Kecemasan, Kepedulian, dan Masa Depan Covid-19

PNS BKKBN
Kecemasan, Kepedulian, dan Masa Depan Covid-19 01/09/2021 593 view Lainnya liputan6.com

Bukan hanya Anda yang dilanda kecemasan hari-hari ini, tetapi juga saya dan mungkin kita semua. Anda yang telah kehilangan pekerjaan akibat di-PHK dampak dari ulah Covid-19 barang kali merasa cemas jika tidak segera mendapatkan kembali pekerjaan. Anda cemas apakah masih bisa bertahan hidup mencukupi kebutuhan keluarga jika tak segera memperoleh pekerjaan karena uang pesangon belum tentu Anda dapatkan.

Bagi Anda yang mahasiswa dan pelajar, barang kali juga merasa cemas jika Covi19 tak segera berlalu, maka pembelajaran tatap muka juga pasti akan urung dilaksanakan dan itu berarti Anda akan tetap belajar secara online atau virtual, di mana dipastikan tidak semua menyukai hal ini dan bisa menangkap seutuhnya pesan dari para guru dan dosen terutama yang berhubungan dengan ilmu ketrampilan karena itu semua membutuhkan praktek secara langsung. Pun ditambah persoalan lain seperti susah sinyal maupun persoalan kuota yang tentunya bisa menguras dompet para pejuang pencari ilmu ini.

Bagi Anda yang bekerja di mall, berjualan di pasar tradisional pasti juga merasa cemas jika Covid-19 ini tidak segera berlalu. Hal itu disebabkan karena jika Covid-19 tidak segera selesai, maka PPKM pasti akan dilanjutkan kembali dan itu berarti akan menghambat Anda untuk melaksanakan pekerjaan di mall atau pun berjualan di pasar tradisional karena pasti akan ditutup pada saat PPKM atau akan dibatasi jumlah pengunjung dan jam operasinya dan itu pasti mengurangi income Saudara semua padahal dapur harus tetap ngebul.

Bagi Anda yang lagi isolasi mandiri atau pun juga sedang sedang dirawat akibat Covid -19 juga pasti sedang merasakan cemas. Tapi percayalah semua ini pasti akan berlalu jika kita semua bersatu untuk terus berupaya melawan penyebaran Covid-19 tanpa henti, tanpa merasa lelah, dan konsisten terus-menerus menerapkan protokol kesehatan dengan dukung-mendukung dan saling peduli.

Dan kepedulian ini setidaknya pelan-pelan akan mengurangi rasa kecemasan, was-was, dan khawatir yang ada dalam diri kita. Keluarga penulis pernah mengalaminya. Betapa cemasnya ketika kita harus melakukan isolasi mandiri. Namun ketika para tetangga saling peduli, teman jauh, teman dekat, sahabat karib juga saling peduli, menjadikan beban cemas, was-was, dan khawatir tersebut seolah berkurang. Penderitaan seolah sama-sama kita rasakan. Saling membantu, saling menolong, dan saling mendoakan.

Ketika keluarga kami dan mungkin juga keluarga Anda sedang dalam proses isolasi mandiri, kepedulian para tetangga itu hadir dengan saling berbagi mengantar sarapan pagi, makan siang, makan malam, memberikan suplemen, dan lain sebagainya. Kepedulian merupakan obat yang dapat memperkuat imun di tengah pandemi corona yang belum seutuhnya berakhir ini.

Untuk itu, kepedulian di tengah-tengah pandemi ini harus kita bangun bersama-sama. Baik rakyat, pemerintah, swasta, dan seluruh elemen masyarakat harus saling peduli dan saling mengingatkan dalam melawan wabah virus ini. Bukan malah saling mengejek satu sama lain dengan berbagai macam media seperti mural, meme, dan lain sebagainya. Bukan malah saling menyindir tentang kegemaran hobi masing-masing lewat media sosial seperti yang akhir-akhir ini sedang terjadi di mana yang satu menyindir bahwa tak pantas pejabat publik suka nonton sinetron di saat sedang PPKM sementara yang lainnya menyindir bahwa ada juga pejabat publik yang suka nonton film porno dan sebagainya. Tentu hal itu hanya akan menghabis-habiskan energi di tengah-tengah kita harus mengumpulkan dan menyatukan energi secara bersama-sama untuk melawan pandemi Covid-19 ini.

Kepedulian sesama anak bangsa tentu juga bukan basa-basi dan sekedar mencari popularitas. Saya lebih menghargai tetangga kami yang seorang penjahit kemudian di antara sisa-sisa percaan kain lalu dibuatnya masker dan dibagi-bagikan kepada para tetangga yang membutuhkan dari pada yang hendak menyumbang senilai Rp.2 T namun ternyata hoaks dan sudah bikin heboh seluruh penjuru negeri.

Kepedulian tentunya juga bisa diwujudkan dengan saling mengingatkan pentingnya menjaga protokol kesehatan, mengingatkan tetangga untuk ikut vaksinasi agar herd immunity yang sering kita dengar dari para ahli epedemologi segera terwujud. Masa depan covid belum bisa kita pastikan kapan akan berakhir, namun bisa jadi covid akan selalu ada sampai kapan pun seperti juga penyakit-penyakit lama yang hingga hari ini masiih ada seperti kusta, malaria dan sebagainya.

Dulu penyakit-penyakit tersebut juga merupakan pandemi dan hingga kini juga masih ada tapi sudah bisa dikendalikan. Jadi, berharap Covid-19 hilang dan musnah sama sekali sepertinya sesuatu yang sulit tercapai. Untuk itu mari kita sama-sama bersiap-siap untuk selalu berdampingan dan berdamai dengan si Covid ini.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya