Al-Quran Mutlak sebagai Kalam Allah dan Bentuk Purifikasi Akidah Ummat Islam
“Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu Kitab Tuhanmu (Al-Qur’an). Tidak ada (seorangpun) yang dapat merubah kalimat-kalimat-Nya. Dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain dari pada-Nya” (Q. S Al-Kahfi ayat 27)
Pengkajian isi di dalam Al-Quran yang dilakukan oleh para orientalis barat tidak akan pernah menemui titik temu, mereka para sarjana-sarjana barat selalu mencari sesuatu hal baru yang hendak menjegal terhadap purifikasi penuh Al-Quran sebagai kitab suci ummat Islam dan penyempurna kitab-kitab yang telah lalu, seperti zabur, taurat dan injil. Jika ummat Islam lengah akan hal ini maka yang terjadi adalah kesalahpahaman yang fatal terhadap Al-Quran.
Pada tanggal 25 Juni 2024 lalu, Universitas Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran (PTIQ) Jakarta mengadakan sebuah Seminar Internasional yang menghadirkan dua tokoh muslim kontemporer yang mampu menyuguhkan sebuah nuansa baru dalam keilmuan Islam dalam bidang akademik, dua tokoh itu adalah Prof. Dr. Mun’im Sirry, M.A yang merupakan salah satu pengajar di Notre Dame Indiana University, Amerika Serikat dan Muhammad Nuruddin, Lc., MA yang juga merupakan salah satu kandidat Doktor di Universitas Al-Azhar, Mesir.
Pada acara seminar tersebut, mengangkat tema yang berjudul “Al-Quran sebagai Kalamullah dan Kalam Rasulullah?”. Seminar internasional ini dilatarbelakangi oleh kedua tokoh tersebut yang saling mengkritik melalui tulisan dan pikiran akademis tanpa menyinggung keduanya secara personal. Hal ini tentu layak mendapat apresiasi yang sangat luar biasa, di mana keduanya menerapkan sistem para ulama terdahulu tentang mengkritisi suatu pemikiran.
Pemikiran Mun’im Sirry terhadap Al-Quran
Terdapat salah satu artikel dari pemikiran beliau yang berjudul ‘Al-Quran, Kalam Allah, dan Perkataan Nabi’. Tentu sebagai seorang peneliti dan akademisi, beliau dalam artikelnya juga mengutip beberapa kutipan dari seorang cendekiawan muslim yang terkenal yaitu Fazrul Rahman. Di sisi lain, artikel tersebut menjadi polemik bagi ummat Islam di Indonesia yang mengatakan secara implisit di dalam artikel tersebut bahwa Al-Quran itu bukan sepenuhnya dari kalamullah (perkataan Allah).
Namun di dalam acara seminar tersebut, Muhammad Nuruddin selaku narasumber yang dihadirkan juga membantah secara akademis, bahwa di dalam tulisan tersebut beliau masih belum melandaskan secara teoretis yang kuat, yang mengatakan bahwa Al-Quran itu juga merupakan kalam dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Salah satu landasan mengapa Al-Quran mutlak disebut sebagai kalamullah adalah di dalam surah An-Naml ayat 76. Dijelaskan juga dalam sisi pendalilan bahwa terdapat kisah-kisah terdahulu di dalam Al-Quran dan yang mengkisahkan pada hakikatnya adalah Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Tentu, pemikiran beliau yang menjelaskan bahwa di dalam Al-Quran juga terdapat kalam nabi, memberikan sebuah diskursus baru dalam keilmuan modern saat ini. Tentu, ilmu yang berkembang ataupun dikembangkan saat ini harus memiliki dampak dan kontribusi positif terhadap para pelaku. Namun, yang perlu diperhatikan bagi para generasi selanjutnya adalah bahwa sebuah argumen dan kritik yang dibangun itu perlu memiliki landasan teoretis yang kredibel dan memberikan pemaknaan yang hakiki.
Al-Quran sebagai Bentuk Purifikasi Akidah Ummat Islam
Salah satu rukun iman yang dulu sering kita pelajari adalah mengimani kitab suci yang diturunkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala, termasuk mengimani kitab-kitab para Nabi terdahulu sebelum Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam. Dan salah satu bentuk keimanan adalah mempercayai secara mutlak dan menyeluruh bahwa isi di dalam Al-Quran itu merupakan sepenuhnya kalam Allah yang diturunkan kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam sebagai risalah kepada para ummatnya.
Imam Thahawi rahimahullah menjelaskan bahwa, “Sesungguhnya al-Qur`an itu adalah perkataan dari Allah, dari-Nya ia muncul sebagai perkataan, tanpa boleh dipertanyakan kaifiyah (bentuk)nya. Allah telah turunkannya kepada Rasul-Nya sebagai wahyu. Kaum Mukminin mempercayai al Qur`an benar-benar demikian keadaannya, dan mereka meyakini bahwa al-Qur`an kalam Allah Subhanahu wa Ta’ala yang sebenarnya bukan makhluk seperti perkataan manusia.
Al-Quran juga dapat berfungsi menjadi purifikasi akidah bagi kaum muslimin yang terjerumus terhadap keilmuan yang bebas nilai, pluralisme, liberalisme, dan lain-lain. Karena salah satu tujuan dari adanya purifikasi menurut Muhammad Abduh adalah sebagai agenda pembaharuan dalam memurnikan kembali ajaran Islam dari amalan yang tidak benar. Maka dari itu, sebagai seorang muslim yang diberikan akal oleh Allah hendaknya bisa menganalisis sebuah bacaan dari Al-Quran untuk kemudian dipahami secara baik dan diamalkan dengan berkelanjutan.
Artikel Lainnya
-
99705/01/2023
-
120421/04/2021
-
130123/02/2020