Kepemimpinan dan Misi Seorang Paus Fransiskus
Saya kira kedatangan Paus ke Indonesia beberapa waktu lalu merupakan sejarah abadi dan tak terlupakan bagi negara Indonesia, yang mayoritas umatnya memeluk agama muslim. Cerita dan kedatangan Paus kiranya tidak hanya menjadi sebuah peristiwa yang berlalu begitu saja, tapi ada makna tersurat dan tersirat yang bisa bangsa kita ambil dan terapkan di sini dari kunjungan Paus Fransiskus. Kunjungan apostolik Paus di Indonesia memang terlihat sangat singkat yaitu hanya 3-6 September, tapi ada kekayaan makna yang dapat kita ambil dari kedatangannya.
Paus Fransiskus tiba di Bandar Udara Soekarno-Hatta Selasa (3/9/2024), tepat pukul 11.16 roda pesawat menyentuh landasan pacu Bandara udara tersebut. Penyambutannya tidak terlalu meriah dan mewah, yang penting bagi dia adalah datang dengan selamat dan berjumpa dengan masyarakat Indonesia. Dia juga tidak menggunakan kendaraan khusus seperti jet pribadi atau mobil mewah anti peluru. Justru Paus berangkat dari Italia menggunakan pesawat komersil supaya bisa berjumpa dan menyapa awak media yang turut ikut serta bersama dia dalam kunjungannya di Asia-Pasifik.
Beberapa hari di Indonesia, Paus tidak menggunakan mobil mewah, dia menggunakan mobil yang biasa dipakai oleh masyarakat Indonesia yaitu mobil Toyota Innova Zenix. Bahkan dia tidak tinggal di Hotel yang mewah dan megah, dia tinggal di kedubes Vatikan yang berada di Jakarta Pusat. keadaan itu terjadi bukan karena negara atau pemerintah tidak menyediakan tempat atau kendaraan yang khusus, Itu semua adalah keinginan dan permintaan Paus sendiri untuk hidup seperti masyarakat biasa, tidak dilayani secara istimewa layaknya seorang raja.
Berbeda dengan pejabat-pejabat di Indonesia, bukan hanya pejabat tapi mayoritas orang Indonesia ingin hidup dalam kemewahan dan terlihat kaya oleh banyak orang, padahal uang yang dia terima adalah hasil korupsi dan rampasan terhadap masyarakat kecil. Penjabat yang berkantor dan bersarang di gedung-gedung tinggi Jakarta harusnya malu karena mengambil uang rakyat demi kepentingan sendiri dan kelompoknya. Kesederahanaan Paus menunjukan bahwa seorang pemimpin atau penguasa bukanlah mereka yang memerintah dengan sewenang-wenang. Tapi, dengan kerendahan hati. Pemimpin yang baik bukan minta dilayani dan disiapkan dengan istimewa, justru pemimpin harus mau melayani dan memberikan teladan yang baik bagi orang yang di pimpinnya. Dan semua keteladanan ini telah ditunjukan oleh Paus Fransikus saat ia datang ke Indonesia.
Di kesempatan lain, dalam kedatangannya di Indonesia yang mayoritas umatnya beragama muslim dan kemultikuluraisme yang beragam. Paus ingin membangun semangat persaudaraan dan persatuan dalam keberagamaan. Dia tidak ingin perbedaan itu menjadikan manusia saling membenci dan menyakiti, tapi dalam perbedaan kita semua saling menghargai, menghormati dan menjaga satu sama lain. Paus tidak hanya menyerukan itu dalam kata-katanya saja, tapi dia sudah melakukannya yaitu ketika dia berjumpa dengan Ulama Besar Al-Azhar Sheikh Ahmed Al-Tayeb di Uni Emirat Arab, meskipun bumi di sekitar mereka dipenuhi rasa kebencian dan permusuhan. Tapi, pertemuan itu menjadi antidot, sebuah pengingat bahwa menanggapi kekerasan dengan kekerasan tidak akan ada hasilnya dan bahwa kebaikan dan saling menghormati dapat menjunjung nilai-nilai kemanusiaan. Bukan sebuah yang musthail perdamaian itu terjadi, asalkan diperjuangkan secara bersama-sama dan digaungkan secara terus-menerus.
Dalam Pidatonya di Istana Negara (4/9/2024) Paus menyampaikan apresiasi dan bahagia kepada negara Indonesia karena mampu saling menghargai dan menghormati dalam perbedaan suku, agama, golongan, etnik dan bahasa. Justru dalam perbedaan itulah, kita saling merangkul dan menjaga satu sama lain. Di sisi lain dalam pidatonya itu juga, dia sempat mengatakan “Bhinneka Tunggal Ika” adalah suatu dasar yang mampu menyatukan perbedaan-perbedaan secara khusus berkontribusi bagi pembentukan mosaik yang sangat besar, yang mana masing-masing keramiknya adalah unsur tak tergantikan dalam menciptakan karya besar yang otentik. Bangsa yang besar terdiri atas kelompok-kelompok kecil yang mau saling membantu dan menolong sehingga terciptalah kerukunan yang aman dan damai antar masyarakat, dan Paus mengatakan inilah Indonesia yang berbeda-beda tetapi tetap satu jiwa.
Dalam pidatonya, Paus juga meyinggung UUD 1945 yang dimiliki oleh bangsa kita sebagai dasar hidup bersama. Dia mengatakan, “Pembukaan Undang-Undang Dasar anda merujuk kepada Allah yang Maha Kuasa dan perlunya berkat Allah turun atas negara Indonesia yang baru lahir. Dengan cara yang sama, kalimat pembuka Undang-Undang Dasar anda merujuk dua kali pada keadilan sosial: sebagai fondasi tatanan internasional yang diinginkan dan sebagai salah satu tujuan yang harus dicapai demi kepentingan seluruh rakyat Indonesia.” Semangat dan nilai inilah yang harus selalu kita jaga dalam membawa Indonesia dalam mewujudkan keadaan yang damai di tengah dunia yang sedang bergejolak dan dalam konflik perang. Paus mampu melihat nilai yang sangat dalam dari UUD kita, sedangkan saya dan anda hanya mengetahui tulisannya saja tanpa mengetahui secara dalam nilainya. Paus sudah membantu kita memahaminya secara mendalam arti UUD. Maka, secara sadar dan penuh dengan semangat kiranya nilai itu dapat kita terapkan dalam membangun Indonesia yang lebih baik seturut isi Bhinneka Tunggal Ika dan UUD 19145.
Indonesia dan Vatikan mempunyai misi yang sama yaitu mewujudkan perdamaian dan keadilan sosial bagi mereka yang mengalami penindasan, perang, terabaikan dan menderita. Tidak ada yang lebih penting selain membangun dunia secara adil, damai dan rukun. Memang untuk mewujudkan itu semua tidak mudah, perlu perjuangan yang keras dan usaha yang maksimal dalam menuju dunia yang damai. Tapi, jika kita saling bekerja sama dan membantu satu sama lain khususnya mereka yang memiliki visi dan tujuan yang sama bukan tidak mungkin kedamaian dan persaudaraan itu dapat lahir dan tumbuh dalam hidup kita bersama.
Artikel Lainnya
-
117131/07/2021
-
244909/02/2021
-
144612/03/2021
-
Meneladani Akhlak Sang Guru Toleransi
93721/12/2020 -
Budaya Kita Memaklumi Bukan Mengadili
99815/06/2020 -
Surat Terbuka Untuk Tun Mahathir Mohamad
252123/09/2019