Mengambil Pelajaran dari Tragedi Ledakan Beirut Lebanon

Pegiat Forum Kolumnis Muda Jogja (FKMJ)
Mengambil Pelajaran dari Tragedi Ledakan Beirut Lebanon 14/08/2020 1354 view Politik AP Photo/Hussein Malla

Patut menjadi perhatian, di tengah kepungan gelombang pandemi Covid-19 yang sedang mewabah, kita dianjurkan untuk tidak lengah dan selalu waspada atas segala potensi bahaya, seperti potensi terorisme. Meskipun belum diketahui siapa dalang di balik ledakan bom di Beirut, Lebanon, Selasa (4/8/2020), peristiwa ini menjadi peringatan kita untuk selalu waspada terhadap segala jenis bahaya yang mungkin bisa saja terjadi di saat pandemi ini, yang terkadang datang tak terduga.

Jangan sampai karena terlalu fokus pada penanganan pandemi Covid-19, para aparat keamanan lengah untuk mendeteksi aksi terorisme dan kriminalitas lainnya yang berpotensi terjadi dengan memanfaatkan pandemi Covid-19. Sangat diperlukan kewaspadaan seluruh elemen bangsa karena sangat mungkin kelompok terorisme akan mengail di air yang keruh. Mencari kesempatan dalam kesempitan. Mencari-cari celah untuk melancarkan aksi terornya.

Terlepas dari apapun ledakan dahsyat yang terjadi di Beirut, Lebanon, adalah bukti bahwa potensi marabahaya bisa terjadi kapan saja. Ledakan besar yang menurut laporan The Guardian, Rabu (5/8/2020), setidaknya menewaskan 100 orang dan 4000 lebih orang luka-luka telah menggemparkan tak hanya masyarakat Lebanon, tetapi juga dunia global pada umumnya. Ledakan ini telah meratakan sebagian besar bangunan. Jumlah kematiannya pun terbilang banyak.

Perdana Menteri Lebanon, Hassan Diab, mengungkapkan bahwa ledakan ini dipicu oleh lebih dari 2.700 ton ammonium nitrat yang disita dan disimpan selama kurang lebih enam tahun di pelabuhan. Padahal ammonium nitrat ini merupakan bahan kimia berbahaya yang sangat eksplosif atau mudah meledak.

Peristiwa ledakan Beirut, Lebanon, ini memberi pelajaran kepada kita untuk tidak ceroboh dan selalu berhati-hati. Bahan-bahan yang mudah meledak seperti ammonium nitrat harusnya mendapatkan penanganan serius dan ketat. Apalagi peristiwa ini terjadi di saat negara tersebut mengalami krisis ekonomi.

Sebagaimana diberitakan Alhurra, 8 Juni 2020, nilai tukar mata uang Lebanon terjun bebas dan membuat setengah dari populasinya berada di bawah garis kemiskinan. Padahal menurut laporan Lembaga Krisis Internsional (ICG) krisis ini belum pernah terjadi dalam sejarah negara tersebut. Kondisi ini memicu ratusan ribu warga Lebanon turun ke jalanan semenjak 17 Oktober 2019 untuk memprotes pemerintah yang korup dan gagal menangani krisis.

Di tengah pusaran krisis dan gelombang pandemi sudah seharusnya selalu siap siaga mewaspadai potensi buruk lain seperti aksi teror yang dilakukan oknum yang ingin memanfaatkan situasi tersebut. Dan yang jelas ledakan Beirut, Lebanon, tersebut perlu mendapatkan perhatian serius dari negara-negara yang menyimpan ammonium nitrat.

Ammonium nitrat atau NH4-NO3 adalah senyawa kimia yang kerap kali digunakan di bidang pertanian (pupuk) dan bidang pertambangan serta konstruksi (bahan peledak). Bahan ini juga kerap kali disalahgunakan untuk tindak kejahatan atau kriminal. Ammonium nitrat rentan terhadap api. Api dapat memicu reaksi kimia berbahaya seperti halnya ledakan yang terjadi di Beirut, Lebanon.

Oleh karenanya, patut diselidiki peristiwa meledaknya ammonium nitrat di gudang penyimpanan merupakan murni human error atau sabotase pihak-pihak tertentu. Artinya, disebabkan karena unsur kecerobohan atau kesengajaan. Apalagi ledakan semacam itu bukan kali pertama terjadi.

Perlu dicatat bahwa beberapa kali kasus ledakan dengan bahan serupa juga pernah terjadi di negara lain. Bahkan korban meninggal pun tercatat lebih banyak, lebih dari 500 orang. Sebagaimana peristiwa kecerobohan yang mengkibatkan meledaknya ammonium nitrat ini juga pernah terjadi di Texas City pada 16 April 1947. Ledakan pada saat pengangkutan 2.300 ton pupuk itu mengakibatkan 581 orang tewas dan 3.500 orang luka-luka.

Dari berbagai peristiwa ledakan akibat dipicu ammonium nitrat tersebut, pada dasarnya penyimpanan bahan kimia berbahaya seperti ammonium nitrat tidak boleh sembarangan. Penyimpanannya membutuhkan standar khusus baik dari segi tempat maupun tingkat keamanan. Pengawasannya harus dilakukan oleh aparat keamanan dan pihak-pihak yang berwenang dan berkompeten.

Indonesia patut belajar juga pada 2016 saat salah satu perusahaan terbesar kehilangan 183 dekonator. Oleh karena itu, berbagai peristiwa tersebut patut mendapat pelajaran penting bagi negara yang menyimpan bahan-bahan mudah meledak, termasuk Indonesia. Di samping itu juga tujuannya ialah agar mencegah terjadinya penyalahgunaan bahan tersebut yang notabene membahayakan manusia dan lingkungan seperti untuk aksi terorisme ataupun perusakan lingkungan.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya