Menjadi Pahlawan Bagi Diri Sendiri
10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional. Peringatan tahunan ini dimaknai sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan terhadap jasa para pahlawan tanah air. Mereka telah memberikan segala daya dan upaya: waktu, tenaga, pikiran, bahkan nyawa sekali pun untuk merebut kemerdekaan dari tangan kaum kolonial. Kita yang menghirup udara segar di alam kemerdekaan sekarang ini tak pelak adalah buah perjuangan para pahlawan.
Dalam tulisan ini, saya akan menguraikan secara reflektif relevansi Hari Pahlawan Nasional bagi kita. Dengan kata lain, kira-kira apa makna yang bisa kita peroleh dari peringatan Hari Pahlawan Nasional ini. Harapannya, peringatan hari ini bukan hanya sekadar formalitas belaka, melainkan mesti dipahami sebagai momentum pembentukan kesadaran diri, transformasi diri, serta komitmen untuk tak lelah berjuang.
Membangun Kesadaran
Kesadaran diri menjadi urgen di tengah dunia yang sepertinya sudah kehilangan kesadaran. Tutur kata, tindakan, serta laku hidup seseorang sekarang ini, tidak lagi didahului dengan pemikiran rasional serta pertimbangan matang, tetapi lebih didominasi emosi serta perasaan. Media sosial sebagai lokus interaksi digital atau lebih dikenal sebagai dunia maya, sering menampilkan fenomena demikian. Perasaan iri, tidak suka, saling tuduh dan mencela ditampilkan secara terang-terangan baik dalam bentuk status juga dalam kolom komentar yang dikonsumsi publik.
Kita memiliki kecenderungan menyukai konten-konten sensasional, dibandingkan dengan konten-konten edukatif yang lebih mendidik, membangun dan bermakna. Menonton Nikita Mirjani yang suka memamerkan aurat atau Tanta Ernie yang memiliki bentuk tubuh yang seksi dan aduhai lebih banyak bila disandingkan dengan menonton diskusi-diskusi ilmiah yang merangsang kita untuk berpikir kritis-logis; menonton chanel-chanel pengembangan diri yang membantu kita untuk lebih menghargai kehidupan. Hal ini dapat kita lihat dari jumlah like, komen, dan subscriber.
Para pahlawan memiliki kesadaran nasionalisme, sikap cinta tanah air, tanah tumpah darah. Kesadaran itulah yang mendorong mereka menentang segala bentuk penjajahan serta penindasan. Tanpa kesadaran itu, mungkin mereka akan bersikap apatis, acuh tak acuh, tidak peduli dengan kondisi bangsa yang menjadi budak akibat penjajahan, di negerinya sendiri.
Bagi kita, kesadaran semacam itu perlu ditanam, dirawat, dan dipupuk demi terwujudnya suatu kehidupan yang lebih bernilai dan bermartabat. Sikap apatis, tidak peduli, serta acuh tak acuh menjadikan kita manusia yang asal-asalan: asal bicara, asal buat, tanpa memerhatikan perasaan, kondisi, serta situasi orang lain.
Transformasi Diri
Perubahan suatu bangsa terjadi bila manusia yang hidup di dalamnya memiliki tekad untuk mengubah diri mereka sendiri. Alih-alih mengubah dunia, melawan kemalasan, kesombongan, dan egoisme dalam diri sendiri saja belum bisa. Transformasi atau perubahan itu sejatinya bermula dari diri sendiri.
Soerkarno, Hatta, Moh. Yamin, Jend. Soedirman dan pahlawan yang lainnya, berani melantangkan suara, tidak gentar menyuarakan kebenaran, serta tidak takut melawan para penjajah, karena mereka terlebih dahulu mengalahkan kepentingan sempit diri mereka sendiri dan mengutamakan kepentingan bersama.
Mengubah cara berpikir, cara bicara, tindakan, hingga menjadi kebiasaan positif dan akhirnya membentuk karakter. Tepat waktu, menepati janji, santun, dan saling menghargai adalah bentuk tindakan sederhana yang bisa dipraktikan dalam ruang hidup bersama. Dengan demikian, iklim kehidupan bersama akan diwarnai dengan nuansa penuh persaudaraan, tenggan rasa, kebersamaan, dan toleransi.
Komitmen Berjuang
Dari para pahlawan, kita juga belajar arti perjuangan sesungguhnya dan pengorbanan sejati. Para pejuang kemerdekaan berjuang dan berkorban tanpa pamrih, tidak diming-imingi kepentingan semu. Perjuangan mereka adalah murni sebagai bentuk kecintaan terhadap sesama kaum yang dijajah tanpa memandang ras, suku, agama, pun golongan.
Perjuangan mewujudkan kehidupan bersama yang adil dan makmur, serta pengorbanan memperjuangkan kepentingan mereka yang tertindas mesti didorong oleh rasa kemanusiaan dan panggilan hati nurani untuk berbuat baik.
Akan ada banyak tantangan, kesulitan, bahkan juga hinaan yang akan dihadapi. Namun demikian, selama apa yang kita yakini benar, karena itu adalah panggilan nurani untuk berbuat sesuatu, selesaikanlah. Lakukanlah. Bukankah para pahlawan juga menuai banyak kesulitan-kesulitan, perlawanan-perlawanan, dan ancaman? Akan tetapi, itu semua tidak menyurutkan semangat juang mereka.
Akhirnya, selamat merayakan Hari Pahlawan Nasional. Kita semua adalah pahlawan: bisa memimpin, mengatur, dan mengalahkan diri sendiri. Dengan membentuk kesadaran agar berpikir, bertindak, dan berucap, sehingga didasari dengan pertimbangan matang dan pikiran rasional.
Selain itu, kita seharusnya mulai bergerak melakukan perubahan dengan terlebih dahulu mengubah kebiasaan-kebiasaan buruk dalam diri kita sendiri. Hingga pada saatnya, kita akan menjadi seorang petarung dan pejuang sejati yang memperjuangkan hajat hidup orang banyak dan menjadi pionir perubahan kehidupan bersama yang dicita-citakan yang berlandaskan rasa kemanusiaan dan bukan kepentingan parsial semata.
Artikel Lainnya
-
160113/01/2020
-
70314/01/2024
-
47625/03/2023
-
Polemik Pajak Sekolah dan Sembako
81315/06/2021 -
Opini Publik dan Pendewasaan Demokrasi Pemilu 2024
86221/05/2023 -
Joker Main Mata: Penegak Hukum Lempar Batu
175819/07/2020