Mencegah Stunting Sejak Dini

Mencegah Stunting Sejak Dini 09/11/2022 796 view Lainnya pexels.com

Saat ini Indonesia berada pada ancaman kekurangan gizi kronis terutama pada seribu hari pertama kehidupan yang dapat mempengaruhi faktor tumbuh dan kembang anak yang sering kita kenal dengan istilah stunting.

Berdasarkan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan mencatat prevalensi balita yang mengalami stunting di Indonesia pada 2021 sebanyak 24,4%. Catatan ini menerjemahkan bahwa sekitar 1 dari 4 balita tanah air mengalami stunting. WHO menjelaskan prevalensi Stunting dikatakan kronis bila melebihi 20%. Artinya, prevalensi stunting di Indonesia berada pada fase kronis. Hal ini tentunya sangat mengkhawatirkan bagi masa depan Ibu Pertiwi.

Stunting yang dialami hampir seperempat balita di tanah air memiliki konsekuensi yaitu mereka cenderung kecil untuk anak usianya, berprestasi kurang baik di sekolah dan lebih rentan terhadap penyakit. Tingginya prevalensi stunting tersebut dalam jangka panjang tentunya akan bedampak pada kualitas SDM Indonesia. Menurunnya kualitas SDM akan berdampak vital bagi masa depan bangsa ini. Sebab kualitas SDM merupakan aset vital untuk pembangunan.

Namun demikian, tidak jarang masyarakat masih menganggap kondisi tubuh yang pendek merupakan faktor genetika dan tidak ada kaitannya dengan kondisi masalah kesehatan. Sementara itu, Genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik) dan faktor kesehatan. Hal ini mengungkapkan fakta di masyarakat bahwa kurangnya pemahaman akan stunting yang disebabkan oleh kurangnya akses penyaluran sumber edukasi kesehatan diiringi dengan pengaruh anggapan atau persepsi yang tidak berpedoman pada literasi kesehatan yang cukup kuat dalam masyarakat telah mengantarkan pada perilaku yang keliru mengenai kesehatan khususnya bahaya stunting. Oleh karena itu diperlukannya pencegahan berupa akses pelayanan penyaluran informasi kesehatan yang tepat sasaran, pendampingan, dan pengawasan agar pengaruh anggapan atau persepsi beserta perilaku yang bersumber dari sumber tidak jelas dapat disikapi dengan baik.

Untuk itu, masyarakat harus diedukasi sedini mungkin mengenai hal-hal atau faktor-faktor apa saja yang bisa mempengaruhi terjadinya stunting terutama pada seribu hari pertama kehidupan. Faktor-faktor yang menjadi perhatian dalam pencegahan stunting itu antara lain ialah perbaikan pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih.

Pola asuh berkaitan dengan perilaku dan praktik pemberian makanan kepada anak. Bila orang tua tidak memberikan asupan gizi yang baik, maka peluang anak bisa mengalami stunting cukup besar. Selain itu, faktor ibu muda dan kehamilannya yang kekurangan nutrisi serta masa laktasi yang kurang baik juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan otak anak. Sejatinya ASI memperkuat sistem kekebalan bayi, dan memberi anak nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh dan berkembang.

Rendahnya akses terhadap makanan dengan nilai gizi tinggi serta menu makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh dapat mempengaruhi pertumbuhan anak dan meningkatkan risiko stunting. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman calon orang tua tentang konsep pola makan kebutuhan gizi sebelum, saat, dan setelah melahirkan.

Sanitasi yang buruk serta keterbatasan akses pada air bersih akan memperbesar risiko stunting pada anak. Hal ini tentunya dapat mempengaruhi pertumbuhannya ditambah dengan kondisi rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan juga merupakan salah satu faktor penyebab stunting.

Menikah di usia yang cukup terutama pada remaja putri yaitu minimal berusia sekitar 21 tahun serta pasangan yang memiliki pola hidup sehat seperti tidak merokok atau minum-minuman beralkohol adalah perilaku yang bisa mencegah terjadinya stunting. Kecukupan gizi terutama zat besi bagi seorang perempuan calon pengantin juga bisa menghindarkan pada terjadi stunting bagi generasi berikutnya.

Tak kalah penting adalah merencanakan kehamilan dengan baik dengan menghindarikan diri dari 4 terlalu yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu rapat dan terlalu sering melahirkan dengan mengikuti program Keluarga Berencana adalah upaya untuk menghindari kejadian stunting pada anak sebagai generasi penerus bangsa.

Berkat kesadaran kita semua, calon orang tua dan orang tua akan pentingnya mengupayakan kesehatan terutama pada seribu hari pertama kehidupan, anak-anak akan memiliki kesempatan untuk memulai kehidupan dengan bekal sebaik mungkin, memberikan peluang untuk mengupayakan otak dan tubuh mereka berkembang, sehingga mereka memiliki kesempatan yang sangat penting untuk memenuhi potensi mereka. Menjadi anak-anak cerdas dan berkualitas. Memiliki daya saing dan tidak mudah terserang penyakit untuk Indonesia maju dan sejahtera. Ayo cegah stunting sekarang juga.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya