Healing bagi Anak Broken Home

Healing adalah kunci bagi seseorang anak broken home untuk mengembalikan kondisi mental health yang dialami akibat masa lalu keluarga yang memberikan pengalaman dan kenangan yang tidak menyenangkan semasa kecil, anak-anak, remaja atau saat berusia dewasa. Keluarga yang mengalami perceraian atau pemisahan (broken home) akan dapat memberi dampak psikologis dan sosiologis yang cukup besar bagi perkembangan anak-anak yang terlibat di dalamnya.
Anak-anak dari keluarga broken home cenderung mengalami stres, kebingungan, dan kekhawatiran yang lebih besar daripada anak-anak dari keluarga yang lengkap dan harmonis. Namun, bagi anak yang mengalami kondisi broken home, meskipun keluarga mereka telah berpisah atau bercerai akan tetapi masih ada harapan untuk membantu anak-anak dari keluarga broken home untuk sembuh dari pengalaman, trauma atau kenangan pahit yang mereka rasakan dan kemudian tumbuh menjadi orang yang kuat dan sehat secara emosionalnya.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada Laporan Statistik Indonesia 2022, Bahwa kasus perceraian yang terjadi di Indonesia berjumlah 516.334 kasus di tahun 2022. Angka ini naik 15,31% jika dibandingkan dengan kasus perceraian yang terjadi pada tahun 2021. Dari angka tersebut, maka jumlah anak yang harus mengalami kondisi broken home cukup tinggi. Mereka tidak memiliki lingkungan keluarga yang harmonis lagi, hilangnya fungsionalisasi keluarga. Dan bahkan bagi anak kecil yang masih butuh internalisasi nilai dan norma dari keluarganya, maka akan kehilangan internalisasi, kasih sayang dan hangatnya sebuah keluarga.
Internalisasi adalah proses di mana seseorang mempelajari, menerima, dan mempraktikkan nilai-nilai dan norma-norma yang diterima oleh masyarakat atau keluarga tempat tinggalnya. (Massa et al., 2020) Anak broken home cenderung menyalahkan kedua orang tuanya, bahkan membenci karena kurangnya kasih sayang. Anak broken home juga rentan mengalami depresi dan gangguan kecemasan. Jika tidak ditangani dengan baik, kondisi ini bisa meningkatkan risiko anak untuk mengalami gangguan kepribadian, menyalahgunakan narkoba, bahkan melakukan percobaan bunuh diri (Agustin, S. 2022).
Dalam konteks perceraian atau pemisahan keluarga, anak-anak dapat kehilangan pengalaman dan interaksi dengan kedua orang tua mereka. Interaksi ini merupakan cara utama bagi anak-anak untuk mempelajari dan menginternalisasi nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh orang tua mereka, seperti kasih sayang dan kehangatan keluarga. Kehilangan pengalaman ini dapat menyebabkan anak-anak kesulitan untuk mengembangkan nilai-nilai tersebut dalam diri mereka sendiri.
Menurut teori psikologi perkembangan, anak-anak memerlukan pengalaman positif dengan orang tua mereka untuk mengembangkan ikatan emosional yang sehat dan membangun kepercayaan diri. Kedua hal ini sangat penting dalam proses internalisasi nilai-nilai dan norma-norma yang dijunjung tinggi oleh masyarakat atau keluarga. Dalam konteks keluarga broken home, anak-anak dapat kehilangan interaksi positif dengan salah satu atau kedua orang tua mereka, yang dapat menghambat proses internalisasi nilai-nilai tersebut.
Anak-anak broken home menjadi sebuah kenyataan yang seringkali menimpa banyak anak di Indonesia. Terjadinya perceraian tidak hanya memberikan dampak dan efek pada pasangan yang bercerai, tetapi juga pada anak-anak mereka yang menjadi saksi dari perceraian tersebut.
Bagi anak-anak dari keluarga broken home maka perasaan sedih, marah, takut, tidak percaya diri dan kebingungan seringkali dapat terus terbawa hingga masa dewasa mereka. Hal ini akan membuat gangguan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Namun, terdapat cara untuk melakukan healing bagi seorang anak broken home dari pengalaman atau kenangan pahit tersebut. langkah-langkah berikut dapat membantu seseorang untuk mengatasi dampak emosional yang terkait dengan pengalaman menjadi anak broken home, yaitu, Pertama, terapi bermain. Sebuah penelitian oleh G. Arifin, dkk. (2020) menunjukkan bahwa terapi bermain dapat meningkatkan kecerdasan emosi anak usia dini yang berasal dari keluarga bercerai. Penelitian ini menemukan bahwa terapi bermain dapat membantu anak-anak untuk mengatasi stres dan kesulitan emosional akibat perpisahan orang tua, serta membangun kepercayaan diri dan kemampuan sosial anak.
Kedua, konseling keluarga. Konseling keluarga dapat membantu meningkatkan kualitas hubungan orang tua-anak pada keluarga broken home. Penelitian ini menemukan bahwa konseling keluarga dapat membantu mengatasi masalah komunikasi dan konflik dalam keluarga, serta meningkatkan kesadaran orang tua tentang pentingnya dukungan emosional dan interaksi yang positif dengan anak-anak.
Ketiga, dukungan sosial. Penelitian oleh Sari (2019) menunjukkan bahwa dukungan sosial dari keluarga, teman, dan masyarakat dapat membantu melindungi kesehatan mental anak dari keluarga bercerai. Penelitian ini menemukan bahwa dukungan sosial dapat membantu anak-anak untuk mengatasi kesepian, kecemasan, dan depresi akibat perpisahan orang tua, serta meningkatkan kepercayaan diri dan rasa memiliki anak.
Keempat, pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan dapat membantu meningkatkan kualitas hidup anak broken home. Pentingnya pendidikan untuk menjadi sarana dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan akademis dan profesional anak, serta pelatihan sebagai sarana untuk meningkatkan keterampilan sosial dan emosional anak. Maka begitu pentingnya peran orang tua dalam mendukung pendidikan dan pelatihan anak.
Dalam proses healing bagi seorang anak dari keluarga broken home, bahwa penting untuk diingat setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam mengatasi pengalaman pahit menjadi anak broken home. Tidak ada jalan yang tepat atau salah dalam proses healing dari pengalaman dan kenangan buruk atau pahit menjadi anak broken home. Yang penting adalah mencari cara yang tepat dan nyaman bagi diri sendiri untuk mengatasi kesulitan yang dialami. Healing dari keluarga broken home memang membutuhkan waktu dan usaha, tetapi dengan langkah-langkah yang tepat, seseorang dapat menemukan cara untuk melanjutkan hidup dengan lebih positif dan mengatasi dampak emosional dari pengalaman keluarga broken home.
Artikel Lainnya
-
114204/10/2019
-
29820/09/2022
-
113921/03/2020
-
16031/10/2022
-
Jokowi 404 Not Found: Kontroversi dalam Media Aspirasi
70023/08/2021 -
Merindukan Tontonan Berkualitas
43706/06/2021