Meninjau Peluang Jurnalis dalam Era Artificial Intelligence

Meninjau Peluang Jurnalis dalam Era Artificial Intelligence 06/10/2023 210 view Lainnya grid.id

Kecerdasan buatan manusia yang dikenal dengan Artificial Intelligence (AI) merupakan sebuah perkembangan teknologi yang terus dikembangkan oleh manusia untuk membantu pekerjaan manusia dalam berbagai aspek. Perkembangan teknologi yang terus berkembang juga berdampak pada penulisan berita atau yang lebih dikenal dengan jurnalis. Kecanggihan teknologi Al ini bukan hanya mampu dalam menyajikan data atau menulis berita, akan tetapi teknologi AI ini juga mampu menembus dunia jurnalistik dengan menjadi presenter seperti manusia pada umumnya. Sehingga apakah kehadiran dari Artificial Intelligence (AI) menjadi suatu ancaman bagi para jurnalis untuk kehilangan posisinya?.

Pemanfaatan dari teknologi AI bagi dunia jurnalistik yaitu membantu dalam mencari data yang akurat, memproses dan mengelola data, serta mampu mencari kebenaran dari berita. Sehingga pemanfaatan AI bukan hanya dalam kecepatan ataupun dapat melampirkan banyak berita, akan tetapi kualitas dari berita yang akan diterbitkan. Namun, berita yang dilampirkan oleh AI lebih cenderung kepada angka atau statistiknya, dan hal ini tentu saja menjadi pembeda terkait dengan berita yang ditulis oleh jurnalis dan berita yang dilampirkan oleh teknologi AI. Kecenderungan cara membaca masyarakat yang lebih sering menggunakan teks tentu saja menjadi kendala dalam berita yang diberikan oleh AI karena menyajikan berita dalam bentuk angka.

China sebagai salah satu negara maju di dunia, telah mengembangkan robot yang bernama Xiaominngbot yang dilengkapi dengan kecerdasan buatan sehingga mampu menghasilkan 450 artikel dengan rata-rata jumlah kata 100-821 kata terkait dengan olimpiade Rio de Janeiro pada tahun 2016. Pada 18 Januari 2017, Xiao Nan seorang jurnalis robot asal China menerbitkan artikel di Southern Metropolis Daily terkait jumlah wisata selama Tahun Baru China dengan jumlah 300 kata selama satu detik, sehingga robot tersebut mampu untuk menghasilkan 30 ribu artikel per bulannya.

Pro dan kontra terkait dengan teknologi AI tentu saja ada. Tingkat kreativitas dan juga ide-ide yang dimiliki oleh seorang jurnalis tentunya sudah tidak terlalu terpakai atau bahkan tidak terpakai sama sekali. Teknologi AI mampu menuliskan berita dengan cepat, tetapi seorang jurnalis mampu membangkitkan emosional seorang pembaca dan mampu dalam memberikan pemaknaan yang mendalam. Kecenderungan pemakaian teknologi AI juga berdampak pada interaksi sosial jurnalis. Hal ini dikarenakan pencarian data maupun fakta yang dilakukan oleh AI tidak perlu dengan terjun ke lapangan, sedangkan penulis jurnalis harus terjun ke lapangan untuk mendapatkan informasi tambahan ataupun data yang akurat, serta hal inilah yang dapat menjadi point plus karena seorang jurnalis mampu dalam bersosialisasi dan mendengarkan pendapat masyarakat serta mampu dalam memahami perasaan masyarakat.

Namun jika dilihat dari sisi positifnya, penggunaan robot jurnalis sangat membantu dalam memproduksi konten berita ataupun artikel, selain mampu memproduksi dalam jumlah banyak, penggunaan teknologi AI juga mampu meminimalisir terjadinya kesalahan terhadap penulisan artikel atau berita. Penggunaan teknologi AI dapat menciptakan dua kubu pemikiran yang berbeda, yaitu kubu pemikiran pesimis dan kubu pemikiran optimis. Mereka yang berpikiran pesimis hanya memikirkan akan terjadinya sistem eliminasi yang mana posisi mereka akan digantikan oleh AI dan tidak mencari kreativitas apa yang dapat mereka lakukan agar menjadi pembeda dari teknologi AI, serta tidak melihat sisi positif dari adanya AI. Sedangkan mereka yang berpikiran optimis, akan berpandangan bahwa penggunaan teknologi AI pada dasarnya dapat membantu mereka dalam membuat berita ataupun artikel dengan lebih cepat, dan dengan tingkat kesalahan yang lebih kecil sehingga kualitas maupun akurasi dari berita lebih meningkat, hal ini tentunya membantu para jurnalis untuk mengatasi masalah fake news.

Dengan adanya bantuan teknologi AI, para jurnalis mampu mengasah dan meningkatkan tingkat kreativitas mereka dengan mengembangkan ide-ide baru, serta melihat trend apa saja yang sedang terjadi agar menjadi sumber inspirasi. Hal lain yang tidak bisa dilakukan oleh teknologi AI adalah menanamkan rasa emosional dalam tulisan, maka dari itu disinilah peran jurnalis dalam menambahkan ide-ide mereka, serta rasa emosional, dan bagaimana merubah tata bahasa agar lebih mudah dipahami oleh masyarakat. Di sisi lain banyak pertimbangan yang dipikirkan jika seandainya perusahaan-perusahaan sepenuhnya menggunakan teknologi AI, hal ini disebabkan karena persoalan biaya yang harus dikeluarkan secara besar-besaran, karena harga untuk investasi robot jurnalis tentu tidak murah.

Jadi, untuk saat ini penggunaan teknologi AI tidak mengancam atau mematikan posisi serta penghasilan dari para jurnalis, hal ini dikarenakan robot jurnalis atau AI juga masih memiliki beberapa kekurangan dan tantangan jika menggantikan seluruh pekerjaan jurnalistik seorang jurnalis. Namun, para jurnalis mampu berkolaborasi dengan teknologi AI untuk saling melengkapi kekurangan pada setiap artikel ataupun berita yang diberikan oleh robot AI. Dalam hal ini memang dibutuhkan keterampilan serta pemikiran manusia yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur apakah berita atau artikel tersebut sesuai dengan kebutuhan, pemahaman, keingintahuan masyarakat, maupun trend yang sedang terjadi di lingkungan sekitar, karena tingkat kreativitas manusia lebih banyak dibandingkan dengan robot. Maka dari itu, penggunaan teknologi AI dalam hal ini tentunya memberikan dampak yang positif dan dapat meningkatkan keterampilan serta mempermudah dalam mencari keakuratan informasi.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya