iLitterless dan Organisasi Peduli Sampah di Kota Malang
Plastik telah menjadi bagian penting dalam hidup manusia, barang-barang yang digunakan sehari-hari oleh manusia saat ini hampir seluruhnya memiliki unsur plastik. Plastik sudah sangat dekat dengan keseharian manusia modern saat ini. Segalanya terasa mudah dengan plastik, mulai dari ranah yang sederhana hingga industri. Namun, plastik tidak hanya membawa manfaat bagi manusia, plastik juga telah menjadi masalah bagi kelestarian lingkungan hidup. Hal ini dikarenakan sampah plastik yang sulit terurai dan belum ditemukanya solusi yang efektif untuk mengatasi persoalan sampah plastik.
Persoalan sampah plastik menjadi masalah lingkungan hidup yang dialami manusia abad ini. Persoalan sampah plastik juga menjadi salah satu masalah lingkungan terbesar di dunia, termasuk Indonesia. Sampah plastik telah mencemari tanah, sungai, dan laut. Penguraian alami dari plastik yang mudah terurai membutuhkan waktu hingga ratusan bahkan ribuan tahun. Zat beracun yang dihasilkan selama pemrosesan plastik juga berbahaya bagi kesehatan. Plastik mengandung zat yang dapat menyebabkan tumbuhnya sel kanker. Pengolahan sampah plastik tidak hanya mengurangi dampak lingkungan, tetapi juga bermanfaat bagi kesehatan.
Persoalan sampah plastik yang telah menjadi keresahan masyarakat menjadi alasan bagi beberapa organisasi peduli lingkungan untuk melakukan aksi nyata peduli lingkungan hidup yang berfokus pada persoalan sampah plastik. Salah satu organisasi peduli lingkungan hidup yang berfokus pada persoalan sampah adalah iLitterless.
ILitterless berawal dari keresahan generasi muda Kota Malang yang merupakan founder dan co-founder ketika menyadari satu “turning point”. Apapun kegiatan manusia, entah yang berasal dari rumah tangga ataupun yang bersifat entertainment, mampu menghasilkan sampah yang sangat banyak dan akan berdampak buruk bagi lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik. Faktanya, manajemen sampah di Kota Malang bermasalah. Sebesar 75 persen sampah yang dihasilkan di Kota Malang, atau setara dengan 600 ton sampah dikirimkan ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Supit Urang, dengan angka daur ulang kurang dari 10 persen. Banyaknya volume sampah yang harus ditampung, diprediksi TPA hanya akan bertahan 5-6 tahun ke depan. Sampah-sampah tersebut sulit atau tidak dapat didaur ulang akibat dari tercampurnya material organik dan anorganik sejak dari sumber (rumah, resto, kafe, perkantoran, dan lain-lain).
Gerakan dan value yang ada di iLitterless sendiri sangat dipengaruhi oleh Founder, yang juga merupakan aktivis perempuan. Ence Adinda (Founder), memahami kerentanan perempuan dan alam, serta penindasan yang dialami oleh keduanya. Ence ingin membawa kesetaraan antar manusia alam, yang melibatkan perspektif perempuan di dalamnya melalui program yang ada di iLitterless. program di iLitterless dibagi menjadi 2 yaitu education dan services. Di program education & campaign diadakan seminar, workshop, talkshow, FGD yang berhubungan dengan topik sustainability seperti isu lingkungan dan cara untuk menumbuhkan habit pilah-memilah sampah di lingkungan masyarakat. Fokus utama adalah melibatkan sekolah dan universitas.
Selain itu, program tersebut juga menyediakan trip edukasi ke TPA Supit Urang. Harapannya dapat meningkatkan awareness masyarakat terkait sampah. Sedangkan untuk produk layanan, iLitterless memiliki Pick-up My Litter (PML), yaitu layanan jemput sampah anorganik terpilah gratis untuk kafe. Saat ini iLitterless bekerja sama dengan 12 kafe di kota Malang. iLitterless juga mengembangkan portable drop-box, MOBI-RS, yang difungsikan sebagai tools pengenalan habit pilah-memilah sampah dengan cara yang fun. Setiap tahunnya, iLitterless memiliki agenda rutin yaitu; maRRRch fest dan Green Consumer Day.
Di usia pergerakan yang masih terhitung satu tahun, gerakan ini berhasil meningkatkan awareness dan willingness target audience yang merupakan anak-anak muda Kota Malang. Hal ini dilakukan dengan menerapkan manajemen sampah yang berkelanjutan sejak dari sumber, dengan cara yang mudah dan praktis yaitu memilah sampah. Terbukti, dengan jumlah program kolaborasi yang laksanakan (+ 50 event/programs), dan meningkatnya audience yang terlibat dalam setiap agenda/program (+10,000 orang). Semakin banyak orang yang teredukasi kampanye kegiatan ini, berarti semakin banyak pengurangan sampah yang dikirim ke TPA. Tujuannya tidak hanya sekedar mengedukasi, namun juga bisa membuat perubahan sikap (behavioural change) bagi masyarakat kota Malang. Di tahun 2023, gerakan ini akan melaksanakan edukasi dan kampanye ke 80.000 orang di kota Malang (10 persen dari total populasi), yang berarti akan mengurangi 15 persen sampah yang dikirimkan ke TPA.
Kendala yang dihadapi iLitterless: resistensi dari beberapa kelompok atau pekerja kafe yang ber-partner dengan iLitterless. Beberapa masih memandang jika pemilahan sampah adalah double burden bagi mereka. Kesulitannya adalah menjalin jejaring dan kerja sama dengan perusahaan besar. Contoh: iLitterless secara aktif mengangkut limbah UBC (used beverage carton) dari pilahan kafe-kafe partner program iLitterless yang banyak diproduksi oleh Perusahaan Tetra Pak Indonesia. Namun untuk mengirim kembali limbah ini ke perusahaan yg memproduksinya masih belum bisa dilakukan. Karena Tetra Pak hanya menerima sampah dengan tonase yg besar (minimal 3-5 ton), sedangkan kapasitas iLitterless masih sedikit (sekitar 100-200kg per 3-4 bulan). Ironinya, UBC tidak diterima di Bank Sampah Malang (karena susah untuk didaur ulang atau belum ada teknologi yang mumpuni) fasilitas pengangkutan sampah yang kurang mendukung program kampanye #pilahsampahitumudah. Meskipun sudah banyak yang teredukasi oleh kampanye #pilahsampahitumudah, namun banyak dari audience iLitterless yang masih mengeluhkan pengangkutan sampah yang dikelola oleh Dinas Lingkungan Hidup setempat karena menggunakan gerobak yang sama sehingga sampah yang sudah dipilah, kembali bercampur aduk.
iLitterless berawal dari keresahan generasi muda Kota Malang yang merupakan founder dan co-founder ketika menyadari satu “turning point”. Apapun kegiatan manusia, entah yang berasal dari rumah tangga ataupun yang bersifat entertainment, mampu menghasilkan sampah yang sangat banyak dan akan berdampak buruk bagi lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik. Gerakan ini berhasil meningkatkan awareness dan willingness target audience yang merupakan anak-anak muda Kota Malang. Kendala yang dihadapi iLitterless adalah resistensi dari beberapa kelompok atau pekerja kafe yang ber-partner dengan iLitterless. Mereka masih memandang bahwa pemilahan sampah adalah double burden bagi mereka. Kesulitannya adalah menjalin jejaring dan kerja sama dengan perusahaan besar. Meskipun demikian, iLitterless tetap konsisten untuk memberikan edukasi kepada setiap pihak mengenai pentingnya pengelolaan sampah yang baik untuk mempermudah proses daur ulang serta pemanfaatan limbah sampah bagi masyarakat dan ekologi.
Artikel Lainnya
-
232026/12/2024
-
187003/09/2020
-
318030/11/2020
-
J.B Sumarlin, Krisis Moneter dan Menteri Purbaya
24509/10/2025 -
Indonesia dan Resesi di Tengah Pandemi
147624/11/2020 -
125222/06/2021
