Inisiatif Gerakan Sosial Revolusioner di Tengah Pandemi

Inisiatif Gerakan Sosial Revolusioner di Tengah Pandemi 26/04/2020 2082 view Lainnya pngdownload.id/png-ymroue/

Dunia hingga detik ini masih disibukkan dengan persoalan wabah Covid-19. Jumlah pasien positif Covid-19 di seluruh dunia dilansir dari website worldmaters.info terkonfirmasi sebanyak 2.707.356, dengan angka kesembuhan sebanyak 738.274 (27,26%) dan dinyatakan meninggal dunia sebanyak 190.743 (7%).

Wabah ini tidak dapat dipastikan akan berakhir hingga kapan, dan jumlah orang positif dan meninggal apakah akan bertambah setiap harinya atau tidak. Pemerintah Indonesia mengkonfirmasi secara resmi wabah ini dengan 2 kasus pertama pada tanggal 2 Maret 2020 lalu. Hingga saat ini kasus yang secara terkonfirmasi di Indonesia mencapai 7.775 dengan angka kematian sebanyak 647 (8.3%) dari angka positif Covid-19. Indonesia termasuk negara yang tingkat kematiannya tertinggi se-Asia Tenggara (worldmeters.info).

Dampak yang ditimbulkan dari pandemi ini cukup banyak, misalnya saja banyak aktivitas yang dilakukan di rumah. Para pelajar dan mahasiswa mengikuti online learning dengan banyak metode. Bisa melalui televisi, google meet, zoom, mengirimkan hasil tugas melalui whatsapp atau email.

Begitu juga dengan orang yang bekerja, mayoritas dari mereka banyak yang mengerjakan pekerjaannya di rumah dengan banyak metode yang digunakan. Meeting kantorpun menjadi hal yang sangat mudah dilakukan dengan melalui teleconference.

Kampanye di media sosial banyak dilakukan berbagai kalangan dengan hastage yang dilansir dari berbagai media online #DIRUMAHSAJA #STAYATHOME #STAYSAFE dan lain sebagainya agar masyarakat mematuhi anjuran pemerintah untuk tidak melakukan aktivitas di luar guna mengurangi penyebaran Covid-19.

Tetapi, akhir-akhir ini banyak mencuri perhatian di media sosial terkait dengan meme atau tulisan yang memihak pada pekerja buruh, pekerja lapangan yang notabene mereka kehilangan pekerjaannya di tengah pandemi ini. Mereka yang berjuang di jalanan dan tidak dapat melakukan pekerjaannya di rumah menjadi PR dan tanggung jawab bagi pemerintah dan tentu masyarakat sekitar. Jika pemerintah tidak aware and care, lantas siapa lagi?

Dari Hastag # Hingga Menjadi Gerakan Solidaritas, dari Himbauan menjadi Aksi Nyata

Persoalan Covid-19 ini menjadi tanggung jawab bersama baik pemerintah maupun masyarakat. Banyak konten youtube, Instagram, dan Twitter yang dibuat oleh pemerintah, artis, hingga influencer yang menghimbau dan mensosialisasikan #lebihbaikdirumaaja, tetap produktif walaupun tetap di rumah, berkarya dari rumah, bekerja dari rumah, dan masih banyak lagi.

Harapannya masyarakat menonton dan sadar bahwa di rumah saja lebih baik bagi kesehatan dan jiwa mereka dari pada harus keluar rumah di tengah pandemi ini. Tentu, ini direspon baik bagi sebagian besar orang. Akan tetapi bagaimana seorang buruh parkir, ojol, pedagang kaki lima, dan banyak orang yang dikategorikan menengah kebawah? Hal ini menjadi catatan kritis bagi pemerintah untuk dapat memberikan solusi yang nyata tentunya.

Sebetulnya jika dilihat dari segi penyumbang dana untuk menangani Covid-19 ini sangat banyak, sebut saja perusahaan Tiktok yang menyumbang 100 Milyar untuk Indonesia, Gojek memberikan donasi 100 Milyar. Akan tetapi, aksi nyata dari sumbangan yang diberikan kepada pemerintah Indonesia kurang dirasakan oleh berbagai pihak yang terdampak kehidupannya. Hingga banyak video maupun cerita viral di dunia maya, akhirnya banyak influencer maupun artis yang langsung memberikan kontribusi nyata membantu masyarakat kesusahan akibat Covid-19 ini baik berupa donasi uang maupun kebutuhan pangan.

Nampaknya, inisiasi ini sangat positif dan ditiru oleh banyak pihak, baik menyumbang secara pribadi maupun kolektif melalui LSM, Ikatan Pelajar dan Mahasiswa, komunitas, relawan, ibu-ibu PKK di desa, hingga anak kecil yang rela memecahkan celengannya untuk membantu sesama.

Melihat aksi yang dilakukan oleh hampir semua elemen masyarakat terlibat jika dilihat dari teori social change (Aberle, 1966) yang dikenal dengan teorinya social movemement ini merupakan gerakan sosial revolusioner (revolutionary social movements) yang mana semua orang menginginkan sebuah perubahan yang besar untuk menghadapi pandemi ini.

Gerakan Sosial Revolusioner berarti dilakukan oleh banyak orang dan memberikan dampak yang luas. gerakan yang didedikasikan untuk adanya perubahan segera terhadap sistem nilai dengan melakukan perubahan-perubahan secara substansi dan mendasar.

Semua orang memiliki tujuan dan visi yang sama yaitu menekan angka positif corona yang setiap hari meningkat di negara ini dan menginginkan wabah Covid-19 ini segera berakhir. Apalagi dengan sistem pemerintahan kita yang demokrasi ini mendukung adanya social movement, seseorang dapat menjadi role model atau hero untuk mengajak orang lain melakukan hal yang sama guna mencapai tujuan tersebut.

Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat kepekaan sosial dan keinginan membantu sesama di tengah wabah Covid-19 ini tergolong tinggi. Masyarakat Indonesia mampu bereaksi secara cepat dan tepat terhadap situasi yang sekarang dihadapi oleh semua orang di belahan dunia mana pun.

Pemerintah Indonesia patut berbangga dengan banyaknya influencer dan juga artis yang melek dengan keadaan sosial di sekitar. Adanya gerakan sosial yang sifatnya solidaritas seperti ini, banyak orang menjadi simpati dan peka terhadap lingkungan sekitar. Menurut data BPS (2020) jumlah masyarakat miskin di Indonesia berkisar 25,14 juta jiwa. Harapannya pemerintah dapat memberikan kebijakan-kebijakan yang solutif bagi kalangan menengah ke bawah, sehingga mereka tidak merasa sendiri, dan merasakan adanya sosok pemerintah bagi kehidupannya.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya