Menanti Aksi Koalisi Juru Selamat Negeri

Pegiat Forum Kolumnis Muda Jogja (FKMJ)
Menanti Aksi Koalisi Juru Selamat Negeri 10/08/2020 1206 view Opini Mingguan poskota.co.id

Setiap anak bangsa di negeri yang menganut sistem demokrasi memiliki hak untuk menyuarakan aspirasinya kepada pemerintah. Melalui ruang demokrasi ini pula tiap-tiap bangsa diberi celah selebar-lebarnya untuk berpendapat. Pun demikian adanya opisisi atau pun koalisi dalam kapal demokrasi ini adalah sesuatu hal yang lumrah, wajar, dan bukan hal yang melanggar. Itu semua dengan catatan sesuai dengan etika, tata karma, dan keadaban bangsa.

Seperti yang baru-baru ini tersiar, bahwa sejumlah tokoh mendeklarasikan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI). Koalisi ini digawangi sejumlah tokoh yang sudah tak asing lagi di tanah air, diantaranya Din Syamsudin, Rocky Gerung, Refli Harun, dan Said Didu. Pro-kontra pun mencuat. Sebagian kalangan menganggap bahwa KAMI adalah harapan baik di tengah rapuhnya kapal Indonesia akibat krisis. Namun, sebagian yang lain menilai bahwa KAMI tak ubahnya sebagai antek-antek barisan para mantan yang sakit hati dan segerombolan tukang nyinyir pemerintah yang kalah di Pilpres 2019.

Lepas dari pro-kontra tersebut, keputusan untuk membentuk KAMI haruslah kita hormati. Semoga mereka bergerak semata-mata di dorong oleh keinginan untuk memperjuangkan kepentingan rakyat Indonesia, memperbaiki kapal negeri yang keropos, menambal bagian-bagiannya yang bolong. Dalam kondisi pagebluk ini, janganlah mengail di air yang keruh. Artinya, jangan sampai hadirnya KAMI disusupi oleh nakhoda atau awak kapal gelap yang berambisi untuk membajak pemerintahan dengan cara-cara yang tak berperikedemokrasian.

Indonesia telah memberikan kebebasan warga negaranya untuk membentuk suatu kelompok atau koalisi asalkan sesuai dengan prinsip etika demokrasi. Satu hal yang patut diperhatikan adalah negeri ini dan dunia global umumnya masih dilanda bencana kemanusiaan pandemi Covid-19. Artinya, seyogyanya fokus dari gerakan bangsa ini adalah menghentikan amukan badai pandemi yang dari hari ke hari kian mengganas. Sudah lebih dari seratus ribu rakyat Indonesia terpapar virus mematikan ini. Jutaan anak-anak sekolah menjadi tumbal dan dirumahkan sistem pembelajarannya. Belum lagi, jutaan manusia yang kehilangan mata pencaharian.

Oleh karenanya, gunakan hak dan segala instrumen demokrasi ini untuk menyelamatkan anak bangsa yang babak belur dihantam badai wabah mematikan. Jangan sampai gerakan KAMI ditunggangi oleh kepentingan, akan tetapi lebih ke arah memberi masukan yang konstruktif dan juga bersama-sama untuk berusaha dalam rangka penanganan wabah Covid-19 serta pembangunan bangsa.

Jangan sampai, koalisi juru selamat ini hanya surplus ucapan, tetapi defisit tindakan. Hanya, heboh di awal deklarasi, namun kenyataanya minim aksi-aksi penyelamatan negeri. KAMI perlu bekerja keras dengan pembuktian agar kritik-kritiknya tidak dianggap sebagai pepesan kosong. Hadirnya KAMI yang terdiri dari tokoh lintas bidang dan berbagai latar belakang, patut memberikan pengaruh positif atas nama kepentingan bangsa Indonesia, bukan sekadar sentimen negatif terhadap pemerintahan.

Harus diakui, di tengah krisis kesehatan akibat pandemi Covid-19, bangsa ini dihadapkan pada persoalan multi-aspek seperti polemik rancangan undang-undang, tata kelola pemerintahan yang buruk, dan penegakan hukum yang lemah, sehingga mudah dibeli ataupun diutak-atik.

Masih terekam dalam ingatan, di situasi pandemi dan juga krisis ekonomi ini dengan bergulirnya polemik RUU HIP. Negeri ini juga disuguhkan dengan pemandangan yang begitu memprihatinkan para oknum penegak hukum. Buronan belasan tahun, Djoko Tjandra dengan begitu lihainya mengelabuhi tiga institusi tinggi Kepolisian, Kejaksaan Agung, dan Kemenkumham (Imigrasi). Dua institusi lainnya Ditjen Dikcapil Kemendari dan Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan juga dengan begitu mudahnya didikte oleh Djoko Tjandra.

Mirisnya lagi, di tengah pandemi Covid-19, persoalan ego sektoral bukan malah hilang, malah justru kerap kali muncul ke permukaan. Tengok saja kasus korupsi bantuan sosial di berbagai daerah. Belum lagi manipulasi kasus Covid-19. Di tengah pandemi ini masih saja muncul manusia-manusia tuna budi yang hanya mementingkan ego diri dan kepentingan pribadi. Sungguh memprihatinkan.

Dari berbagai silang sengkarutnya persoalan negeri tersebut, semoga dengan hadirnya KAMI benar-benar memberi pengaruh positif. Namun demikian yang kita nanti-nantikan adalah aksi koalisi juru selamat negeri tersebut. Jangan menjadi "tong kosong nyaring bunyinya". Maksudnya, yang kita tunggu-tunggu adalah bukan hanya sekadar kritik sana-sini tanpa solusi. Buktikan bahwa koalisi ini memang bisa menjadi juru selamat negeri untuk keluar dari berbagai himpitan persoalan bangsa, semoga.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya