Hidup Sederhana, Bahagia Nyata

Mahasiswa PBSI UNJ 2022
Hidup Sederhana, Bahagia Nyata 09/04/2024 339 view Budaya Ilustrasi orang tersenyum bahagia (Pixabay/Iffany)

Kesuksesan salah satu hal yang paling diidamkan oleh banyak orang. Sejak kecil, kita sudah diarahkan untuk mencapai kesuksesan. Standar kesuksesan yang ditanamkan kepada kita adalah produk media dan masyarakat. Media sering kali menampilkan kisah-kisah orang sukses yang memiliki kekayaan, popularitas, dan pencapaian yang luar biasa. Masyarakat pun sering kali memandang kesuksesan sebagai hal yang harus diraih dengan cara apapun.

Hal ini membuat kita merasa tertekan untuk mencapai standar kesuksesan tersebut. Kita juga akan merasa gagal jika tidak bisa mencapai standar tersebut. Akibatnya, kita harus bekerja keras tanpa henti dan tidak ada waktu untuk menikmati hidup.

Selain itu, standar kesuksesan juga dapat membuat kita membandingkan diri dengan orang lain. Kita bisa jadi merasa rendah diri, jika kita merasa tidak sebanding dengan orang lain. Hal ini dapat membuat kita kehilangan rasa percaya diri dan kebahagiaan.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk membuat standar kesuksesan sendiri. Standar kesuksesan yang lebih realistis dan sesuai dengan nilai-nilai yang kita yakini. Standar kesuksesan yang berasal dari diri sendiri akan membuat kita lebih bahagia dan puas dengan hidup kita.

Hidup Sesuai Esensi

Dalam buku The Effortless Life, Leo Babauta menyatakan bahwa sebenarnya hidup ini tidak sesulit yang kita pikirkan. Menurutnya hidup manusia pada dasarnya sederhana. Kita hanya membutuhkan makanan, tempat tinggal, pakaian, dan hubungan baik dengan sesama manusia. Dan, kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan cara sederhana dan alami.

Di zaman ini, kita sering kali mengejar kebutuhan-kebutuhan yang dibuat-buat. Kita mengejar karier yang cemerlang, jabatan yang tinggi, kekayaan, dan status sosial yang tinggi. Kita juga mengejar barang-barang mewah seperti mobil, pakaian, dan ponsel pintar keluaran terbaru.

Padahal, sebenarnya kebutuhan ini tidak penting untuk kebahagiaan kita. Bahkan, justru sebaliknya. Kita akan merasa tertekan dan stres untuk mengejarnya. Kita juga akan membandingkan diri dengan orang lain, dan merasa rendah diri jika tidak bisa mencapainya.

Oleh karena itu, kita perlu mengubah cara pandang kita tentang kesuksesan. Kita tidak perlu mengejar kesuksesan yang didefinisikan oleh orang lain. Kita cukup mengejar kesuksesan yang sesuai dengan nilai-nilai kita sendiri.

Mengutip buku Jika Kita Tidak Pernah Jadi Apa-Apa, Alvi Syahrin menuliskan, ”Bodo amatlah pada standar kesuksesan yang diagungkan oleh society dan media. We will be something, tanpa perlu standar itu.”

Mengubah Sudut Pandang

Dalam konteks zaman kini, standar kesuksesan seringkali diukur dari segi materi. Banyak orang yang menganggap orang sukses adalah orang yang memiliki kekayaan, jabatan, dan status sosial yang tinggi. Hal ini dapat membuat kita merasa tertekan untuk mengejar materi yang tidak sesuai dengan kebutuhan kita.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengubah cara pandang kita tentang kesuksesan. Kita perlu menyadari bahwa kesuksesan tidak hanya diukur dari segi materi. Ada banyak hal lain yang dapat membuat kita sukses, seperti kesehatan, kebahagiaan, dan hubungan yang harmonis dengan orang lain.

Kita juga perlu belajar untuk bersyukur dengan apa yang kita miliki. Jangan membandingkan diri dengan orang lain, karena setiap orang memiliki perjalanan hidup yang berbeda. Fokuslah pada diri sendiri dan teruslah berusaha untuk menjadi lebih baik. Sigmund Freud berkata, “The only person with whom you have to compare ourselves, is that you in the past. And the only person better you should be, this is who you are now.”

Kalau sejak lahir garis start kita sudah berbeda, memang sudah sepantasnya yang kita jadikan perbandingan kesuksesan bukanlah orang lain, tapi diri kita sendiri. Yaitu, diri kita yang di masa lalu dan yang di masa sekarang.

Dengan mengubah cara pandang kita tentang kesuksesan, kita akan menjadi lebih bahagia dan puas dengan hidup kita. Kita akan merasa lebih rileks dan santai, karena kita tidak lagi merasa tertekan untuk mengejar kebutuhan-kebutuhan yang dibuat-buat. Kita juga akan lebih menghargai apa yang kita miliki, dan tidak akan merasa rendah diri, jika kita tidak bisa mencapai apa yang dimiliki oleh orang lain.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya