Kedermawanan Sosial dan Tanggung Jawab Influencer Di Tengah Pandemi
Merebaknya persebaran pandemi virus corona telah menyebabkan beragam sektor terguncang. Salah satunya krisis pangan, meskipun sementara ini belum massif tetapi kemungkinan krisis tersebut pasti ada bahkan tidak terelakan. Di tengah kondisi sosial, ekonomi, politik, pendidikan sedang menemui jalan buntu, kita diperhadapkan dengan suatu kondisi yang ironis, dimana ada begitu banyak masyarakat kita saat ini sedang mengalami ketidak-pastian dalam mendapatkan sumber ketahanan pangan untuk bertahan hidup. Harapan satu-satunya yakni bantuan, setidaknya bisa meringankan beban mereka dalam menjalani rutinitas di tengah pandemi covid-19. Bahkan semakin memprihatinkan tatkala kebijakan PSBB dan stay at home semakin massif disuarakan di tengah kondisi masyarakat yang semakin kehilangan pekerjaan (PHK), tidak ada tempat tinggal dan kehabisan ketersediaan pangan.
Dalam kondisi tertekan seperti ini, solidaritas sosial sangat penting dan diperlukan. Solidaritas sosial kian penting kita bangun dalam rangka membantu masyarakat yang sementara ini tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok. Namun ada yang menarik sebetulnya dari peristiwa pandemi covid-19 yang sementara ini kita hadapi bersama. Pasalnya, kelompok yang kita sebut influencer yang beberapa tahun belakangan ini bergeming dan mendapatkan pundi-pundi rupiah lewat konten yang mereka sodorkan kepada masyarakat. Lantas, bagaimana dan apa yang sebetulnya kita harapkan dari kelompok ini di tengah pandemi virus corona? Apakah para influencer ini punya tanggung jawab sosial bagi masyarakat yang tidak mampu?
Keberadaan influencer saat ini tidak sedikit banyak telah mendapatkan pundi-pundi rupiah dari kerja keras mereka. Saya berpendapat bahwa keberadaan mereka (influencer) di tengah masa-masa sulit akibat pandemi covid-19 sekarang ini harus menjadi bagian dan motor penggerak bagi masyarakat yang tidak mampu. Eksistensi mereka tidak sekedar hanya bergeming lewat media melalui konten yang selama ini mereka sodorkan kepada masyarakat, namun keterlibatan mereka sangat penting dan saya menilai harus menjadi tanggung jawab mereka dalam membantu masyarakat yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok, kehilangan pekerjaan akibat PHK atupun tidak ada tempat tinggal. Para influencer di Indonesia mesti menyadari bahwa keterlibatan mereka dalam membantu masyarakat tersebut harus hadir sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat yang mengedepankan solidaritas sosial.
Saya pikir kedermawanan sosial harus melekat dan berurat-akar dalam diri setiap influencer untuk membangun suatu tatanan kemanusiaan yang baik yakni terlibat membantu masyarakat di tengah pandemi covid-19. Bagi saya, hal ini bukan sebagai bentuk keterpaksaan serta menuntut para influencer karena telah mendapatkan pundi-pundi rupiah dari kapitalisasi tayangan yang mereka hadirkan kepada masyarakat selama ini. Namun saya berpendapat bahwa hal ini lebih didorong karena adanya kesamaan nasib (the same fate) di antara masyarakat yang saat ini sedang mengalami gejolak dan didera krisis pangan. Di sana tanggung jawab sebagai pribadi yang utuh tidak sekedar bahwa bantuan yang mereka berikan tidak serta merta sebagai akibat resiprokal dari aktivitas para influencer selama ini dalam menghadirkan tayangan kepada masyarakat sehingga mendapatkan pundi rupiah. Namun karena dipanggil untuk membantu dan dibentuk atas dasar misi kemanusiaan melindungi kelompok yang lemah di tengah gempuran wabah corona.
Di sinilah menurut hemat saya, keberadaan para influencer harus dimaknai sebagai bagian yang musti melekat dan terikat dengan masyarakat kelas bawah (lower class). Ruang para influencer dalam mengembangkan konten yang mereka tayangkan akan lebih memberikan kesan kepada masyarakat bahwa mereka tidak hanya berada dalam ruang media, namun bergeser pada ruang sosial melalui sikap dermawan dengan terlibat aktif membantu masyarakat yang tidak mampu di tengah masa pandemi covid-19. Aspek sosial tersebut melekat sebagai bagian yang akan melahirkan para influencer yang punya gagasan dan misi kemanusiaan. Karena itu, influencer yang sekarang ini sedang merambah di setiap lapisan masyarakat harus dan mesti menyadari keberpihakan mereka dalam membangun tatanan sosial yang berorientasi dan bertitik pangkal pada rasa kemanusiaan.
Menurut saya akan sangat janggal jika keberadaan influencer di tengah masa pandemi sekarang ini tidak mampu memahami keterlibatan mereka dalam jaringan membantu masyarakat. Absennya mereka dari ruang sosial dan kemanusiaan semakin mendukung tesis lama, yakni keberadaan influencer merupakan kelompok kapitalis yang menyerang dan merasuki masyarakat kelas bawah dengan konten-konten yang mereka sodorkan. Di sana mereka menyedot perhatian masyarakat dengan ekonomi tidak mampu dan masyarakat tersebut terperangkap dalam permainan kapitalisme yang mereka gencarkan.
Namun naas, ketika masyarakat yang tidak mampu (miskin) sedang dihantui gelombang krisis, para influencer absen membela dan berpihak atas nama masyarakat. Jangan sampai hal semacam ini terjadi di tengah masa pandemi covid -19. Saya pikir jika tidak ada perhatian dari para influencer ataupun dibiarkan, justru yang ditampilkan bukan lagi influencer yang berkiblat pada rasa kemanusiaan, melainkan bersumbu pada bahaya moral (moral hazard) yang sewaktu-waktu mendekap para influencer ke dalam logika kapitalis dengan mengesampingkan perhatian pada kemanusiaan. Untuk itulah, kehadiran mereka harus mampu merobohkan logika kapitalisme yang selama ini bersemayam lewat beragam konten dengan dalih utama mencari keuntungan.
Influencer biar bagaimanapun punya tanggung jawab kemanusiaan yang sangat besar, karena nasib masyarakat juga merupakan nasib masa depan influencer sendiri. Keberpihakan atas nama kemanusiaan itu secara nyata harus melekat dalam diri influencer. Dengan begitu, masa depan influencer akan lebih mampu beradaptasi dalam segala ruang dan hadir tidak sekedar menyedot keuntungan, tetapi membawa misi kemanusiaan.
Pada akhirnya, eksistensi para influencer akan berkembang dengan baik jika beriringan dengan keberpihakan mereka terhadap kelompok masyarakat yang tidak mampu. Salah satunya melalui keterlibatan mereka di tengah pandemi covid-19 saat ini. Di sinilah saya akan mengakui bahwa influencer tidak sekedar memprioritaskan keuntungan yang mereka peroleh namun lebih memprioritaskan dan mendukung kemanusiaan. Kedermawanan sosial merupakan syarat bagi siapapun termasuk influencer untuk mengabdi bagi kemanusiaan.
Artikel Lainnya
-
196323/02/2020
-
6007/07/2024
-
242322/03/2021
-
Mengulik Secuil Pemikiran Lao Tzu
184626/06/2023 -
Meninjau Kembali Makna Kemerdekaan Kita
114517/08/2021 -
2020: Cerita Menarik untuk Anak dan Cucu Kelak
164431/05/2020