Catatan Terhadap Keberlangsungan Pendidikan di Masa Pandemi

Mahasiswa
Catatan Terhadap Keberlangsungan Pendidikan di Masa Pandemi 25/07/2020 1155 view Pendidikan piqsels.com

Hari-hari ini menjadi awal bagi para peserta didik untuk mulai masuk sekolah di masa pandemi. Meskipun masih dalam situasi pandemi yang menghantui, pendidikan harus tetap berlangsung. Sebab, pendidikan merupakan pondasi keberlangsungan suatu bangsa. Jika pendidikan itu mati, maka ikut matilah suatu bangsa tersebut.

Proses pembelajaran di sekolah pada masa pandemi dibagi menjadi dua model, secara tatap muka dan secara daring. Kedua model tersebut dipilih tergantung dari kondisi di setiap daerahnya masing-masing sekolah. Jika daerah tersebut masih dalam zona hijau maka memungkinkan untuk membuka pembelajaran secara tatap muka, dengan syarat protokol kesehatan yang ketat. Sedangkan daerah yang berada selain zona hijau maka kebanyakan melakukan pembelajaran secara daring.

Mulai dibukanya kembali lembaga pendidikan di masa pandemi ini tentu saja menimbulkan beberapa catatan yang perlu diinstropeksi bersama. Model pendidikan yang sedikit berbeda di masa pandemi tentu saja memunculkan fakta lain di dalamnya. Oleh karena itu perlu dicermati bersama mengenai fakta yang terjadi tersebut.

Pertama, perasaan khawatir orang tua. Meskipun saya sendiri belum pernah menjadi orang tua, tapi setidaknya dengan melihat ekspresi dan perilaku mereka, maka akan mencerminkan kerisauan mereka. Perasaan khawatir orang tua timbul dikarenakan melihat anaknya yang mulai bersekolah tatap muka di tengah masa pandemi. Meskipun sekolah yang membuka tatap muka berada di zona hijau dan memberlakukan protokol kesehatan secara ketat akan tetapi rasa khawatir itu tidak akan mampu hilang begitu saja dalam psikis orang tua. Orang tua dan anak ibarat satu tubuh, jika salah satu diselimuti ancaman yang mengecam maka yang lain akan ikut simpatisan.

Rasa khawatir orang tua ini sering dilalaikan oleh publik. Kebanyakan sibuk mengurusi problem-problem besar hingga melupakan problem kecil seperti ini. Perlu diketahui bahwa kesehatan fisik di masa pandemi ini tidaklah cukup, perlu diiringi dengan kesehatan psikis setiap individu. Kesehatan psikis mampu mempengaruhi kesehatan fisik manusia. Oleh karena itu, setiap elemen masyarakat harus terjamin kesehatan fisik dan psikisnya. Salah satunya yakni rasa risau orang tua yang melihat anaknya mulai bersekolah di masa pandemi.

Kedua, kesadaran protokol kesehatan peserta didik. Masih dengan situasi sekolah yang membuka model pembelajaran tatap muka di masa pandemi. Sekolah tatap muka di masa pandemi harus mengedepankan protokol kesehatan yang cukup ketat. Hal ini dilakukan untuk menjamin setiap keselamatan warga sekolah. Lantas apakah setiap warga sekolah telah sadar mengenai protokol kesehatan? Terutama peserta didik. Jika peserta didik di jenjang SLTP atau SLTA ke atas kemungkinan memiliki kesadaran aktif mengenai pentingnya protokol kesehatan. Sebab pada usia tersebut anak mulai memasuki usia remaja atau pendewasaan diri. Tapi bagaimana dengan kesadaran protokol kesehatan bagi peserta didik tingkat SD kebawah? Pada titik inilah peran berbagai elemen sekitar peserta didik untuk selalu mengarahkan, membimbing, mengingatkan mengenai pentingnya protokol kesehatan. Guru, staf sekolah maupun orang tua merupakan elemen yang harus selalu mengedukasi mereka.

Ketiga, akses Jaringan Internet. Masa pandemi di beberapa wilayah memaksa sekolah untuk melakukan pendidikan secara daring. Disisi lain peserta didik juga dituntut untuk mengakses internet dengan lancar guna kelancaran proses pembelajaran mereka pula. Jika akses jaringan internet terganggu, maka proses pembelajaran pun ikut terganggu.

Beberapa berita di televisi maupun media lain memperlihatkan bagaimana susahnya peserta didik dalam mengakses jaringan internet untuk bersekolah. Bahkan ada yang mencari jaringan internet ke lokasi yang sangat membahayakan mereka seperti di pinggir jalan raya maupun di dataran tinggi tengah hutan. Mereka yang bertempat tinggal di daerah yang susah jaringan internet mengakibatkan susah juga untuk mengikuti proses keberlangsungan pendidikan mereka.

Memunculkan kebijakan proses pendidikan secara daring perlu diiringi dengan pertimbangan mengenai mereka yang dalam kondisi kurang mendukung mengenai jaringan internet. Sehingga tidak serta merta melakukan daring begitu saja, tanpa memperdulikan problem seperti ini. Pembangunan maupun pemerataan akses jaringan internet sangat diperlukan dalam proses pendidikan secara daring seperti ini. Sehingga masyarakat tidak lagi tambah pusing tujuh keliling di tengah kepungan pandemi yang menghantui.

Keempat, Pendidikan praktik. Pendidikan praktik merupakan model pendidikan yang harus ada disetiap proses pendidikan. Sehingga peserta didik tidak hanya selalu berkutat pada konsep-konsep teori belaka. Pendidikan praktik dapat berupa magang, praktik laboratorium, terjun lapangan, maupun model-model praktik lainnya.

Namun, di masa pandemi ini nampaknya pendidikan praktik mengalami kendala yang cukup signifikan. Anjuran untuk tidak berkerumun mengakibatkan beberapa pendidikan praktik tidak mungkin dilaksanakan. Mungkin saja terlaksana, tapi itu hanya berlaku bagi pendidikan praktik yang tidak membutuhkan kerumunan seperti praktik informatika yang bisa dilakukan di rumah.

Problem ini menjadi tantangan tersendiri bagi pelaksana pendidikan di masa pandemi. Bagaimana pun pendidikan praktik harus tetap dilaksanakan, tetapi dengan menjamin keselamatan setiap peserta didik. Oleh karena itu perlu modifikasi ulang mengenai pendidikan praktik di masa pandemi.

Ada beberapa tawaran pelaksanaan pendidikan mengenai modifikasi pendidikan praktik. Salah satunya yakni menggantinya dengan tugas tulis yang dianggap sebanding dengan pendidikan praktik. Namun, menurut saya solusi ini kurang efektif. Pembebanan tugas tidak mampu menggantikan ilmu yang didapat dari pendidikan praktik. Pembebanan tugas hanyalah berkutat pada teori-teori saja, dan tidak mendapatkan pengalaman nyata mengenai pendidikan praktik.

Sebagai penutup atas beberapa catatan pendidikan yang membutuhkan pembenahan. Saya berpesan bahwa perlu berbagai rekonstruksi ulang mengenai apa-apa yang telah kita putuskan di masa pandemi.

Pertimbangan yang matang sangat diperlukan di situasi seperti ini. Sehingga tidak menimbulkan problem tambahan di masa pandemi yang sudah cukup menyusahkan. Hadirnya pandemi ini sudah menyusahkan, jangan menambah susah di tengah kesusahan.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya