subsidi pembebasan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB).
Selain itu, kita juga harus melihat tantangan apa saja yang akan terjadi pada kendaraan listrik di Indonesia? Perlu kita tahu bahwa setiap kendaraan sudah pasti memiliki harga yang cukup tinggi, namun kendaraan listrik sendiri masih memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan kendaraan konvensional, hal ini bisa menjadi kendala utama bagi konsumen yang masih mempertimbangkan biaya dalam pembelian kendaraan.
Sebenarnya, yang lebih penting adalah menggandeng bengkel sebagai bisnis kecil dan menengah (UMKM) untuk menyediakan pergeseran dari sistem konvensional ke sistem listrik. Transformasi ini harus lebih dipromosikan ke daerah-daerah sehingga mudah diakses jika terjadi masalah pada kendaraan tersebut.
Terlepas dari hal tersebut, harga pengisian daya untuk kendaraan ini juga tinggi tidak seperti harga BBM pada umumnya dan tempat pengisian daya masih terbatas juga menghambat pertumbuhan kendaraan listrik di wilayah yang belum terjangkau oleh infrastruktur tersebut. Kapasitas baterai dan jarak tempuh per pengisian masih memiliki keterbatasan saat ini. Pengembangan dalam teknologi baterai masih perlu ditingkatkan supaya performa kendaraan listrik semakin baik.
Sebagai masyarakat, kita harus meningkatkan kesadaran publik tentang pemanfaatan kendaraan listrik dan pendekatan lebih lanjut untuk mobilitas. Pendidikan dan kampanye publik yang berhasil dapat mengubah persepsi orang dan mendorong mereka untuk menggunakan kendaraan listrik.
Namun, kembali lagi dengan kepribadian masing-masing bagaimana menyikapi hal tersebut. Apakah ada ketertarikan dalam memikirkan peluangnya? Atau malah sebaliknya, memikirkan bagaimana tantangan yang akan dihadapinya?
Jumlah kendaraan listrik yang meningkat di Indonesia menawarkan banyak peluang untuk pembangunan berkelanjutan. Namun, untuk mencapai transformasi yang lebih besar, tantangan seperti biaya yang tinggi, keterbatasan infrastruktur, dan rendahnya kesadaran publik harus diatasi. Indonesia memiliki potensi untuk menjadi pemimpin dalam mewujudkan era kendaraan listrik yang lebih lanjut jika pemerintah, industri, dan masyarakat mau berkomitmen bersama-sama.
Artikel Lainnya
-
196730/04/2020
-
201731/12/2019
-
23707/08/2024
-
Babak Baru Upaya Melawan Pernikahan Dini
156806/06/2020 -
Menyalakan Literasi Kala Belajar Dari Rumah
88207/08/2021 -
Transformasi Komunitas Manusia Milenial
20805/07/2023