Kepemimpinan Transformasional
“Transformasi para pemimpin tidak memulai dengan menyangkal dunia sekitar mereka. Sebaliknya, mereka menggambarkan masa depan yang ingin mereka ciptakan” ( Seth Godin)
Berbicara tentang kepemimpinan, berarti kita akan membahas tentang banyak hal. Baik itu berkaitan dengan kegagalan maupun keberhasilan yang didapatkan oleh seorang pemimpin. Entah itu di lingkup organisasi yang kecil seperti instansi pemerintah maupun organisasi yang lebih besar seperti kabupaten kota, provinsi, maupun negara.
Dewasa ini, kepercayaan rakyat terhadap pemimpin kian menurun. Hal ini ditandai dengan banyaknya tulisan-tulisan di media sosial maupun media cetak yang megkritik sikap dari pemimpin negara kita, yakni presiden Joko Widodo yang seakan-akan menggunakan kekuasaanya utuk kepentingan keluarga atau biasa disebut dengan politik dinasti atau politik kekerabatan.
Namun, dalam tulisan kali ini, penulis tidak ingin membahas terlalu jauh tentang politik dinasti yang mengarah kepada kepentingan oligarki. Tetapi penulis ingin berfokus pada model kepemimpinan yang biasanya digunakan dalam sebuah organisasi, dan paling sering digunakan dalam sebuah insatnsi dan perusahaan. Walupun ada beberapa tipe dan gaya kepemimpinan yang terdapat dalam berbagai pustaka. Penulis ingin membahas lebih menjurus pada gaya kepemimpinan yang bersifat transformasional.
Memahami Tipe Transformasional
Kepemimpinan transformasional bukanlah sebuah tipe kepemimpinan yang muncul kemarin sore. Istilah ini dikemukakan oleh James W. Dowton, seorang sosiolog Amerika. Kemudian dikembangkan oleh ahli kepemimpinan yang berasal dari negara yang sama dengan Dowton, James Macgroger Burns (1918), dan selanjutnya dilakukan penambahan oleh Bernard M. Bass pada tahun 1985.
Kepemimpinan Tranformasional bisa dipahami sebagai gaya kepemimpinan yang efektif untuk mengelola hubungan antara pemimpin dan bawahan dengan menekankan pada faktor perhatian, komunikasi, kepercayaan, rasa hormat, dan resiko (Harian Jogja ,10/06/2022).
Menurut Bass(1985) dalam Ratna Sari dan Tjiptadi (Kepemimpinan Fundamental Teori, 2021:100) mengatakan bahwa, tingkat dimana seorang pemimpin adalah transformasional diukur dari pengaruh pemimpin terhadap pengikutnya. Pemimpin harus memiliki jiwa untuk bagaimana melebihkan kepentingan organisasi dari pada kepentingan individu, memotivasi anggota, serta mengaktifkan kebutuhan dan memberikan fasilitas yang memadai untuk prara anggota.
Seirama dengan apa yang disampaikan oleh bass di atas, kita dapat melihat contoh nyata dari para pemimpin dunia yang menurut hemat penulis, telah menerapkan kepemimpinan transformasional di dalam dirinya, dimana mereka bisa mempengaruhi anggotanya dan merubah ke arah yang lebih baik. Para pemimpin dunia tersebut di antaranya Mahatma Ghandi, seorang pahlawan asal India yang menggunakan pendekatan yang lembut dan humanis sehingga ia dicintai oleh banyak orang hingga saat ini. (detikfinance, 11/10/10/2022). Selain itu, ada juga Stave Jobs, dengan Applenya, Bill Gates, dengan Microsoftnya, dan Jack Ma dengan perusahaan Alibaba yang ia miliki. Meraka selalu visioner dalam membuat perubahan-perubahan melalui kepemimpinan transformasional.
Kelebihan dan Kelemahan
Dalam proses kepemimpinan, tentunya memiliki nilai positif dan juga negatif, tergantung dengan situasi dan kondisi. Bahkan penulis sendiri menyadari, bahwa sistem demokrasi yang katanya paling bagus di dunia pun masih memiliki kekuraangan yang sangat banyak. Bahkan pernah dikritik habis-habisan oleh Socrates dan Plato dalam bukunya Plato yang berjudul Repoblik. Tentu hal ini juga selaras dengan kepemimpinan transformasional yang masih terdapar berbagai kelebihan dan kekurangan yang penulis sendiri mengakui itu.
Dilansir dari bukunya Dr. diena dan Dr Ratna Sari (Kepemimpinan Fundamnetal Teori, 2021:102). Kepemimpinan transformasional memiliki beberapa kelebihan. Yakni, (1) Potensi karyawan dapat diperdayakan dengan baik. Hal ini dikarenakan pemimpin transformasional memiliki pengetahuan lebih tentang bawahannya. (2) Meningkatkan kualitas hubungan antar personal, yang mana pemimpin sangat akrab dengan bawahan tampa ada sekat yang membatasi namun tetap beretika. (3)Timbulnya komitmen pada karyawan, yang mana ini sebagai dampak dari pemimpin yang menjalin hubungan baik dengan anggota. (4) Pengeluaran yang dibutuhkan tidak besar bagi perusahaan profit, dikarenakan anggota telah mempercayai sang pemimpin.
Selain kelebihan, kepemimpinan transformasional pun memiliki beberapa kekurangan yang tak bisa dipugkiri. Kekurangan tersebut diantaranya, (1) waktu yang lama untuk melihat hasilnya, (2) Ketergantungan terhadap setiap individu, (3) berpotensi disalahgunakan, karena jangan sampai ada pemimpin yang sewenang-wenang, (4) tidak efektif pada situasi tertentu.
Kelebihan dan kekurangan yang telah dipaparkan merupakan kausalitas yang harus dihadapi oleh seorang pemimpin transformasional. Bagi penulis, sesuatu yang sempurna itu hanyalah utopia karena semua pasti memiliki kelebihan dan kekurangan pada porsinya masing- masing. Penulis juga berharap bahwa kedepannya harus ada pemimpin yang menerapkan sistem transformasional dengan baik dan benar tanpa ada keterlibatan oligarki dan dinasti yang dapat merusak tatanan organisasi serta tatanan demokrasi dalam bernegara.
Menurut penulis pemimpin yang baik itu harus memiliki kemampuan memperngaruhi orang lain, memiliki visi yang jelas, memberikan perhatian lebih kepada anggota, menanamkan optimisme, memberikan teladan serta menjadi panutan dan dapat mengembangkan organisasi baik itu organisasi yang kecil, maupun organisasi besar.
Artikel Lainnya
-
109122/06/2020
-
102329/05/2021
-
117301/12/2020
-
Membangun Keteladanan Guru Penggerak
25129/03/2024 -
Cara Mengelola Stress dan Emosi Negatif
25815/02/2024 -
Melihat Lebih Jauh Kurikulum Baru Kita
56814/08/2022