Pangan Lokal Sebagai Solusi Jangka Panjang Menghadapi Kenaikan Harga Beras di NTT

Demonstran dan Pejuang HAM
 Pangan Lokal Sebagai Solusi Jangka Panjang Menghadapi Kenaikan Harga Beras di NTT 08/10/2023 1442 view Lainnya Ditjen.kemendikbud.go.id

Krisis pangan menjadi persoalan serius yang dihadapi oleh sejumlah daerah di Indonesia, termasuk Nusa Tenggara Timur (NTT). Kenaikan harga beras yang terus menerus menjadi isu utama bagi warga NTT yang sebagian besar bergantung pada beras sebagai sumber utama makanan mereka. Dalam situasi seperti ini, pangan lokal menonjol sebagai alternatif jangka panjang yang layak untuk mengatasi ketergantungan pada beras dan meningkatkan ketahanan pangan di wilayah ini.

NTT merupakan salah satu provinsi di timur Indonesia yang terdiri dari berbagai pulau (Flores, Sumba, Timor, Alor, Lembata, Sabu, dan Rote). Aktivitas ekonomi masyarakat NTT erat terkait dengan sektor pertanian. Sekitar 80 persen penduduk NTT menggantungkan hidup mereka pada pertanian, dengan mayoritas dari mereka adalah petani kecil yang memiliki lahan terbatas. Meskipun potensi pertanian di NTT sangat besar, provinsi ini masih menghadapi tantangan serius dalam mengamankan pasokan pangan.

Salah satu tantangan utama adalah kenaikan harga beras yang bervariasi antara Rp 16.000 - Rp 17.000 per kilogram (kg) per hari ini. Hal ini memberikan tekanan ekonomi pada masyarakat NTT yang sangat bergantung pada beras sebagai makanan pokok. Ketika harga beras naik, daya beli masyarakat menurun, dan ini berdampak negatif pada gizi dan kesejahteraan mereka. Selain itu, NTT sering mengalami kekeringan yang mengancam produksi padi, yang menjadi penyebab lain dari ketidakstabilan harga beras.

Pangan lokal di NTT memiliki potensi untuk mengurangi ketergantungan pada impor beras dari luar wilayah. Hal ini dapat mengurangi kerentanan terhadap fluktuasi harga beras di pasar nasional. Dengan meningkatkan produksi pangan lokal, NTT dapat menjamin pasokan pangan yang stabil dan harga yang terjangkau bagi masyarakat setempat.

Selain itu, pangan lokal juga dapat meningkatkan pendapatan petani lokal. Dengan meningkatkan produksi dan akses ke pasar untuk pangan lokal, petani dapat mencapai pendapatan yang lebih baik dan meningkatkan kesejahteraan mereka. Ini juga dapat mengurangi kemiskinan di NTT dan mendukung pertumbuhan ekonomi daerah.

Pangan lokal di NTT juga memiliki manfaat dalam hal keanekaragaman pangan. Dengan mengonsumsi pangan lokal, masyarakat dapat menikmati berbagai jenis makanan khas daerah mereka. Ini tidak hanya berdampak positif pada kesehatan, tetapi juga memperkaya pengalaman kuliner mereka.

Selain itu, pangan lokal juga memiliki nilai budaya yang tinggi. Makanan tradisional NTT adalah bagian penting dari identitas budaya masyarakat setempat. Dengan mempromosikan pangan lokal, kita dapat menjaga dan memperkuat warisan budaya ini untuk generasi mendatang. Pangan lokal mencerminkan kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya alam dan menciptakan makanan yang lezat dan sehat.

Sebagai contoh, baru-baru ini, Pandu Budaya Lembata, sebuah kelompok yang terdiri dari 21 anggota muda, berhasil mengidentifikasi potensi pangan lokal di dua belas kampung adat, seperti kaputu, leye (dari Desa Hoelea), balam/keor (dari Desa Atawai), uta kedar, sura misur, jagung titi, dan lainnya.

Hasil identifikasi ini kemudian dipamerkan dalam acara Gelar Kebudayaan Pangan Lokal Masyarakat Adat Lembata (Gelekat) dengan tema "Makan Apa yang Kita Tanam, Tanam Apa yang Kita Makan" di Taman Swaolsa Lewoleba, pada tanggal 29 hingga 31 Agustus 2023. Acara ini didukung oleh Direktorat Kebudayaan Kemendikbudristek RI dan dihadiri oleh ratusan warga Kabupaten Lembata yang beragam, yang menikmati pangan lokal secara gratis selama tiga hari berturut-turut.

Pada kesempatan tersebut, Pandu Budaya Lembata juga menayangkan film dokumenter berjudul "Telusur" karya Langit Jingga Film, yang menggambarkan proses kerja kelompok ini dalam mengidentifikasi pangan lokal. Film dokumenter ini juga memuat suara-suara dari kalangan minoritas masyarakat yang mengungkapkan masalah dan harapan mereka terkait dengan keberlanjutan pangan lokal di Lembata.

Mendorong konsumsi pangan lokal memiliki sejumlah manfaat penting. Pertama, hal ini dapat mengurangi ketergantungan pada pasokan beras dari luar provinsi, yang rentan terhadap fluktuasi harga dan pasokan. Dengan mengandalkan sumber pangan lokal, NTT dapat menciptakan ketahanan pangan yang lebih kuat.

Kedua, konsumsi pangan lokal mendukung ekonomi lokal. Ketika masyarakat membeli produk lokal, ini memberikan insentif kepada petani dan produsen lokal untuk terus berproduksi. Hal ini menciptakan lapangan kerja lokal dan meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.

Ketiga, mempromosikan pangan lokal membantu menjaga warisan budaya dan tradisional. Makanan lokal sering mencerminkan budaya dan sejarah suatu daerah, dan ini penting untuk dilestarikan dan dihargai.

Meskipun memiliki potensi besar, mendorong konsumsi pangan lokal di NTT juga menghadapi tantangan serius. Salah satu tantangan utama adalah kurangnya akses pasar yang memadai bagi produsen lokal. Banyak petani kecil kesulitan untuk menjual hasil panen mereka dengan harga yang layak karena keterbatasan infrastruktur dan distribusi.

Selain itu, ada tantangan dalam hal pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya makanan lokal. Banyak masyarakat lebih cenderung memilih produk impor atau merek terkenal daripada membeli produk lokal. Ini menunjukkan perlunya kampanye penyuluhan yang lebih efektif tentang manfaat pangan lokal.

Untuk mengatasi kenaikan harga beras dan mendorong konsumsi pangan lokal di NTT, ada beberapa langkah yang dapat diambil. Pertama-tama, pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu bekerja sama untuk memberikan dukungan finansial dan teknis kepada petani lokal. Pelatihan pertanian berkualitas dan akses ke teknologi modern akan membantu petani meningkatkan produktivitas mereka.

Kedua, perlu dilakukan investasi dalam infrastruktur yang mendukung distribusi dan pemasaran produk lokal, seperti jalan dan pasar. Hal ini akan membantu produsen lokal mencapai pasar yang lebih luas dan mendapatkan harga yang lebih baik.

Ketiga, diperlukan kampanye penyuluhan yang kuat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat pangan lokal. Sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan harus memasukkan pendidikan tentang pangan lokal ke dalam kurikulum mereka.

Keempat, program pelatihan dan pendampingan harus diselenggarakan untuk membantu petani lokal meningkatkan keterampilan mereka dalam pertanian modern yang berkelanjutan.

Mendorong konsumsi pangan lokal adalah langkah yang sangat penting dalam mengatasi masalah kenaikan harga beras di NTT. Dengan potensi pertanian yang besar dan beragam, provinsi ini dapat mencapai ketahanan pangan yang lebih besar dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Namun, hal ini memerlukan upaya bersama dari pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta untuk mencapai tujuan ini. Dengan langkah-langkah yang tepat, kita dapat melihat masa depan yang lebih cerah bagi NTT. Pangan lokal menjadi solusi yang berkelanjutan dan berdaya guna untuk mengatasi masalah harga beras yang naik.

Dalam menghadapi masalah kenaikan harga beras di NTT, pangan lokal dapat menjadi solusi jangka panjang yang efektif. Ini bukan hanya tentang memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, tetapi juga tentang mendukung keberlanjutan lingkungan, ekonomi lokal, dan warisan budaya. Dengan upaya kolaboratif dari berbagai pihak, kita dapat mengembangkan pangan lokal di NTT dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi wilayah ini.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya