Corona: Hantu Dan Guru

Pegiat Demokrasi
Corona: Hantu Dan Guru 25/04/2020 1550 view Budaya sukabumiupdate.com

Pandemi virus corona membuat tata kehidupan manusia di seluruh dunia berubah drastis. Orang tidak lagi bisa bersantai-santai di mall, menikmati liburan akhir pekan di pantai, nonton bioskop bersama keluarga dan pasangan, duduk di warung kopi untuk diskusi atau sekadar relaksasi, dan menikmati indahnya pemandangan kota dengan berjalan di trotoar.

Pelajar dan mahasiswa tidak bisa lagi menikmati suasana belajar di ruang kelas. Para guru dan dosen harus memutar otak dan melakukan segala cara agar peserta didik tetap menikmati layanan pendidikan. Seperti dilakukan oleh Avan Fathurrahman (39), guru SDN Batuputih Laok 3, Sumenep, Madura, Jawa Timur, yang viral akhir-akhir ini karena mendatangi murid-muridnya dari rumah ke rumah untuk mengajar mereka. (lih. Kompas.com, 18/04/2020).

Semua mata kita melihat, virus corona telah menyebabkan anomali hebat terjadi dalam kehidupan manusia di abad ke-21 ini. Dari sektor ekonomi, Dana Moneter Internasional atau IMF (International Monetary Fund) menyebut bahwa pandemi corona menyebabkan ekonomi global semakin terpuruk, bahkan terparah sejak 1930 silam. (lih. finance.detik.com, 18/4/2020).

Dari sektor pendidikan, pemerintah Indonesia resmi menghapus UN (Ujian Nasional) tahun 2020. Keputusan tersebut diambil setelah Mendikbud Nadiem Makarim mengadakan rapat dengan Komisi X DPR RI secara online pada Selasa, 24/3/2020 di Jakarta. (lih. liputan6.com, 24/3/2020). Keputusan menghapus UN 2020 tiada lain adalah demi menyelamatkan siswa-siswi dan para guru dari pandemi virus corona.

Virus corona membuat manusia seperti sama sekali tak berdaya. Virus corona telah merubuhkan dan menghancurkan, serta memperlihatkan bahwa sesungguhnya manusia sangat lemah. Semua umat manusia diajak berikhtiar untuk mempertahankan hidup masing-masing.

Corona Bak Hantu Dan Guru

Kemunculan virus corona ini bak hantu yang sangat menyeramkan bagi manusia. Dalam KBBI, hantu menurut kata bendanya adalah roh jahat. Sudah barang tentu bahwa roh jahat adalah suatu makhluk yang sangat menyeramkan dan menakutkan bagi manusia. Sebagai hantu, virus corona telah menimbulkan kecemasan, kepanikan, kekhawatiran, dan bahkan ketakutan yang amat luar biasa.

Bila dibandingkan dengan kategori hantu memedi menurut Clifford Geertz dalam bukunya Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa (1981), virus corona pastilah lebih menyeramkan dan menakutkan. Ia bahkan dapat menyebabkan kematian secara masal dan masif. Bila dibandingkan dengan hantu biarawati dalam film The Nun yang disutradarai oleh Corin Hardy pada tahun 2018, yang dengan sekejap mata meningkatkan adrenalin dan membuat merinding para penontonnya, virus corona lebih dari itu. Ia tidak hanya mampu membuat orang merinding, melainkan membuat orang stress, bahkan depresi karena ketakutan luar biasa.

Hantu pada umumnya dapat diusir oleh orang-orang tertentu yang memiliki kekuatan supranatural, misalnya dukun. Tetapi virus corona ini, jangankan dukun, bahkan para dokter dan tenaga medis lainnya pun, yang memang menjadi garda terdepan dalam menangani pandemi virus corona, banyak yang meninggal ketika positif terpapar virus bak hantu pembunuh ini.

Dalam www.liputan6.com, 6/4/2020, dilaporkan 24 orang dokter meninggal terkait virus corona. Laporan tersebut menunjukkan betapa bahayanya hantu virus corona ini. Hal ini membuat manusia berada di bawah bayang-bayang ketakutan dan kekhawatiran.

Selain sebagai hantu, ternyata virus corona ini bak guru bagi manusia. Dalam KBBI, guru menurut kata bendanya adalah orang yang pekerjaan atau profesinya mengajar. Dalam dunia akademik, guru biasanya mengajar mata pelajaran atau mata kuliah tertentu kepada peserta didik di sekolah atau kampus. Dalam dunia bela diri sekaligus olahraga (pencak silat, karate, taekwondo, dll), guru mengajar teknik atau cara membela diri dari serangan musuh.

Virus corona ini menjadi guru bukan hanya dalam satu bidang tertentu seperti contoh di atas, melainkan guru bagi seluruh dimensi kehidupan manusia. Virus corona mengajari manusia bagaimana mestinya berempati terhadap sesama ketika mengalami musibah; pentingnya membangun persaudaraan dan persatuan, bukan perpecahan; pentingnya memiliki sikap menerima sebagai sesama manusia, bukan menolaknya kehadirannya; pentingnya meluangkan waktu untuk keluarga dengan tinggal di rumah, bukan melulu kerja di kantor; pentingnya melihat langsung proses pertumbuhan dan cara belajar anak.

Virus corona juga mengajari manusia pentingnya bersikap bijaksana dalam menanggapi suatu fenomena yang menggemparkan dan menakutkan; pentingnya menjaga kesehatan tubuh dan pikiran; pentingnya taat terhadap aturan dan hukum, baik dalam skala nasional maupun lokal; pentingnya bersikap jujur dan adil; bahkan virus corona pun mengajari manusia bagaimana mencuci tangan yang baik dan benar.

Hal yang tidak kalah penting adalah virus corona mengajak umat manusia untuk melek terhadap teknologi-teknologi mutakhir produk Revolusi Industri 4.0. Seperti dikatakan Klaus Schwab (orang yang memproklamirkan Revolusi Industri 4.0), Revolusi Industri 4.0 ini dibangun di atas revolusi digital dan penggabungan beragam teknologi yang membawa pada pergeseran paradigma dalam perekonomian, bisnis, kemasyarakatan, dan dalam diri orang per orang. (Schwab, 2016: xii). Ia menambahkan dampak sistemis Revolusi Industri 4.0 adalah melibatkan transformasi seluruh sistem, melintasi (dan berada dalam) negara, perusahaan, industri, dan masyarakat secara keseluruhan.

Hal tersebut benar terjadi di masa pandemi virus corona ini. Umat manusia secara tak langsung dipaksa untuk berkenalan lebih jauh dengan macam-macam teknologi yang canggih tersebut supaya bisa menggunakannya. Secara tak langsung pula, untuk pertama kali dalam sejarah, manusia menggantungkan komunikasinya ke luar rumah hanya dengan alat komunikasi digital via aplikasi media sosial dan sebagainya.

Contoh konkret dari hal itu dapat dilihat dalam usaha sekolah dan kampus untuk menjalankan proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) yakni dengan menggunakan fasilitas aplikasi zoom, google classroom, edmodo, dan lain-lain agar dapat menjangkau peserta didik di rumah. Hal yang sama juga dilakukan oleh pemerintah, yakni menggunakan sarana-sarana tadi untuk melakukan rapat. Dari sini virus corona juga sekaligus mengajari manusia agar memiliki etiket dalam bermedia sosial.

Kesadaran Penuh

Sebetulnya tidak etis untuk berterima kasih kepada virus corona. Sebab, secara in se manusia memiliki akal budi untuk berucap dan berbuat yang baik dan benar. Tetapi di sini, ada satu hal yang harus dimiliki oleh manusia, yakni kesadaran penuh.

Kesadaran penuh ini memaksudkan bahwa manusia mesti menyadari secara penuh eksistensinya di dunia ini atau dirinya sendiri, lingkungan sosialnya, relasinya dengan alam dan sesama, perubahan-perubahan yang terjadi dalam ekonomi dan pendidikan, lahirnya teknologi-teknologi canggih, bahkan adanya anomali hebat dalam tatanan kehidupan dan sebagainya.

Kesadaran penuh itu juga memaksudkan bahwa manusia mesti mengenal dirinya dan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, baik itu perasaan bahagia dan susah, sehat dan sakit, bahkan hidup dan matinya. Dengan demikian ketika sedang tidak bisa bersantai-santai di mall, menikmati liburan akhir pekan di pantai, nonton bioskop bersama keluarga dan pasangan, duduk di warung kopi untuk diskusi atau sekadar relaksasi, dan menikmati indahnya pemandangan kota dengan berjalan di trotoar, semua itu bukan peristiwa aneh, melainkan segala sesuatu ada waktunya; ada waktu berjalan dan ada waktu berhenti.

Oleh karena itu, kesadaran penuh dalam diri manusia adalah penting. Kesadaran itu harus ada setiap saat. Haruskah manusia ditakut-takuti terlebih dulu baru berubah menjadi baik, waspada dan siap siaga, seperti didatangi virus corona bak hantu pembunuh? Haruskah manusia belajar dari virus corona agar memahami pentingnya membangun persaudaraan, menjaga kesehatan, melek teknologi, bermedia sosial secara bijak, atau bahkan masih diajari mencuci tangan? Kesadaran penuh adalah penting.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya