Mengenang Lagu-Lagu Didi Kempot
Mulai hari ini, para penggemar Didi Kempot dan pecinta musik Indonesia tak akan bersua dan mendengarkan Didi Kempot melantunkan lagu yang khas berupa lagu-lagu Campur Sari secara langsung. Didi Kempot hari ini telah berpulang. Surga telah menanti beliau di alam keabadian.
Sebagaimana surga yang menantikan beliau di alam keabadian, lagu-lagu Didi Kempot pun juga akan terkenang sepanjang masa. Lagu-lagunya yang kebanyakan berbahasa Jawa bukan hanya populer di Pulau Jawa saja. Namun menembus lintas batas antar pulau di tanah air tercinta.
Sewaktu saya remaja, sering saya mendengarkan lagu-lagu Didi Kempot yang diputar ibu saya dengan volume sedikit keras sambil beliau memasak. Ini membuktikan bahwa lagu-lagu Didi Kempot bukan hanya diminati oleh para bapak, namun juga ibu-ibu.
Pun, demikian ketika saya masuk kuliah dan belajar di kampus. Lagu-lagu Didi Kempot terdengar dinyanyikan oleh anak-anak muda. Saya teringat ketika kampus kami kedatangan kunjungan dari sebuah kampus besar di Bandung, untuk studi banding. Pada momen perpisahan lagu kami nyanyikan ramai-ramai antara mahasiswa dari Bandung dan kami sebagai tuan rumah adalah lagunya Didi Kempot yang berjudul “Stasiun Balapan”. Lagu yang sangat populer saat itu. Dan tanpa teks ternyata anak-anak muda seusia saya tersebut begitu hafal syair lagu tersebut.
Lagu Didi Kempot juga sering kita dengarkan di tempat favorit makan anak muda yang sedang kuliah di jaman itu, yaitu angkringan. Di tempat makan yang murah meriah itu, sambil berdiskusi kesana-kemari layaknya mahasiswa dan temani makanan nasi kucing, tak lupa si pemilik angkringan memutarkan lagi Didi Kempot.
Demikian juga ketika saya dalam perjalanan naik bus menuju Kota Jakarta sebagai kota rantau saya pertama, saya masih bisa menikmati syair-syair lagu Didi Kempot yang dinyanyikan dengan merdu para pengamen jalanan, ketika bus yang saya tumpangi masuk di wilayah perbatasan Kulon Progo. Lagu-lagu Didi Kempot seolah menjadi idola mereka. Dan saya pun menikmatinya sambil sesekali menghayati syair lagu yang bukan saja enak didengar namun mengingatkan saya pada berbagai macam peristiwa dan nostalgia yang terjadi di beberapa tempat.
Itu lumrah saja, mengingat judul-judul lagu milik Didi Kempot kebanyakan berkaitan dan diberi judul dengan menggunakan tempat. Sebut saja Stasiun Balapan, Terminal Tirto Nardi, Parang Tritis, Pelabuhan Tanjung Mas, Terminal Kerto Sono Ngawi dan lain sebagainya.
Ketika saya dari Surabaya menuju Jogjakarta dengan menggunakan kereta api di Stasiun Gubeng, lagu Dedi Kempotpun dinyanyikan para pengamen yang ada di sana. Bahkan sambil menunggu kereta api berangkat, ada beberapa penumpang yang meminta secara langsung lagu Didi Kempot untuk dinyanyikan. Kami pun ikut menyanyi.
Kini saya berada di sebuah kota di Pulau Sumatera, yang memiliki bahasa lokal tentunya bukan bahasa Jawa. Namun di tempat ini pun lagu-lagu Didi kempot masih sering saya dengarkan. Bahkan masih ada satu dua warung di tepi jalan yang menjual CD lagu-lagu Dedi Kempot tersebut.
Dan beberapa waktu lalu, ketika virus corona belum sampai di kota kami, kami dan beberapa kawan kerja hangout untuk minum kopi di sebuah kafe. Ternyata di kafe tersebut, juga menyediakan lagu-lagu Didi Kempot.
Dari semua pengalaman yang saya alami mengenai lagu-lagu Didi Kempot tadi, saya berkesimpulan bahwa lagu-lagu Didi Kempot adalah lagu-lagu yang menembus batas, disenangi para ibu, dirindukan para bapak, digandrungi kaum muda dan bahkan mungkin dirindui oleh kaum perantau dari segala kelas ekomoni dan sosial.
Itu semua tak lepas dari syair-syair lagu Didi Kempot yang sederhana yang kebanyakan bercerita tentang cinta, balada dan romantisme masa muda yang disajikan apa adanya dan sederhana. Bagi anda yang pernah muda, sedang menjadi muda atau akan menjadi muda, silahkan memutar lagu-lagu Didi Kempot. Dan saya jamin anda tak bosan-bosannya mendengarkan itu semua.
Selamat jalan Kang Didi Kempot, Surga menantimu di alam keabadian sebagai mana lagu-lagumu yang abadi buat para pencinta musik di Tanah Air. Indonesia hari ini berduka atas berpulangnya Kang Dedi Kempot dalam pelukan Yang Maha Esa.
Artikel Lainnya
-
39516/03/2024
-
118826/02/2021
-
23019/08/2024
-
Revolusi Sunyi Ibn Hazm: Tafsir Baru tentang Tradisi dan Inovasi Islam
7310/12/2024 -
Republikanisme dan Hilangnya yang Publik
141619/02/2023 -
Menangkal Virus Intoleransi Dalam Dunia Pendidikan
154718/02/2021