Menyingkap Narasi Kesejahteraan Dibalik Rencana Pembangunan Pabrik Semen

Menyingkap Narasi Kesejahteraan Dibalik Rencana Pembangunan Pabrik Semen 23/05/2020 1228 view Lainnya beritaflores.com

Perdebatan perihal rencana pembangunan pabrik semen di Desa Satar Punda, Kecamatan Lamba Leda, Kabupaten Manggarai Timur sejauh ini semakin panas. Bahkan polemik perihal pabrik semen di media sosial (facebook) semakin kencang dan liar. Saya melihat polemik ini semakin menjauh dari subtansi perdebatan dan semakin keruh.

Tentu polemik dan perdebatan dalam kerangka rencana pembangunang sangat diperlukan. Ruang partisipatif masyarakat terikat dalam perdebatan tersebut dalam rangka menganalisis rencana pembangunan yang berkiblat pada kebutuhan masyarakat dan tentu berpegang pada prinsip sustainable. Nafas pembangunan pada hakikatnya dan tujuan mendasarnya yakni demi kepentingan masyarakat dan generasi.

Sebelum lebih jauh membahas rencana pembangunan pabrik semen di Manggarai Timur, saya ingin menerangkan terlebih dahulu posisi saya dalam tulisan ini. Dalam tulisan ini saya menolak kehadiran pabrik semen di Manggarai Timur, karena ada beberapa alasan salah satunya menimbulkan kerusakan ekologis.

Dalam beberapa pernyataan pemerintah daerah terkait rencana pembangunan pabrik semen, saya melihat kecenderungan rencana pabrik semen di Manggarai Timur diwarnai dengan narasi kesejahteraan. Memang narasi kesejahteran dalam siklus pembangunan menjadi penting dan urgen. Narasi kesejahteraan selalu menjadi bagian penting dalam pembangunan sekaligus menjadi narasi yang paling laku dijual ke masyarakat sehingga membangun keberpihakan masyarakat terhadap pembangunan.

Pola pembangunan di suluruh dunia, jika kita baca selalu bermuara pada kesejahteraan. Karena itu narasi kesejahteraan merupakan mode yang tepat di satu sisi sebagai nafas pembangunan, sementara di sisi yang lain dipergunakan sebagai mode politik dalam rangka memuluskan kepentingan sepihak, bisa kekuasaan (pemerintah) ataupun korporasi. Tentu kita terlebih dahulu harus memeriksa cara kerja logika kesejahteraan di dalam praktek pembangunan, apakah betul sebagai nafas pembangunan yang sustainable dan demi masyarakat atau hanya sekedar narasi yang digaungkan ke tengah masyarakat sebagai usaha “menarik dukungan” masyarakat untuk menyetujui agenda pembangunan yang direncanakan.

Cara Kerja Narasi Kesejahteraan

Pertama, narasi kesejahteraan sebagai nafas pembangunan yang sustainable dan berpihak kepada masyarakat. Pembangunan dengan menggunakan narasi kesejahteraan seperti ini pada banyak aspek (sosial, politik, hukum, budaya, pendidikan) selalu bermuara dan ruang lingkupnya selalu menghadirkan suatu pembangunan yang humanis. Artinya, pembangunan dengan model ini melihat bahwa suatu pembangunan yang akan dikerjakan memiliki dampak yang signifikan bagi terselenggaranya kehidupan masyarakat yang sejahtera. Di sana tidak ada perampasan sumber daya serta sedikit sekali masyarakat terjerat dalam setingan kapitalisme. Pembangunan dengan standar seperti ini mengedepankan suatu nilai baru (new value) yang mana nilai baru tersebut bermuara pada kesejahteraan masyarakat.

Kedua, narasi kesejahteraan sebagai mode politik dalam rangka memuluskan kepentingan sepihak. Pembangunan dengan model ini sangat rentan dengan kekerasan dan penyerobotan hak-hak dasar masyarakat. Perampasan tanah, ekstraksi alam tanpa melalui kajian amdal, tidak adanya kegiatan konservasi pasca tambang, kekerasan fisik yang dialami masyarakat, dan masih banyak perampasan lain yang pada dasarnya hanya untuk mengakumulasi modal. Dalam logika pembangunan semacam ini kita tidak mengenal sisi humanisme serta orientasi jangka panjang, yang ada hanya penyerobotan ruang hidup masyarakat. Poin mendasar dari logika pembangunan seperti ini hanya berorientasi pada kerja kapitalisme melebarkan kekuatan modal.

