Hari Anak Nasional: PR Kita Yang Belum Selesai

Penulis Artikel
Hari Anak Nasional: PR Kita Yang Belum Selesai 24/07/2020 1220 view Lainnya pixabay.com

Anak merupakan anugerah dari Sang Pencipta. Harta yang tak ternilai harganya, yang diberikan Tuhan untuk dirawat, dididik, dipelihara sebaik-baiknya dengan penuh tanggung jawab.

Setiap anak lahir dengan bakat dan minat yang berbeda. Anak-anak lahir dari berbagai latar belakang orang tuanya, yang mereka sendiri tidak bisa memilih dari orang tua mana mereka dilahirkan.

Sebagai cikal bakal penerus bangsa sudah sepantasnya anak-anak mengecap bekal pendidikan dan perlindungan kesehatan sebagai prioritas utama. Dari Sabang hingga Merauke anak-anak memiliki hak yang sama. Mereka berhak mendapatkan makanan yang sehat, nutrisi yang seimbang, tempat dan waktu bermain, lingkungan yang sehat, pendidikan, perhatian dan kasih sayang.

Segudang permasalahan tentang anak masih menjadi PR kita bersama mulai dari ancaman predator anak yang semakin buas mencari mangsa, eksploitasi anak
hingga yang belakangan ini viral di media sosial kisah Humairoh, anak tamatan SD berusia 12 tahun yang berdomisili di Medan, kesulitan melanjutkan pendidikannya karena terkendala pada berkas administrasi orang tuanya.

Tak lepas dari aktivitas normal sehari-hari, hal-hal sederhana dapat kita ciptakan untuk mendukung tumbuh kembang anak. Contoh sederhana, tidak akan terjadi sesuatu pada ponsel pintar kita ketika satu menit tidak kita sentuh. Tidak akan ada dampak yang berpengaruh besar terhadap ponsel pintar jika benda ini tidak kita perhatikan. Dan tidak akan merasakan ragam emosi apapun ketika barang bernilai ekonomis ini tidak kita mainkan. Namun akan menjadi masalah besar bila anak-anak kita tidak kita sentuh, tidak diperhatikan, dan tidak diajak bermain.

Namun tak jarang pula anak menjadi korban kekerasan fisik dari pihak-pihak yang seharusnya melindungi. Sebagian dari mereka bahkan menjadi korban kekerasan seksual.

Seringkali di tengah-tengah keluarga, anak menjadi korban pelampiasan kekesalan yang tak terbendung salah satu orang tua, baik ayah, ibu maupun orang-orang yang berada dekat dengan lingkup kehidupan anak sehari-hari.

Ketidakmampuan orang tua untuk mengelola kemarahan mereka berakibat fatal terhadap anak-anak. Kemarahan orang tua yang dipicu oleh berbagai alasan mulai dari kesulitan ekonomi, perselingkuhan, tekanan dalam pekerjaan, masalah pertemanan, sikap acuh dari pasangan dan sebagainya mengakibatkan anak mengalami trauma psikis yang berdampak signifikan terhadap kehidupannya. Bentakan, hinaan, caci dan kata-kata makian sering dialamatkan pada anak-anak tanpa jelas duduk perkaranya. Andai pun anak melakukan sebuah kesalahan, rasanya dengan kalimat lembut atau bahasa tubuh mereka mampu memahami larangan.

Meluangkan waktu bersama anak saat waktunya bermain menjadi hal yang dirindukan anak-anak. Dunia anak adalah dunia bermain. Bahkan bermain tergolong salah satu metode paling mudah untuk mendidik anak. Oleh sebab setiap anak memiliki karakter berbeda yang harus dipahami orang tua, maka cara mendidik tiap-tiap anak pun berbeda.

Sering di tengah kesibukannya, tanpa disengaja para orang tua terhanyut dalam kegiatan yang menguras waktu, pikiran dan energi sehingga ketika tiba di rumah, bertemu dengan anak-anak dalam kondisi raga yang sudah letih dan memilih untuk istirahat. Padahal menurut saya, media bermain yang paling baik untuk anak-anak adalah tubuh orang tuanya. Beberapa permainan yang bisa dilakukan bersama anak dengan menggunakan tubuh orang tuanya misalnya bermain pesawat terbang dengan menggendong anak, bermain kuda-kudaan, bermain sambil belajar berhitung, bermain sambil mengenali macam anggota tubuh dan sebagainya.

Menayangkan, dan mendampingi anak menyaksikan program tontonan acara televisi yang sesuai dengan usia anak dapat membantu memperkuat bonding antara orang tua dan anak. Anak, selain tumbuh secara fisik juga bertumbuh sisi psikologinya. Beragam acara televisi menawarkan sajian yang menarik namun belum tentu sesuai untuk usia anak. Maka sangat disarankan bila orang tua atau orang yang lebih dewasa (abang, kakak, saudara) mendampingi ketika anak-anak menyaksikan tayangan televisi.

Memilih sekolah untuk anak memang tidak mudah . Tapi perlu diketahui bahwa dalam memilih sekolah, orang tua tetap harus memprioritaskan kenyamanan anak karena merekalah yang akan menjalaninya sehari-hari. Jangan ragu untuk melibatkan anak dalam pengambilan keputusan jika anak sudah dapat diajak berkomunikasi dengan baik. Beri kesempatan untuk anak dapat belajar mandiri dan mampu mengatasi kesulitannya misalnya pada saat mengikat tali sepatunya. Biarkan anak-anak mencoba terlebih dulu, tanpa orang tua turun tangan untuk membantu. Cara ini dapat melatih anak-anak agar memiliki kepercayaan diri terhadap suatu tantangan yang dihadapinya.

Di tangan mereka Indonesia akan tumbuh menjadi negara yang kuat dan besar. Mari kita berikan perhatian terbaik untuk anak-anak kita. Selamat Hari Anak Nasional, 23 Juli 2020, untuk anak-anak Indonesia.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya