Memaknai Perdamaian dari Pemikiran Johan Galtung

Cendekiawan yang khas dengan ilmu perdamaian ini bernama Johan Galtung. Sosok cendekiawan berasal dari Norwegia dan tentunya memiliki nama yang sangat masyhur di balik berbagai penderitaan hidup yang pernah dialami oleh Johan Galtung. Sosok penerima kurang lebih 10 Honoris Clausa, mendapatkan guru besar bidang perdamaian global di Malaysia, menikah 2 kali, punya anak 4 hingga Johan Galtung melihat ayahnya di tangkap NAZI pada usia 12 tahun.
Salah satu pemikirannya yaitu terkait krisis dunia masa kini yang terbagi menjadi 4 yaitu krisis kekerasan dan ancaman kekerasan ; krisis penderitaan dan ancaman kemiskinan ; krisis represi dan ancaman represi ; lalu krisis ekologi dan ancaman kerusakan lingkungan. Dalam arti lebih jauh pada masa sekarang banyak orang yang menderita sebab krisis yang sedang kita hadapi di berbagai belahan dunia. Termasuk Indonesia.
Pemikiran selanjutnya terkait kekerasan yang bermakna setiap kondisi fisik, verbal, emosional, institusional, struktural, spiritual, juga perilaku, sikap, kebijakan, atau kondisi yang melemahkan, mendominasi, atau menghancurkan diri kita sendiri atau orang lain. Contohnya ketika ada seorang yang dibully secara verbal sampai membuat seorang tersebut tidak bisa melakukan secara wajar seperti sebelum terjadi bullying verbal. Korban bullying pasti tersakiti, namun belum tentu pelaku tersakiti.
Segitiga kekerasan menjadi salah satu pemikiran Johhan Galtung. Dalam segitiga kekerasan itu ada kekerasan langsung, kekerasan struktural dan kekerasan kultural. Kekerasan langsung itu kekerasan yang terlihat secara langsung. Kekerasan struktural itu ketika suatu tindakan kekeliruan yang kita tidak bisa mengikuti. Sedangkan kekerasan kultural itu kekerasan yang dapat merubah sesuatu yang awalnya sudah benar, kemudian menjadi sesuatu yang salah.
Akar kekerasan menjadi tema bagian selanjutnya dari pemikiran Johan Galtung. Akar kekerasan ini terbagi menjadi tiga yaitu nature, culture dan struktur. Nature bermakna di dalam dan luar kamu. Culture bermakna di dalam nilai internasional dan norma-norma. Dan struktur bermakna di dalam lingkaran institusional positif serta negatif yang ada sangsinya. Ketiga akar kekerasan yang saling berkesinambungan dalam realisasinya.
Contoh penerapan akar kekerasan ini ada pada tokoh cendekiawan dunia. Marx Muller yang fokus pada nature, tapi terkadang lupa pada culture. Freud yang fokus pada nature dan terkadang lupa pada culture. Lalu Darwin yang fokus pada nature tapi lupa pada culture dan struktur. Ketiga contoh ini kalau digali lebih jauh maka siapapun akan dapat menemukan akar dari kekerasan. Sebab ada lebih dan kurang. Kelebihan yang menjadi kemungkinan penyelamat saat terjadi kekerasan. Dan kekurangan yang menjadi kemungkinan akar kekerasan.
Konflik menjadi bagian pembahasan usai akar kekerasan. Biasanya konflik ini terjadi usai terjadi berbagai benturan antara kedua belah pihak. Terjadinya konflik tentunya dipicu oleh ketidakseimbangan kedua belah pihak antar individu atau antar kelompok dalam menghadapi suatu persoalan. Hal ini dapat dicontohkan seperti ketika tinggal di kamar kos yang sama dengan seorang teman, maka kita jika teman satu kamar ini suka lampu dimatikan ketika tidur, dalam arti berbeda dengan kita, berarti harus ada yang mengalah atau kalau tidak, akan terjadi konflik hanya terkait lampu ketika tidur malam.
Segitiga konflik sebagai bagian dari konflik yaitu behavior, attitude dan contradiction. Behavior berarti perbuatan-perbuatan yang berkonflik. Attitude berarti persepsi yang berkonflik tentang dirinya dan lawannya. Sedangkan contradiction yaitu adanya pertentangan kepentingan. Ketiga hal yang jika seluruhnya muncul, maka akan menjadi konflik secara penuh. Alurnya lebih ke attitude yang melahirkan behavior dan pada akhirnya melahirkan contradiction. Namun contradiction juga bisa melahirkan attitude dan behavior.
Tahapan dari konflik yaitu diri ke kebutuhan ke tujuan ke konflik dengan yang lain ke frustasi ke polarisasi ke dehumanisasi ke kebencian, ke kekerasan ke trauma dan berakhir dibalas dendam. Pola tahapan yang umum terjadi dilingkup konflik. Tahapan yang perlu adanya bantuan psikolog atau psikiater ada di tahap frustasi. Sebab jika seorang sudah frustasi, maka banyak hal tidak kasat yang bisa terjadi tanpa prediksi. Terlebih jika seorang yang mengalami ini ada keinginan bunuh diri. Itu sudah pasti perlu penanganan berbagai pihak agar kehidupan yang dijalani tetap aman dan tidak terjadi kejadian buruk tersebut. Bagian bahaya ada di terakhir yaitu balas dendam. Perlu berhati-hati jika ada yang balas dendam akibat konflik. Sebab ada yang balas dendam dengan cara baik, ada juga yang balas dendam dengan cara buruk.
Sementara itu, perdamaian dijelaskan melalui contoh seorang yang sudah memaafkan pelaku dalam suatu konflik yang merugikan, namun proses hukum tetap tidak bisa dihentikan. Hal yang berhenti dalam perdamaian secara pasti ada di kekerasan, meski secara hukum belum tentu bisa berhenti. Semua tergantung pada situasi, korban dan pelaku.
Jenis Perdamaian ada dua yaitu perdamaian negatif dan perdamaian positif. Perdamaian negatif yaitu menghilangkan peperangan, menghilangkan konflik, menghilangkan kekerasan, menghilangkan penindasan dan menghilangkan kejahatan. Sedangkan perdamaian positif yaitu menghadirkan kenyamanan, menghadirkan ketenangan, menghadirkan kekompakan, menghadirkan kemanusiaan dan menghadirkan kebaikan.
Perdamaian itu bukan berarti tidak adanya kekerasan atau perang senjata. Tetap ada di ingatan. Namun sudah dihilangkan muncul pada luar benak. Hal ini mewujudkan maksud dari perdamaian yaitu kapasitas untuk mengubah konflik dengan empati, tanpa kekerasan, dan secara kreatif. Proses ini tidak akan pernah berakhir. Ada jenis perdamaian alam, perdamaian positif langsung, perdamaian positif struktural dan perdamaian kultural.
Tahap setelah perdamaian dapat disebut dengan "Peace making". Pada tahap ini bermaksud menghentikan konflik yang sedang berlangsung. Metodenya dengan negosiasi, mediasi, konsiliasi, arbitrase, penyelesaian yudisial, pengaturan regional, sanksi, pemblokiran, dan intervensi kekerasan. Hal ini bertujuan untuk mencapai rekonsiliasi di antara yang bertikai. Peace making dalam PBB itu sebagai upaya diplomatik. Dan peace enforcement yaitu penggunaan kekuatan secara aktif.
Peace keeping menjadi bagian kedua dari tahapan perdamaian. Peace keeping memiliki arti yaitu mencegah dimulainya kembali pertempuran setelah konflik. Contohnya setelah Indonesia merdeka, ada berbagai perjuangan dari rakyat Indonesia untuk tidak terjadinya kembali pertempuran setelah berbagai konflik yang ada sebelum dan setelah Indonesia merdeka.
Terakhir ada peace building yang memiliki arti yaitu suatu upaya struktural yang melibatkan berbagai pihak, pemerintahan, maupun masyarakat sipil, di tingkat komunitas, nasional dan internasional untuk mengatasi dampak dan akar penyebab konflik, sebelum, selama, dan setelah konflik kekerasan terjadi. Contohnya pada masa awal kemerdekaan Indonesia ada situasi mencegah konflik kembali dengan menghabiskan semua keturunan Belanda di Indonesia. Hal ini dilakukan sebagai usaha untuk merdeka seutuhnya dari penjajah dan agar keturunan penjajah tidak masuk mengurusi pemerintahan Indonesia.
Pada akhirnya ada quote paling akhir tentang Johan Galtung ini menyatakan bahwa setiap agama mengandung unsur-unsur yang lunak dan yang keras, dalam derajat yang berbeda-beda. Demi perdamaian dunia, dialog dalam agama, dan di antara mereka harus memperkuat aspek-aspek yang lebih lembut.
Artikel Lainnya
-
72304/12/2020
-
137031/05/2020
-
44618/11/2022
-
Adu Cepat Menutup Kebocoran Data Pribadi
58530/05/2021 -
Degradasi Kesantunan Dalam Bermedia Sosial
103508/03/2021 -
Komunikasi Politik Jokowi; Makna Di Balik Nomor Punggung
3009/12/2023