Kaum Muda, Pemimpin dan Partai Politik

Mahasiswa Filsafat Katolik Ledalero
Kaum Muda, Pemimpin dan Partai Politik 25/10/2022 548 view Politik RanahRiau.com

Demokrasi menjadi bagian dari kehidupan manusia. Sebab, setiap manusia memiliki kebebasan untuk menuntut kehidupan yang baik dalam kehidupan suatu negara. Melalui demokrasi kehidupan dalam suatu negara berjalan dengan baik sejauh bagaimana partisipasi setiap warga negara.

Bila kita kembali ke belakang, pada 21 Desember 1988 terjadi pergeseran tema dan aktor di panggung politik nasional dengan berakhirnya kepemimpinan Soeharto. Soeharto tak jeli mengamati semangat generasi baru yang sudah memahami makna dan semangat demokrasi yang menuntut tegaknya pemerintahan yang adil, demokratis, dan bersih ( Kompas. id, 26 September 2022).

Memasuki era reformasi, pemilu tahun 2004 membuka pintu baru bagi rakyat untuk langsung dalam memilih pemimpin. Jika sebelumnya pemerintah bersikap otoriter dan korup, kini rakyat diberi kebebasan untuk menentukan pilihannya tanpa ada paksaan.

Pemilu 2024 menjadi momentum bagi demos dalam menentukan pemimpin. Sistem pemilu elektoral 2024 menjadi kesempatan bagi rakyat yang memiliki hak untuk memutuskan siapa yang layak dipilih. Kebebasan rakyat untuk memilih sebagai bentuk partisipasi rakyat dalam menata kehidupan demokrasi.

Ada sesuatu yang baru menuju pemilu elektoral 2024. Hal tersebut menampilkan wajah baru dalam keberlangsungan kehidupan demokrasi bangsa Indonesia. Kaum muda dengan sikap kritis hadir dalam panggung politik untuk mengidamkan seorang pemimpin yang layak dalam pemilu 2024 nanti.

Hal ini terbukti melalui jajak pendapat pada Kompas, Selasa, 27 September 2022, pemilih muda, yaitu berusia 17-39 tahun berharap sosok pemimpin pada 2024 adalah yang bersih, berintegritas, antikorupsi, serta tetap sederhana dan merakyat. Anak-anak muda berharap pemimpin yang jujur dan tidak korupsi akan bisa mewujudkan mereka dalam pembukaan kesempatan kerja hingga peningkatan kesejahteraan.

Lebih lanjut, kaum muda memiliki kontribusi yang besar sebagai penentu peserta demokrasi 2024. Survei pemilih pemuda dan pemilu 2024: Dinamika dan Preferensi Sistem Politik Pasca Pandemi oleh Centre For Strategic and International studies Jakarta, 8-13 Agustus 2022, menunjukkan karakter pemimpin yang diidamkan kaum muda pada 2024 adalah yang jujur dan tak korupsi (34,8 persen). Selain itu juga sosok pemimpin yang merakyat dan sederhana (15, 9 persen), tegas dan berwibawa (12,4 persen), berprestasi atau berkiprah dengan baik saat memimpin (11,6 persen), serta pengalaman dalam memimpin (10,1 persen).

Apa yang menjadi harapan kaum muda tersebut dalam pemilu 2024 sebagai bentuk aspirasi rakyat untuk membawa demokrasi pada kiblat yang benar. Sebab, pemimpin yang jujur dan bersih tak terlepas bagaimana mereka melihat masa depan untuk menanggapi persoalan yang terjadi dalam kehidupan bersama sehingga mendukung kesejahteraan hidup bersama. Pemimpin bukan hanya orang yang menduduki jabatan strategis, menguasai kompetensi level tertinggi, atau sekadar memiliki kekayaan berlimpah tetapi seorang pemimpin pertama-tama adalah seorang yang mampu merangkul banyak orang untuk maju bersama.

Pada intinya, pemimpin yang diidamkan oleh kaum muda adalah pemimpin yang melepaskan kepentingan pribadinya dan serentak untuk mengutamakan kepentingan umum atau bonnum commune. Kepentingan umum menjadi hal krusial untuk diangkat dan mencari jawaban sebagai solusi yang bisa mengangkat masyarakat pada kesejahteraan hidup.

Peran partai politik memiliki kendali yang lebih besar. Sebab, partai politik adalah konstitutif dari demokrasi (Jegalus, 2011). Maka partai politik dituntut untuk bersikap demokratis. Eksistensi partai politik sebagai jembatan untuk menghubungkan apa yang menjadi kemauan dan mewujudkan kemauan masyarakat dalam kehidupan bersama.

Pemilihan pemimpin yang diusung oleh partai politik memberikan nilai tersendiri. Parpol harus mengusung pemimpin yang benar-benar siap dengan alasan rasional untuk pemilu 2024. Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Keadilan Sejahtera Mardani Ali Sera mengatakan, untuk pemilu 2024, parpol harus berani menawarkan tokoh dan gagasan. Demokrasi kita bukan lagi emosional tetapi rasional. Elit harus mendobrak demokrasi prosedural dan emosional sehingga menjadi kontestasi karya dan gagasan (Kompas. id, Kamis, 7 Oktober 2021). Maka, tuntutan bagi parpol harus berani untuk memutuskan untuk memilih pemimpin yang kompeten.

Kriteria terpenting yang diharapkan publik adalah integritas calon itu sendiri. Hasil survei menegaskan kemampuan lebih penting dibandingkan popularitas tokoh. Sebanyak 87,8 persen responden berharap parpol memprioritaskan mengusung calon presiden yang memiliki integritas dan kemampuan intelektual sampai kepemimpinan (Kompas. Id, 7 Maret 2022).

Oleh karena itu, untuk menentukan pemimpin yang diharapkan kaum muda bergantung pada parpol. Partai politik yang berhak untuk mengusung pemimpin yang berintegritas, jujur, merakyat, dan bersih. Maka, hal yang penting adalah setiap parpol setidaknya membuka telinga untuk mendengar setiap masukan dari rakyat sebagai bentuk partisipasi agar demokrasi bisa menata kehidupan yang baik.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya