Orang Tua Sebagai Konsultan Pendidikan Seks Anak Sejak Dini

Berkembangnya teknologi di zaman modern, membuat orang lebih mudah untuk mendapatkan berbagai informasi. Banyak anak-anak di bawah umur yang belum mengetahui banyak hal dan berusaha mencari pengetahuan lewat internet terutama masalah seksualitas. Hal ini diakibatkan kurangnya respon positif orang tua terhadap pertanyaan yang menjurus ke arah seksual Alih-alih mendapat jawaban, justru penolakan yang mereka dapat. Di sini, internet menjadi juru penyelamat atau bisa dikatakan sebagai jalan ninja bagi anak-anak untuk mengetahui informasi mengenai hal tersebut.
Tidak tersaringnya informasi di internet menyebabkan anak dapat menelusuri berbagai informasi yang tidak pantas bagi mereka, contohnya tentang seks. Seperti yang telah disinggung di atas, anak-anak pada usia ini mulai tertarik dengan hubungan dengan lawan jenis. Tanpa bekal pendidikan seks, anak bisa saja mengeksplorasi ketertarikannya secara berebihan sehingga terjerumus ke hubungan intim yang tidak seharusnya.
Kasus seorang anak perempuan yang duduk di bangku TK (Taman Kanak-Kanak) dicabuli tiga anak SD (Sekolah Dasar) menjadi contoh kurangnya pengetahuan anak-anak tentang seks. Realita yang sungguh nyata dan miris, apalagi yang menjadi pelaku dari pencabulan ini adalah anak-anak yang masih di bawa umur yang masih duduk di bangku SD. Kasus ini memberikan fakta baru bahwa sekarang anak-anak bukan hanya menjadi korban dari pencabulan, tetapi juga menjadi pelaku utama. Dari kasus tersebut, saya menyimpulkan bahwa kurangnya pendidikan seks sejak dini menjadi ancaman bagi masa depan anak-anak. Pernyataan tersebut bukan hanya sekedar bualan saja mengingat banyaknya kasus-kasus serupa yang terjadi di sekitar masyarakat. Faktor utama penyebab anak melakukan tindakan kekerasan seksual adalah kurangnya relasi atau keterbukaan seorang anak terhadap orang tua, mengakibatkan masa perkembangan seorang anak kurang terkontrol dalam pergaulan.
Orang tua seharusnya lebih memberikan perhatian khusus terhadap kondisi emosional anaknya. Apalagi di umur anak yang masih di bawah umur, masih membutuhkan banyak bimbingan orang tua dalam mempelajari tentang bahaya dunia luar. Pada fase ini, anak-anak harus sudah diberi pelajaran tentang bagaimana seharusnya berhubungan dengan lawan jenis. Pendidikan seks yang diberikan
Akan tetapi, banyak orangtua yang masih menyepelekan pendidikan seks untuk anak, khususnya anak-anak praremaja yang berumur 9 – 10 tahun. Padahal, pada usia tersebut anak harus sudah mendapatkan pendidikan seks untuk menjaganya agar tidak terjerumus ke pengertian yang salah.
Dengan demikian, peran orang tua sangat dibutuhkan dalam upaya penanganan kasus semacam itu, yaitu dengan cara memberikan pengajaran kepada anak terkait masalah seks. Ditambah, sekolah belum menerapkan kurikulum khusus terkait pendidikan seks.
Pendidikan seksual merupakan suatu keterampilan dan pengetahuan yang perlu diberikan sedini mungkin kepada anak mengenai perilaku seksual untuk menghadapi hal-hal yang akan terjadi di masa depan seiring bertambahnya usia serta membentuk karakter dan pola perilaku agar mampu terhindar dari perilaku-perilaku yang beresiko terhadap pelecehan seksual maupun perilaku seksual menyimpang.
Edukasi mengenai pendidikan seks pada anak ini akan sangat dibutuhkan bagi setiap orang tua, pendidik maupun ahli kependidikan dalam memberikan parenting kepada anak mengingat zaman akan selalu berkembang di era digital seperti saat ini. Hal tersebut juga dapat memberikan manfaat dalam persiapan di masa pubertas anak.
Oleh karena itu, orang tua wajib membuka pikiran dan pandangannya tentang seksualitas, dengan menganggapnya suatu fitrah bagi manusia bukan suatu hal yang tabu. Dengan ini, orang tua bisa lebih mampu untuk menjelaskan hal terkait seksualitas kepada anak-anaknya dengan cara yang pantas dan sesuai dengan usia mereka.
Oleh karena itu setiap proses pendidikan pada prinsipnya memerlukan materi yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, karakteristik usia, kematangan psikologi serta intelektualnya. Pada anak usia dini, hendaknya materi pendidikan seks diberikan oleh pendidik maupun orang tua dengan memahami rasa ingin tahu anak, memberikan penjelasan sesuai dengan kemampuan kognitif, memberikan tanggapan dengan jujur dan bersikap proporsional, serta dapat diintegrasikan dengan pembelajaran lainnya.
Pada akhirnya, diharapkan agar anak mampu belajar dan menyaring informasi yang datang sehingga mereka terhindar dari kesesatan informasi, khusunya informasi terkait seksualitas.
Artikel Lainnya
-
215009/04/2020
-
70123/05/2020
-
52506/06/2021
-
HAM: Antara Papua, Jokowi dan Kita
73526/12/2019 -
16828/09/2022
-
Sinergi Melumpuhkan Predator Seksual
73222/06/2020