Kepahlawanan Di Tengah Amukan Wabah

Pegiat Demokrasi
Kepahlawanan Di Tengah Amukan Wabah 06/04/2020 1473 view Opini Mingguan pixabay.com

Kematian akibat virus korona tumbuh secara eksponensial. Kalau ada yang mengibaratkan perang melawan korona adalah kolosal, di mana ribuan nyawa akan menjadi korban, saya sepakat. Tapi, berapa jiwa kepahlawanan yang kita punya?

Dalam perang kolosal melawan musuh yang tak kasat mata—virus korona, telah berdiri ribuan para dokter, perawat, dan tenaga medis lainnya. Mereka berdiri di barisan paling depan, nyaris tak berjarak dengan kematian. Tampil sebagai perisai, melindungi juga mengobati, dan dalam waktu bersamaan mereka sendiri tak menggunakan perisai untuk melindungi diri mereka sendiri.

Akibatnya, tenaga medis yang meninggal dunia dan terinfeksi virus korona jumlahnya terus bertambah. Meski demikian, sejauh ini, tak ada satu pun dari mereka yang terlihat berpaling arah, apalagi mencoba mundur dari medan perang. Mereka sama sekali tanpa rasa takut. Ketakutan terbesar mereka adalah tak bisa menolong nyawa manusia lebih banyak lagi, lagi, dan lagi.

"Mas, kami ini bukan takut. Sebagai dokter, tugas kami melayani pasien, termasuk pasien covid-19. Tapi tolong, sampaikan kepada negeri ini, bekali kami dengan alat pelindung diri," tutur Tri Maharani, dokter spesialis emergensi, pengurus Perhimpunan Dokter Ahli Emergensi Indonesia.

Tanpa perlu waktu lama, harapan itu pun sekonyong-konyong dikabulkan oleh sesama anak negeri. Menyaksikan pengorbanan para dokter hingga ada yang sampai meninggal, para warga pun kemudian saling bergotong royong secara suka rela memproduksi APD untuk diberikan kepada para tenaga medis sebagai tanda penghormatan.

Upaya semacam itu memacu pemerintah untuk terus bergerak semakin lebih responsif, pro aktif. Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 juga sudah bekerja sama dengan beberapa lembaga terkait untuk mengadakan APD terstandar dengan menggunakan bahan baku alternatif asal lokal, yakni polyurethane dan polyester.

"Kami telah menemukan bahan baku pengganti yang sesuai dengan WHO cukup melimpah di Indonesia. Bahan baku tersebut diproduksi oleh industri tekstil di dalam negeri," tutur Wiku Adisasmito, Ketua Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, saat dihubungi awak KOMPAS pada Sabtu (4/4/2020).

Di samping usaha pemerintah mencegah penularan virus korona, antar sesama warga juga saling bahu membahu, tolong menolong satu sama lain untuk menyediakan hal-hal apa saja yang diperlukan oleh warga agar tidak terinfeksi virus korona. Sebut saja seperti pengadaan masker dan hand sanitizer secara mandiri, kemudian membagikannya secara cuma-cuma alias gratis ke sesama warga.

Tak hanya itu, para warga juga ada yang turut bergerak mengumpulkan sembako, tak terkecuali sumbangan dalam bentuk uang kontan juga transferan, kemudian disumbangkan kepada warga yang paling membutuhkan. Ini bantuan dari saudara yang menyayangi dengan tulus, bukan membantu karena didorong oleh rasa belas kasihan. Prinsip keluarga, memberi karena kasih, tanpa embel-embel belas.

Bagi yang merasa belum memberikan bala bantuan kepada sesama, jangan berkecil hati. Kebaikan selalu menemukan jalannya. Dengan Anda tetap tinggal di rumah saja sebagaimana dianjurkan oleh pemerintah, itu juga merupakan bantuan atau upaya menolong dalam bentuk lain.

Saat ini, di tengah ancaman wabah virus korona yang telah merenggut ribuan nyawa manusia di dunia, selemah-lemahnya memberikan pertolongan kepada orang lain adalah stay at home dan menjaga jarak fisik bila merasa kurang sehat raga ketika berada di lingkungan sosial. Tak hanya APD, praktikan ini juga turut menyembuhkan lelah tenaga medis yang senantiasa berdiri di garis paling depan.

Pada kesempatan yang sama, di saat kabar kematian terus kita dengar, penyemprotan disinfektan dilakukan di mana-mana, dan sebagian besar dari kita sudah stay at home—mengkarantina diri secara mandiri, para pengemudi ojek online masih terus beroperasi di jalanan. Bagi mereka, memilih atau tidak memilih antara tetap di rumah dan nekat keluar rumah hasilnya akan sama saja yakni, kesengsaraan.

Pihak Wacthdoc Documentary beberapa hari lalu kembali merilis video series berjudul "Tetap Jalan Mencari Makan" di channel youtube mereka. Baru di hari pertama terpublis, video ini sudah ditonton sebanyak tiga puluh ribu kali. Dasyat. Pertanda bangsa ini tak miskin empati.

Dalam video tersebut, terlihat pria bernama Ridwan Saputro memilih nekat keluar rumah. Namun, alih-alih kenekatannya terbayarkan, situasi di luar rumah justru membuatnya nyaris tidak mendapatkan apa-apa, minus orderan. Yang ia peroleh hanyalah lelah badan. Dan lagi-lagi, altruisme warga kembali bergerak serentak mengumpulkan donasi untuk membantu para pekerja ojek online.

Semua ini menunjukkan kepada kita bahwa pahlawan yang kita punya jumlahnya sangatlah banyak. Begitulah kausalnya. Setiap peperangan selalu melahirkan pahlawan. Dalam perang kolosal melawan virus, pulang sebagai jenazah atau tukang penggali kubur, adalah tetap seorang pahlawan, nasionalis sejati.

"Sebaik-baiknya manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain," begitulah yang kita semua yakini perihal kepahlawanan. Jadi, atas nama kuasa Tuhan, bangsa Indonesia, dan harapan akan kehidupan di hari esok yang lebih ceria, mari kita haturkan doa kepada para martir kebaikan yang telah pergi mendahului kita.

Kepada sanak keluarga yang ditinggalkan, janganlah koyak hati, kalian tak pernah sendiri, kita semua keluarga. Kita adalah keluarga yang ditinggalkan dalam keadaan sedang berjuang gigih, kolektif, serta solider di tengah amukan wabah dan akan tetap bertahan hanya untuk memastikan bahwa segala pengorbanan ujungnya bukanlah kesia-siaan.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya