Balada Eyang Arya Sentanu Di Balik Berdirinya Desa Segunung

Jika kita melakukan pencarian nama Desa Segunung di jejaring internet, kita akan ditemukan dengan banyak sekali desa dengan nama tersebut. Namun, jika mencari nama Desa Segunung di Kabupaten Mojokerto, akan ditemukan satu nama desa saja, yaitu sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dlanggu.
Desa Segunung sendiri terdiri dari enam dusun yang meliputi Dusun Segunung, Ploso, Sumberingin, Kebonalas, Ngrayung, dan Jani. Desa Segunung dapat dibilang merupakan salah satu desa yang cukup luas di wilayah Kecamatan Dlanggu. Akan tetapi, meskipun Desa Segunung memiliki wilayah yang cukup luas dengan enam dusunnya, sejarah berdirinya Desa Segunung tersebut seringkali dihubungkan dengan salah satu tokoh sentralnya yang dianggap sebagai nenek moyang di desa tersebut.
“Eyang Sentono merupakan nenek moyang yang berjasa besar bagi adanya Desa Segunung ini. Beliau adalah seorang yang melakukan babat Desa Segunung yang dulunya masih berupa hutan. Orang-orang setelahnya termasuk saya, perangkat desa, dan masyarakat hanya melanjutkan kesuksesan beliau untuk membawa Desa Segunung ini menjadi lebih baik” Demikian ucap Bapak Samsuri selaku mantan Kepala Desa Segunung yang menjabat pada 1970-1975.
Sejarah berdirinya Desa Segunung tidak dapat dilepaskan dari peranan sosok Eyang Arya Sentanu. Eyang Arya Sentanu merupakan tokoh yang memberikan kontribusi besar terhadap berdirinya Desa Segunung dengan melakukan ‘babat desa’ atau pembersihan dan pembukaan jalur di Desa Segunung tersebut karena sebelum kedatangan beliau, Desa Segunung masih tertutup dengan hutan belantaran.
Meskipun memiliki nama asli Arya Sentanu, beliau sering kali dipanggil oleh masyarakat sebagai Eyang Sentono. Makna dari Sentono sendiri dalam kebudayaan Kerajaan Majapahit merupakan sebutan yang merujuk pada kraton atau kerajaan. Oleh karenanya, Eyang Arya Sentanu diberikan panggilan Eyang Sentono karena beliau sendiri merupakan warga dari Sentono atau warga dari kerajaan. Kendati demikian, masyarakat sekitar belum mengetahui dengan jelas mengenai kapan dan siapa raja Majapahit yang memerintahkan Eyang Arya Sentanu.
Eyang Arya Sentanu digambarkan oleh para tokoh masyarakat dengan ciri berkulit cemani (hitam), berpostur tinggi, dan membawa tongkat. Eyang Arya Sentanu merupakan orang yang ditugaskan oleh Kerajaan Majapahit untuk melakukan babat desa yang sebelumnya masih berupa hutan belantara dan dinamakan sebagai Alas Wono Dirboyo atau Hutan Larangan.
Dengan tugas tersebut, Eyang Arya Sentanu mulai membangun sebuah padepokan untuk tempatnya menetap dan bersemedi, yang saat ini tempat tersebut digunakan sebagai makamnya atau oleh masyarakat disebut sebagai punden.
Dalam misi utamanya untuk melakukan pembersihan desa, Eyang Arya Sentanu memiliki beberapa pusaka utama yang digunakan olehnya sebagai upaya antisipasi akan bahaya yang dapat menyerangnya. Dalam hal ini, Eyang Arya Sentanu dikisahkan memiliki dua pasangan pusaka yang masing-masingnya terdiri dari dua macam.
Eyang Arya Sentanu memiliki sepasang pusaka yang berupa keris dan tombak yang diberi nama Keris Songgo Gulu dan Tombak Kyai Pleret. Ia juga memiliki sepasang pusaka lainnya berupa baju perisai dan cemeti yang diberi nama Kutang Antakusuma dan Cemeti Sodo Lanang. Dengan dibekali pusaka tersebut, Eyang Arya Sentanu dapat dengan tenang melakukan pembersihan pada Hutan Wono Dirboyo.
Sedikit demi sedikit, upaya yang dilakukan Eyang Arya Sentanu untuk melakukan babat desa menemukan hasil yang dapat dirasakan oleh masyarakat setempat hingga saat ini. Keberhasilan Eyang Arya Sentanu dalam membersihkan Desa Segunung ini sangat dihormati oleh masyarakat desa. Sebagai salah satu bentuk penghormatan, masyarakat membangun masjid di depan area punden atau makam Eyang Arya Sentanu dengan tujuan agar punden tidak dilupakan oleh masyarakat.
Punden dari Eyang Arya Sentanu merupakan simbol utama bagi nama desa Segunung itu sendiri. Mbah Sahal selaku Juru Kunci Desa Segunung berpendapat, “Filosofi nama Desa Segunung itu diambil dari tanah padepokan, sekarang jadi punden Eyang Arya Sentanu yang dulunya menjulang tinggi ke atas. Karena tanah makam itu posisinya terlihat lebih tinggi dari kaki gunung di Mojokerto yang lainnya, maka orang-orang dahulu menggunakan simbol makam itu untuk memberi nama desa ini, yaitu Desa Segunung”.
Maka tidak mengherankan dalam hal ini punden Eyang Arya Sentanu menjadi simbol utama dari Desa Segunung dan sebagai wujud penghormatan terhadap Eyang Arya Sentanu, masyarakat desa di setiap tahunnya menggelar tradisi ruwatan desa.
Artikel Lainnya
-
31922/01/2023
-
329112/06/2020
-
98921/05/2021
-
140411/12/2021
-
Rasisme, Bhinneka Tunggal Ika, dan Pendidikan Karakter
184817/03/2021 -
Stop Audisme, Yes Bahasa Isyarat
68523/09/2022