Malaikat dalam Pusaran Sejarah

Presiden Monasmuda Institute Semarang, Founder Garut Bangkit Berprestasi, Pengajar di Ponpes Nurul F
Malaikat dalam Pusaran Sejarah 22/01/2023 1312 view Agama publicdomainvectors.org

Pembahasan tentang malaikat sangat penting dipahami dalam konteks historis supaya dapat memahami malaikat dengan lebih komprehensif. Istilah malaikat bukanlah istilah yang berasal dari kosakata bahasa Indonesia. Istilah malaikat dirujuk dari bahasa Ibrani yaitu malakh yang berarti utusan. Sedangkan dalam bahasa Inggris malaikat disebut dengan kata angels yang dirujuk dari bahasa Yunani yaitu aggelos yang juga memiliki arti utusan Allah.

Malaikat juga merujuk pada makna utusan dalam Perjanjian Lama, serta dalam tulisan-tulisan Kristen dan Yahudi yang diterbitkan antara tahun 1400 dan 400 SM. Perjanjian Lama memandang malaikat sebagai entitas spiritual yang tidak dapat dirasakan oleh panca indera manusia karena mereka non-fisik atau non-materi. Malaikat harus dipandang sebagai entitas spiritual, bukan fisik.

Dalam alkitab, malaikat disebut sebanyak 273 kali. Menurut The Complete Reference Encyclopedia, istilah malaikat berasal dari kata Yunani "aggelos", yang berarti “utusan”. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa kaum pagan mungkin adalah orang pertama yang menggunakan kata “aggelos”. Istilah “aggelos” awalnya digunakan dalam budaya Yunani untuk menyebut utusan pada umumnya, baik itu dewa atau manusia. Namun di kemudian hari, hanya nabi seperti Hermes dan Idris yang disebut sebagai aggelos. Ketika era Kristen muncul, hanya malaikat yang disebut sebagai aggelos.

Dari sudut pandang Kristen, malaikat dipandang sebagai utusan dan pelayan Tuhan di alam gaib (heavenly realm). Mereka mendahului manusia dalam penciptaan, lebih maju dari manusia, dan diciptakan dalam jumlah banyak. Menurut W.E. Vines, istilah Ibrani malak, yang berarti pembawa pesan, diterjemahkan sebagai malaikat, sebagai utusan Tuhan yang menyampaikan pesan khusus. Vines mengkategorikan malaikat menjadi tiga kelompok: utusan kenabian (prophetic messenger), utusan malaikat (angelic messenger) dan utusan tuhan (angel of the Lord). Namun karena Angel of The Lord banyak sekali peranannya dalam Bible sehingga diyakini bahwa Angel of The Lord adalah Nabi Isa sendiri sebelum kewujudannya sebagai manusia (pre-incarnate Christ).

Seperti Kristen, Yudaisme atau Yahudi adalah agama yang muncul dan berkembang pada masa Jahiliyah. Kota Yatsrib yang kemudian diberi nama Madinah dihuni oleh para pemeluk agama Yahudi. Berikut adalah syair religi yang digubah oleh Umayyah bin Abu al-Shult, seorang penyair Yahudi, tentang malaikat:

الله وملائكته
“Allah dan Malaikat-Nya”
لك الحمد والنعماء والملك
ربنا فلا شيء أعلى منك مجدا وأمجد
“Wahai Tuhan kami, bagiMu segala puji, kenikmatan kekuasaan”
“Tak ada sesuatu yang lebih tinggi dan mulia dari-Mu”
وملائكة أقدامهم تحت عرشه
بكفيه لولا الله كلّوا وابدوا
“Di bawah ArsyNya kaki-kaki Malaikat”
“Demi kedua telapak tanganNya, jika bukan karena Allah, mereka pasti letih dan lemah”
قيام على الأقدام عانين تحته
فرائصهم من شدة الخوف ترعد
“Tampak nyata berdiri dengan kaki di bawah Arasy”
“Tubuhnya bergetar karena sangat takut”
وسبط صفوف ينظرون قضاؤه
يصيخون بالاسماء للوحي ركّد
“Berbaris dengan rapi menunggu keputusannya”
“Mendengarkan wahyu dengan tenang”
أمين لوحى القدس جبريل فيهم وميكال
ذو الروح القويّ المسدّد
“Yang dapat dipercaya untuk (mengemban) wahyu yang suci, diantara mereka Jibril dan Mikail”
“Yang memiliki ruh yang sangat kuat lagi benar”
وحرّاس ابواب السموات دونهم قيام
عليها بالمقاليد رصّد
“Dan para malaikat penjaga pintu pintu langit di bawahnya”
“Berdiri di atasnya, mengawasi dengan cermat”

Penyair menyampaikan keyakinannya tentang keberadaan malaikat, fungsinya, dan Arsy dalam perikop di atas (tahta Tuhan). Jibril dan Mikail adalah diantara nama-nama malaikat yang disebutkan dalam puisi itu dengan jelas. Tentang tugas atau tanggung jawab malaikat disebutkan bahwa mereka menopang Arsy, menjalankan perintah Allah, memperhatikan wahyu-wahyu Allah, dan menjaga dan mengawasi pintu-pintu langit.

Dalam perspektif masyarakat Jahiliyah, malaikat dianggap sebagai anak perempuan Allah. Allah mendatangkan laknat kepada masyarakat Jahiliyah yang menyatakan bahwasanya malaikat merupakan sosok anak perempuan. Atas perkataan mereka itu, mereka akan dimintai pertanggungjawaban. Allah berfirman:

فَاسْتَفْتِهِمْ اَلِرَبِّكَ الْبَنَاتُ وَلَهُمُ الْبَنُوْنَۚ ١٤٩ اَمْ خَلَقْنَا الْمَلٰۤىِٕكَةَ اِنَاثًا وَّهُمْ شٰهِدُوْنَ ١٥٠ اَلَآ اِنَّهُمْ مِّنْ اِفْكِهِمْ لَيَقُوْلُوْنَۙ ١٥١ وَلَدَ اللّٰهُ ۙوَاِنَّهُمْ لَكٰذِبُوْنَۙ ١٥٢ اَصْطَفَى الْبَنَاتِ عَلَى الْبَنِيْنَۗ ١٥٣ مَا
لَكُمْۗ كَيْفَ تَحْكُمُوْنَ ١٥٤ اَفَلَا تَذَكَّرُوْنَۚ ١٥٥ اَمْ لَكُمْ سُلْطٰنٌ مُّبِيْنٌۙ ١٥٦ فَأْتُوْا بِكِتٰبِكُمْ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ ١٥٧ وَجَعَلُوْا بَيْنَهٗ وَبَيْنَ الْجِنَّةِ نَسَبًا ۗوَلَقَدْ عَلِمَتِ الْجِنَّةُ اِنَّهُمْ لَمُحْضَرُوْنَۙ ١٥٨ سُبْحٰنَ اللّٰهِ عَمَّا يَصِفُوْنَۙ ١٥٩ اِلَّا عِبَادَ اللّٰهِ الْمُخْلَصِيْنَ ١٦٠ ( الصّٰۤفّٰت/37: 149-160)

Artinya: “(Wahai Nabi Muhammad), tanyalah mereka (orang-orang kafir Makkah), “Apakah untuk Tuhanmu anak-anak perempuan, sedangkan untuk mereka anak-anak laki-laki. Orang musyrik Mekkah mengatakan bahwa malaikat adalah anak-anak perempuan Allah Swt., padahal mereka sendiri menganggap hina anak perempuan. Atau Kami menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan, sedangkan mereka menyaksikan(-nya)?” Ingatlah, sesungguhnya mereka benar-benar mengatakan dengan kebohongan mereka, “Allah mempunyai anak.” Sesungguhnya mereka benar-benar pendusta. Apakah Dia (Allah) lebih memilih anak-anak perempuan daripada anak-anak laki-laki? Apa yang telah terjadi pada kamu? Bagaimana kamu menerapkannya)? Maka, mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? Apakah kamu mempunyai bukti yang jelas? (Kalau begitu,) bawalah kitabmu jika kamu orang-orang yang benar. Mereka menjadikan (hubungan) nasab antara Dia dan jin. Sungguh, jin benar-benar telah mengetahui bahwa mereka (kaum musyrik) pasti akan diseret (ke neraka). Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan, kecuali hamba-hamba Allah yang terpilih (karena keikhlasannya).” (As-Saffat/37:149-160)

Tiga ucapan masyarakat arab Jahiliah tentang malaikat, menurut Ibnu Katsir, merupakan puncak kekufuran. Pertama, mereka menjadikan malaikat Allah sebagai anak-Nya; karena Tuhan itu Maha Kudus dan Maha Tinggi, oleh karena itu mereka memberikan-Nya wewenang untuk memiliki anak. Kedua, mereka menganggap anak Allah itu berjenis kelamin perempuan. Ketiga, mereka menyembahnya.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya