Kisah Seram Corona di Masa Depan

Mahasiswa
Kisah Seram Corona di Masa Depan 06/08/2020 1414 view Lainnya pixabay.com

Sedikit flashback mengenai kehadiran virus Corona yang telah populer saat ini. Sejak mulai terdeteksinya virus Corona pada awal tahun 2020 di Wuhan, China, Corona masih dianggap sebagai virus yang biasa-biasa saja.

Namun ketika virus tersebut terdeteksi mampu menyebar secara cepat dengan hanya bersentuhan saja, Corona mulai menjadi fenomena yang menakutkan bagi masyarakat sekitar Wuhan bahkan bagi negara China. Berita kehadiran virus Corona semakin menakutkan dunia, ketika ditemui virus tersebut telah menyebar di berbagai negara.

Berbagai elemen tim medis bergerak, menguji, menganalisis dan berusaha mencari informasi mengenai virus Corona. Berbagai penemuan dari hasil riset telah ditemukan. Hingga munculnya berbagai aturan mengenai pencegahan penyebaran virus Corona. Masyarakat pun diperintahkan untuk siap siaga dan mematuhi berbagai larangan yang berpotensi menyebarnya virus Corona.

Seiring dengan merebaknya informasi virus Corona, tingginya angka penyebaran, munculnya berbagai aturan, bahkan adanya sistem lock down menjadi kisah tersendiri yang menimbulkan ketakutan di masyarakat. Masa popularitas virus Corona beriringan dengan meningkatnya rasa cemas di masyarakat.

Kecemasan maupun ketakutan di masyarakat mulai mereda ketika adanya aturan New Normal. Tata aturan New Normal nampaknya menjadi alternatif bagi keberlangsungan hidup manusia. Masyarakat sudah semakin terbiasa berdampingan dengan virus Corona. Meskipun angka penyebaran terus meningkat, aktifitas masyarakat tetap berjalan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.

Ditambah juga, riset vaksin yang terus berkembang dan memberikan harapan bagi masyarakat. Bahkan prediksinya vaksin sudah mulai siap di tahun 2021. Mungkin terbilang agak lama, tapi setidaknya mampu meredakan ketakutan dan memberi harapan bagi masyarakat.

Sedikit kisah virus corona di atas merupakan sepenggal realita yang terjadi saat ini di masa pandemi. Kisah virus Corona hari ini akan menjadi sejarah bagi generasi ke depan. Layaknya berbagai cerita virus yang telah hadir di bumi sebelum virus corona. Seperti flu Spanyol, flu burung, Black Death dan lain sebagainya.

Segala kisah mengenai hadirnya virus di kehidupan manusia akan tertulis rapi dalam sejarah. Termasuk juga kisah-kisah seram di baliknya. Salah satunya yakni virus Black Death. Black Death hadir menjadi kisah wabah yang menakutkan bagi masyarakat sekarang.

Black Death menjadi menakutkan karena beberapa aspek yang dianggap aneh bagi masyarakat saat ini, seperti pakaian medis yang dikenakan oleh Plague Doctor. Pakaian yang dikenakan menyerupai maut kematian yang menakutkan. Ditambah dengan topeng seperti paruh burung yang menambah kesan menakutkan.

Penampilan tim medis tersebut sangat jauh dengan realita tim medis saat ini. Namun, penampilan medis pada kala itu tentunya memiliki alasan yang mendasar. Salah satunya yakni topeng seperti paruh burung berisikan rempang-rempang yang berfungsi untuk menyaring bau busuk pada jenazah korban wabah.

Selain kisah seram penampilan medis. Kisah wabah sebelum virus corona juga merenggut ratusan bahkan ribuan jiwa manusia. Banyaknya korban jiwa pada virus terdahulu menjadi kisah seram masyarakat saat ini.

Lantas bagaimana dengan virus corona?. Apakah virus Corona akan menjadi kisah seram bagi generasi selanjutnya? Virus Corona sangat berpotensi sekali menjadi kisah seram mengenai wabah yang telah menimpa kehidupan manusia. Dapat ditelaah mengapa virus Corona berpotensi menjadi kisah seram dikemudian hari.

Pertama, seiring berjalannya kehidupan manusia, maka terjadilah perubahan pola pikir manusia. Manusia saat ini menganggap kisah virus Black Death menakutkan karena terjadinya perubahan dalam pola berpikir. Bagi masyarakat yang sezaman dengan hadirnya virus Black Death menganggap biasa pakaian yang dikenakan Plague Doctor, karena melalui pakaian tersebut mampu membantu penanganan wabah.

Sedangkan bagi masyarakat sekarang pakaian Plague Doctor dianggap sangat aneh bahkan terkesan seram. Hal ini terjadi karena perbedaan pola pikir yang mendasarinya. Bagi masyarakat sekarang pakaian medis itu ya pakaian azmat dan masker medis yang biasa dikenakan dokter sekarang. Namun, pakaian azmat, masker medis, face shield maupun perlengkapan medis lainnya yang sesuai protokol saat ini sangat berpotensi menjadi kisah seram 10 abad ke depan. Tentu saja pada generasi manusia ke depan memiliki pola pikir tersendiri. Bahkan menganggap aneh dan menyeramkan pakaian azmat atau masker medis.

Kedua, masyarakat yang belum mengalami hidup di tengah pandemi akan menganggap seram kisah virus Corona. Mungkin saat ini kita tidak begitu takut mengenai kehadiran virus Corona. Namun ketika awal-awal kemunculannya, virus Corona ibarat hantu yang selalu menggentayangi masyarakat. Sebab, masyarakat belum pernah mengalami hidup bersama pandemi. Sedangkan sekarang yang telah berdampingan dengan pandemi maka ketakutan itu mulai mereda.

Generasi ke depan 10 abad kemudian yang belum pernah sama sekali mengalami hidup berdampingan dengan pandemi, akan memiliki ketakutan tersendiri mendengar kisah virus Corona. Mereka belum mengetahui rasanya hidup berdampingan dengan pandemi.

Mungkin informasi mengenai Corona tidak akan hilang sampai masa yang akan datang. Namun jika berbekal informasi tanpa mengalami secara langsung itu memiliki perbedaan sensasi yang mendasar. Sehingga virus Corona berpotensi menjadi kisah seram generasi ke depan.

Ditambah jumlah korban jiwa virus Corona sedunia telah mencapai ratusan ribu jiwa. Angka yang cukup fantastis. Melalui jumlah tersebut secara tidak langsung mengkisahkan bagaimana sadisnya virus Corona. Sedangkan generasi 10 abad ke depan akan mengetahui itu. mereka akan terheran-heran mengenai keganasan virus Corona.

Sejarah akan selalu tertulis rapi dan menampilkan intrepetasi yang menarik bagi penulisnya. Para pembaca akan menjadi penafsir 1001 imajinasinya. Sedangkan manusia akan menjadi pengisi alur ceritanya.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya