Filsafat Yunani dan Filsuf Muslim Pertama

Filsafat dan Yunani merupakan dua unsur yang selalu bersama. Jika berbicara tentang filsafat dan filsuf-filsuf, maka Yunanilah yang dinisbatkan sebagai awal mula lahirnya ilmu filsafat ini. Tokoh-tokoh filsuf terkenal dan berpengaruh hingga sekarang juga berasal dari Yunani, seperti Socrates, Plato, dan juga Aristoteles yang ketiganya memiliki hubungan sebagai guru dan murid. Pemikiran mereka konon masih mempengaruhi pemikiran filsuf-filsuf setelah mereka, tak terkecuali filsuf muslim. Bahkan, para orientalis juga pernah mengatakan bahwa filsafat Islam tidak lain merupakan filsafat yunani yang ditulis dalam bahasa Arab atau filsafat Yunani yang diislamkan. Padahal, tuduhan-tuduhan tersebut tidaklah benar karena keadaan bangsa Arab setelah masuknya umat Islam berbeda dengan keadaan bangsa Arab sebelum masuknya Islam (baca: zaman jahiliyah).
Al-Qur’an sebagai mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW berisi petunjuk, pedoman hidup, tentang bumi dan isinya, tentang kehidupan nabi dan rasul sebelumnya, tentang hari akhir serta berbagai rahasia alam semesta yang ditulis dalam bahasa yang indah, namun menghasilkan penafsiran yang berbeda. Al-Qur’an secara tidak langsung mengajarkan manusia untuk berpikir secara logis untuk memahami isinya dan menggali segala ilmu pengetahuan yang dimuat di dalamnya. Oleh sebab itu, tuduhan-tuduhan yang mengatasnamakan umat muslim diharamkan mempelajari filsafat tidak bisa kita jadikan acuan dan kita percayai begitu saja.
Adanya penemuan-penemuan di berbagai bidang ilmu pengetahuan oleh filsuf dan ilmuwan muslim mematahkan argumen para orientalis tersebut. Salah satu ilmuwan dan filsuf muslim yang namanya masih dikenal hingga saat ini yaitu Al Kindi. Al Kindi merupakan seorang filsuf muslim yang dilahirkan dari keluarga kindah, nama kabilah terkemuka pada zaman pra-Islam yang merupakan cabang dari Bani Kahlan yang menetap di Yaman. Nama lengkapnya adalah Abu Yusuf Ya’cub ibnu Ishaq ibnu Qais Al-Kindi. Ia lahir di Kufah sekitar tahun 185 H (801 M). Riwayat pendidikannya tidak diketahui secara pasti oleh para sejarahwan. Akan tetapi, ia diketahui pernah menetap di Baghdad, ibu kota Dinasti Abbasiyah kala itu, dan di bawah pemerintahan Al-Makmun, seorang khalifah Bani Abbasiyah yang terkenal akan kemajuan ilmu pengetahuan pada masa pemerintahannya. Tak heran, jika Al Kindi bisa menguasai berbagai jenis ilmu pengetahuan, mulai dari filsafat, astronomi hingga ilmu musik, dikarenakan sarana prasarana untuk belajar sangat lengkap yaitu dengan adanya Baitul Hikmah.
Konon, khalifah Al Makmun juga mempercayai dan memberi andil kepada Al Kindi untuk menerjemahkan buku-buku dari Yunani. Menurut informasi, khalifah Al Makmun memberi bayaran berupa emas seberat buku yang berhasil diterjemahkan ke dalam bahasa Arab kepada sang penerjemah. Atas sebab inilah, tumbuhlah rasa antusias dan motivasi yang tinggi di kalangan masyarakat pada saat itu dan mulai berlomba-lomba untuk menerjemahkan buku-buku berbahasa asing tersebut ke dalam bahasa Arab, termasuk Al Kindi yang kemudian berprofesi sebagai penerjemah buku Yunani sekaligus melakukan koreksi serta perbaikan atas karya orang lain. Tidak berhenti di situ saja, Al Kindi juga mempunyai ketertarikan yang besar dalam dunia tulis-menulis. Ian mempunyai sejumlah besar hasil karya tulisnya sendiri dalam pelbagai disiplin ilmu, namun sayangnya karya-karyanya banyak yang hilang.
Menurut George Atiyeh, total seluruh karya tulis Al Kindi mencapai 270 risalah. Kemudian risalah-risalah itu dikelompokkan oleh Ibnu Nadim dan Qifthi ke dalam tujuh belas kelompok, antara lain filsafat, logika, ilmu hitung, medis, globular, musik, astronomi, geometri, sperikal, dialektika, astrologi, psikologi, politik, meteorologi, dimensi, benda-benda pertama, dan spesies tertentu logam dan kimia. Beberapa karya tulis Al Kindi; Fi al-falsafat al-‘Ula, Kitab al-Hassi ‘ala Ta’allum al-Falsafat, Risalat ila al-Ma’mun fi al-‘illat wa Ma’lul, Risalat fi Ta’lif al-A’dad, Kitab al-Falsafat al-Dakhilat wa al-Masa’il al-Manthiqiyyah wa al-Mu’tashah wa ma Fauqa al-Thabi’iyyat, Kammiyat Kutub Aristoteles dan Fi al-Nafs.
Selain itu, 25 risalah karya Al Kindi juga berhasil ditemukan oleh Ritter di Istanbul, sementara risalah pendek yang lain ditemukan di Aleppo.Tak pelak lagi, dengan karya sebanyak ini Al Kindi disebut sebagai filsuf muslim pertama dan filsuf berkebangsaan Arab pertama. Salah satu usaha Al Kindi dalam memperkenalkan filsafat ke dalam dunia Islam yaitu dengan cara menyeru umat untuk menerima kebenaran dari manapun sumbernya. Menurutnya, kita tidak pada tempatnya malu mengakui kebenaran dari mana saja sumbernya. Ia berupaya untuk menyelaraskan kedudukan antara filsafat dan agama, atau antara akal dan wahyu. Menurutnya, antara keduanya tidaklah bertentangan karena masing-masing keduanya adalah ilmu tentang kebenaran. Sedangkan kebenaran itu adalah satu. Ilmu filsafat meliputi ketuhanan, keesaan-Nya, dan keutamaan serta ilmu-ilmu selain yang mengajarkan bagaimana cara memperoleh apa-apa yang bermanfaat dan menjauhkan dari apa-apa yang membawa mudarat. Yang mana hal ini telah dibawa oleh rasul-rasul terdahulu, sebuah pondasi dan ukuran dalam menentukan kebenaran yang konkret.
Lebih lanjut ia kemukakan bahwa pemaduan antara filsafat dan agama didasarkan pada tiga alasan yaitu ilmu agama merupakan bagian dari filsafat, wahyu yang diturunkan kepada nabi dan kebenaran filsafat saling bersesuaian serta menuntut ilmu secara logika, diperintahkan dalam agama. Dari sini, bisa ditarik kesimpulan bahwa Al Kindi menyeru kita untuk harus belajar filsafat, karena sejatinya filsafat dan agama adalah beriringan bukan berseberangan.
Artikel Lainnya
-
83213/02/2020
-
108422/06/2020
-
55008/08/2021
-
140328/10/2019
-
Salah Satu Kegiatan Ojol yang Hilang Saat Corona
170129/04/2020 -
Catatan Redaksi: Artis Terjerat Narkoba
55403/07/2020