Ontologi Hari Kiamat dan Alam Akhirat
Seperti halnya yang telah kita ketahui bahwasannya hari kiamat adalah termasuk hal yang ghaib, yang mana agama Islam mengajarkan kepada kita untuk mempercayainya dan beramal karenanya dan serta mempersiapkan untuknya .
Hari itu pasti akan datang dan terjadi di masa yang akan datang, sudah dekat atau masih lama. Berita datangnya hari kiamat merupakan petunjuk Allah SWT yang hanya disampaikan kepada Nabi akhir zaman, Rasulullah SAW. Kedatangan hari kiamat merupakan rahasia Allah SWT, Nabi Muhammad SAW hanya diberi pengetahuan tentang tanda-tanda kedatangannya. Namun demikian Nabi Muhammad SAW tidak diberi tahu oleh Allah SWT mengenai kapan persisnya kiamat akan terjadi.
Allah SWT telah menjelaskan sebagaimana yang telah terdapat dalam Al-Qur’an yang telah kita ketahui bahwasannya kiamat itu pasti terjadi dan semua amal perbuatan yang telah kita lakukan selama ini akan dipertanggung jawabkan ketika di akhirat nanti. ‘’ Maka Allah SWT akan mengadili di antara mereka pada hari kiamat, tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya’’ .
Sebuah hadis masyhur menyebutkan 10 tanda menjelang terjadinya kiamat besar, yaitu: adanya kabut (dukhan ) yang menyelubungi bumi, munculnya dajjal, munculnya binatang melata (dabbat al-ardhi), terbitnya matahari dari arah barat, turunnya Nabi Isa AS, keluarnya Ya’juj dan Ma’juj, terjadi gerhana di timur, terjadinya gerhana di barat, terjadinya gerhana di Jazirah Arab, dan keluarnya api dari Kota Yaman yang menghalau manusia ke tempat penggiringan mereka. Demikianlah, kesemua tanda-tanda itu merupakan peringatan bagi umat manusia agar selalu mengingat akan kekuasaan Allah SWT.
Di sini, pertama kali kalimat dilontarkan tanpa keterangan dan penjelasan, agar bayang-bayang kalimat dan bunyinya bisa bertemu: ‘’ Al-Qari’ah’’. Kemudian diiringi pertanyaan untuk menimbulkan kebingungan ‘’Apakah Al-Qori’ah itu?’’ dan disusul kemudian jawaban dengan pertanyaan lain untuk menyatakan ketidaktahuan (kebodohan) : ‘’Tahukah kamu, apakah Al-Qori’ah itu?’’ dan manakah jiwa telah sampai pada puncak kesabarannya, lantaran ketidaktahuan dan kebingungan, maka jawaban yang dikemukakan justru semakin membingungkan: ’’Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang berterbangan dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan.
Tidak diragukan lagi, bahwa saat berlangsungnya seluruh manusia sama berdiri menghadap Allah SWT maka saat itu pula berlangsungnya penelitian dan perhitungan amal (hisab).
Al-Qari’ah adalah nama lain bagi hari kiamat. Dalam penamaan ini didapatkan sesuatu yang menggambarkan pukulan dan tamparan di saat-saat lengah. Pemandangan ini ditampilkan di sini adalah pemandangan kengerian material, yang di bawah bayang-bayang kengerian itu manusia tampak menjadi amat kecil, lantaran jumlah mereka yang demikian banyaknya. Mereka seperti anai-anai yang bertebaran. Mereka beterbangan dan menjadi sangat ringan dan gunung-gunung yang terpancang dengan kukuhnya juga seperti bulu yang dihambur-hamburkan oleh angin kencang.
Pemandangan pertama adalah berkenaan dengan kengerian hari kiamat yang sama-sama dirasakan oleh perasaan dan jiwa manusia maupun fenomena-fenomena alam. Maka, mata pun membelalak, bulan kehilangan cahayanya, dan matahari pun bertemu dengan bulan setelah lama berpisah, hingga keteraturan alam pun hancur berantakan seperti apa yang digambarkan dalam surat at-Takwir. Dan di tengah-tengah kebingungan dan keguncangan ini, manusia yang sedang kalut ini bertanya-tanya,” Ke manakah tempat lari?’ tidak ada tempat berlindung dan menetap, karena tempat menetap dan kembali hanyalah kepada Allah SWT”.
Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya semua alasan tidak akan diterima, bahkan ia pun menjadi saksi atas dirinya sendiri.
Demikian pula proses pelaksanaan hisab. Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya.
Demikianlah semua serba cepat dan mujmal (global). Dan semua ini memang yang dimaksud, sebagai jawaban atas pertanyaan orang-orang yang memperolok-olokkan hari kiamat dan menganggapnya sebagai masa yang amat jauh, ia berkata:” Kapankah datangnya hari kiamat itu?” maka jawaban pun datang dengan cepat menyambar dan memotong, tanpa ada kelambatan sedikitpun. Bahkan hingga dalam langgam dan bunyi irama kata: Terbelalak, hilang cahaya, kemana tempat ini lari?” sekali-kali tidak. Tidak ada tempat berlindung dan seterusnya.
Di sini ada dua pemandangan yang saling berlawanan yang menurut kebiasaan Al-Qur’an, merupakan pemandangan orang-orang yang beroleh kenikmatan di surga dan orang-orang yang beroleh siksa di neraka. Dalam keberlawanannya itu, keduanya menciptakan pengaruh yang berbeda dalam jiwa. Tetapi keduanya bertemu pada satu tempat dan menimbulkan kecenderungan pada sikap seseorang.
Dunia dengan segala kekacauan dan kesulitan di dalamnya, dianggap sebagai duka cita jika dibandingkan dengan kenikmatan yang abadi ini. Dan kekacauan di hari penghimpunan ini merupakan sumber duka cita yang besar. “ Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri”. Mengampuni kami dan mensyukuri perbuatan-perbuatan kami yang telah dibalasnya , yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) untuk tempat tinggal dan menetap “dari karunia-Nya”, karena kita tidak berhak atasnya, melainkan berdasarkan karunia yang diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendakinya.
Artikel Lainnya
-
141204/01/2020
-
145810/03/2022
-
130402/01/2022
-
Masihkah Kita (Pemerintah) Tidak Berlaku Adil Bagi Masyarakat Laut?
141927/02/2020 -
Mewaspadai Over Kriminalisasi Saat PSBB
127523/05/2020 -
Sang Inovator Pembentuk Masa Depan Pendidikan
21002/05/2024