Dangdut Selalu di Hati
Dangdut merupakan salah satu genre musik yang fenomenal di Indonesia. Ciri khas musik dangdut tidak hanya terletak pada unsur musiknya, tetapi juga mengambarkan realitas kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, dangdut seringkali dijuluki sebagai musik yang melekat dengan masyarakat Indonesia.
Musik dangdut merupakan bagian dari kesenian. Melihat persoalan kesenian mendasar, kesenian merupakan bagian dari tujuh unsur kebudayaan selain sistem mata pencaharian, sistem kepercayaan dan bahasa. Suatu kebudayaan dalam masyarakat seringkali mengalami perkembangan, melalui berbagai macam proses seperti akulturasi, asimilasi dan hibridasi kebudayaan.
Berkaitan dengan pembahasan musik dangdut, genre musik ini mengalami perkembangan seiring dengan kondisi kultural masyarakat setempat. Salah satu sub genre musik dangdut yang mengalami perkembangan dengan kultur masyarakat setempat adalah dangdut koplo. Lebih lanjut, dangdut koplo beredar di masyarakat Indonesia pada awal tahun 1990-an dan berkembang di wilayah Jawa Timur.
Seiring dengan perkembangannya, dangdut koplo mulai menyebar ke wilayah Pantai Utara (Pantura) yang ditunjukkan dengan kehadiran kelompok musik dangdut koplo dan pemasangan lagu dangdut koplo. Persebaran dangdut koplo juga mulai berkembang pesat di berbagai wilayah Indonesia. Hal ini ditunjukkan saat Inul Daratista masuk ke industri musik nasional di era tahun 2000-an.
Kehadiran dangdut koplo di Indonesia membawa angin segar dalam kancah industri musik dalam negeri. Dangdut koplo memiliki ciri khas dalam gaya bermusik. Ciri utama dangdut koplo adalah memiliki jargon yang seringkali dilontarkan sang biduan seperti ‘buka sitiik jos’.
Selain itu, ciri lain dangdut koplo adalah keenerjikan biduan saat membawakan lagu dengan tempo lagu yang cepat. Namun demikian, kehadiran dangdut koplo di Indonesia menimbulkan polemik bagi pelaku seni musik dangdut. Beberapa pelaku seni musik dangdut menilai bahwa dangdut koplo terlalu vulgar secara performa dan melupakan kiblat dangdut sesungguhnya.
Terlepas dari polemik musik dangdut, saya menilai bahwa musik dangdut bukanlah suatu karya yang patut diperdebatkan dari sisi musikalitasnya. Musik dangdut, baik dangdut koplo atau dangdut non koplo sudah sangat melekat dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dengan demikian, keberadaan musik dangdut di Indonesia sejatinya masih digemari oleh seluruh lapisan masyarakat.
Di Indonesia, penggemar musik dangdut selalu menantikan pagelaran musik dangdut dalam acara tertentu. Dengan kata lain, musik dangdut dapat dijadikan sebagai media bersilaturahmi seluruh lapisan masyarakat pada waktu tertentu. Hal ini dapat terlihat ketika Partai Golkar mengajak Bang Haji Rhoma Irama untuk mempersatukan masa (Weintraub, 2010).
Gejala serupa, juga dapat ditemukan di wilayah Jawa Timur dan Pantura. Dangdut koplo seringkali digunakan masyarakat untuk memeriahkan acara khitanan, perkawinan dan ulang tahun. Dengan demikian, kehadiran musik dangdut tidak hanya berfungsi untuk sarana hiburan saja, tetapi juga memiliki fungsi sosial.
Selain memiliki fungsi sosial bagi masyarakat, musik dangdut juga memiliki fungsi pendidikan yang mengajarkan moralitas kehidupan bermasyarakat. Fungsi pendidikan dalam musik dangdut dapat ditemukan pada lagu ‘Mirasantika’ dan ‘Oplosan’.
Secara eksplisit lagu ‘Mirasantika’ dan ‘Oplosan mengingatkan kami pada ajaran agama untuk menjauhkan diri dari perbuatan yang melanggar perintah Allah seperti mabuk dan mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Selain itu, lagu ‘Oplosan’ mengandung pesan moral untuk lebih mencintai kondisi tubuh kita seperti yang tertulis dalam bait lagunya sebagai berikut: “tutupen botolmu tutupen oplosanmu emanen nyawamu, aja mbok terus teruske mergane ora ana gunane, tutupen botolmu tutupen oplosanmu, emanen nyawamu ajo mbok mabok terus teruske mergane ora ana gunane”.
Faktor lain yang membuat musik dangdut masih digemari oleh masyarakat adalah melalui peranan media massa. Hingga kini, beberapa stasiun televisi nasional masih menanyangkan pagelaran akbar konser musik dangdut. Sejatinya, stasiun televisi yang menyiarkan konser musik dangdut bertujuan bukan sekedar sebagai sarana hiburan saja, melainkan untuk mengobati rasa rindu pencinta musik dangdut terhadap lagu-lagu dangdut yang sudah jarang diputar di media lainnya.
Jika menggabungkan antara kondisi kultural masyarakat yang dinamis, fungsi musik dangdut dalam kehidupan masyarakat dan persebaran musik dangdut melalui media massa, dapat dilihat bahwa eksistensi musik dangdut masih terpelihara dengan baik dalam kehidupan bermasyarakat. Ketiga unsur tersebut membuat eksistensi musik dangdut masih terpelihara hingga saat ini.
Akhir kata, saya ingin menyampaikan pesan bahwa musik dangdut selalu di hati kami. Sebab musik dangdut tidak hanya menonjolkan sisi alunan nada yang khas melainkan musik dangdut merupakan representasi dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Salam Dangdut!
Artikel Lainnya
-
372412/05/2020
-
74707/09/2023
-
189731/01/2020
-
Supriyani dan Tragedi Dunia Pendidikan Kita
10901/11/2024 -
176205/03/2024
-
Nestapa, CInta dan Eksistensi Manusia
23227/04/2024