Lantas bagaimana dengan rencana pembangunan pabrik semen di Manggarai Timur yang saat ini menuai polemik dan kontroversi di ruang publik? Apakah pembangunan pabrik semen di Manggarai Timur dapat menjelaskan narasi kesejahteraan sebagai mode yang sustainable serta berpihak kepada ekonomi masyarakat? Atau jangan-jangan, narasi kesejahteraan di dalam rencana pembangunan pabrik semen di Manggarai Timur merupakan siasat kapitalisme dengan tujuan mengeruk sumber daya masyarakat? Apakah ada agenda besar yang dimainkan di belakang narasi kesejahteraan sehingga sejauh ini digaungkan terus, misalnya melalui penyerapan tenaga kerja lokal serta peningkatan ekonomi warga sekitar?

Berkaca Pada Tambang Sebelumnya

Jika ingatan kita masih segar, tentu kita masih ingat dengan tambang yang pernah beroperasi di bawah naungan PT. Arumbai Mangabekti tepatnya di Golo Rawang, Desa Tengku Lawar, Kecamatan Lambaleda, Manggarai Timur. Seperti halnya tambang mangan di kampung Sirise, keberadaan tambang ini tidak terlalu memberikan peningkatan ekonomi bagi masyarakat sekitar. PT Arumbai memang sebaiknya angkat kaki dari Manggarai Timur, karena dari tambang mangan ini yang didapat warga bukan kesejahteraan, melainkan lebih banyak kemelaratan dan kesengsaraan, kata koordinator Fransiscans Office for Justice, Peace anda Integrity of Creation (JPIC OFM) Flores, Pater Aloysius Gonsaga Goa OFM (kompas.com; 28/10/2011).

Kegiatan ekstraksi dan eksplorasi sumber daya alam sangat berkelindan dengan kerusakan ekologi. Alih-alih kehadiran tambang bukannya membawa kesejahteraan bagi masyarakat, namun justru menciptakan mala petaka yang sangat besar bagi ruang hidup mereka. Faktanya kegiatan eksplorasi alam yang dilakukan sebelumnya telah menyebabkan ada beragam perampasan hak hidup masyarakat sekitar, sehingga mengakibatkan penurunan pendapatan ekonomi masyarakat.

Seharusnya ekstraksi alam pada tahun sebelumnya menjadi salah satu bukti kuat serta pelajaran bahwa narasi kesejahteraan yang digaungkan tidak cukup kuat mampu menawarkan peningkatan skala ekonomi semakin baik. Saya menduga, pada tahun tersebut, narasi kesejahteraan juga dimainkan oleh kekuasaan dan korporasi agar masyarakat sekitar menerima kehadiran tambang. Tanpa masyarakat memahami dampak ekologi, budaya, sosial dan berbagai aspek yang tergerus dalam kepentingan sepihak.

Bahkan hingga kini, lubang tambang ataupun tempat dimana eksplorasi mangan dilakukan, sampai saat ini tidak dikonservasi kembali. Lubang tambang dibiarkan begitu saja tanpa ada kelanjutan dari upaya korporasi bertanggung jawab terhadap soal ini. Lantas, masihkah narasi kesejahteraan bisa membuktikan dengan hadirnya pabrik semen? Justru bagi saya, masyarakat sekitar makin termarjinalkan jika tidak mampu membaca dan mengkritisi persoalan ini dengan melihat rujukan pada tambang sebelumnya. Bahkan saya melihat, dengan menerima kehadiran pabrik semen, masyarakat siap terikat dan dicengkram di bawah kuku kapitalisme yang rakus dan meminggirkan nilai-nilai kemanusiaan.

Mendorong Ekonomi Kreatif

Dalam kajian yang dibuat oleh Risk Consulting Group (RCG), mereka menawarkan solusi alternatif yang bisa menjawab persoalan utama masyarakat sekitar rencana pembangunan pabrik semen. Salah satu solusi ditawarkan yakni mendorong investasi usaha seperti aren yang memang layak, adil, ramah lingkungan, efisien dan berkelanjutan (RCG; 09/05/2020).

Menurut saya kebijakan peningkatan ekonomi masyarakat tidak harus melalui pabrik semen. Justru dampak dari kegiatan eksplorasi batu gamping untuk dijadikan semen dapat merusak ekologi. Bahkan rencana pembangunan pabrik semen tersebut akan merelokasikan kampung adat yang telah lama mendiami masyarakat sekitar menyebabkan budaya masyarakat setempat tercerabut dari akarnya.

Sehingga menurut saya, narasi kesejahteraan yang digaungkan pemerintah daerah dan korporasi tidak cukup menawarkan kelanjutan pemenuhan ekonomi masyarakat. Saya mengusulkan, melalui dinas partanian dan peternakan, pemda justru lebih giat mendorong peningkatan sektor partanian dan peternakan serta pemberdayaan masyarakat.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya